8. Company Party

15K 61 1
                                    

Fabian memarkirkan mobilnya di teras depan,ia sengaja tidak memasukannya ke dalam garasi ,karena ia pikir akan pergi keluar beberapa jam lagi. Ia masuk kedalam rumahnya dan tercengang kenapa pintu rumahnya tidak terkunci.Dilihat sekeliling ruangan tampak rapih dan tidak ada yang bergeser sedikitpun,ia khawatir jika ada pencuri masuk ."Ivona.... Ivona...kau dimana?" Teriak Fabian.

Ia menghampiri Narine di kamarnya namun pintu kamarnya terkunci,saat ia mencoba mendorong pintu tampaknya pintu itu dikunci dari luar.
Fabian berusaha mencari Narine ditempat lain,ia pergi ke dapur namun sosok yang dicarinya tidak berada disana.Rumah tampak sepi tak berpenghuni.

"Ivona kau dimana ?" Teriaknya lagi sambil berjalan ke luar rumah.

Fabian melonggarkan dasinya dengan kasar,menatap liar ke arah sekitar.Ia ingin memarahi Narine karena pergi tanpa memberi tahunya dan membiarkan rumah tidak terkunci dan yang terkunci hanya kamarnya saja.

"Ah sial ,bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan nya? Dia baru saja sembuh dan belum sehat total."

Fabian terus berlari menyusuri seisi mansion nya yang besar dan luas itu.Jelas terlihat di wajahnya betapa ia mengkhawatirkan asisten pribadinya.

"Narine I-vo-na kau dimana...?" Teriak Fabian yang tampak kehabisan suara.

Fabian lalu terduduk diatas rumput hijau disekitar halaman rumahnya.Ia kelelahan setelah menyusuri seisi ruangan rumahnya. "Ayolah,jangan membuat saya khawatir seperti ini!"

"Anda mengkhawatirkan siapa sir?"

Tiba-tiba suara itu mengejutkannya,Fabian terkejut hampir saja jantungan dan melonjak dari tempat duduknya.Seseorang tiba-tiba saja berbicara padahal sejak tadi tak terlihat adanya orang lain disekitarnya.Disisi lain ia terkejut dengan pertanyaan yang baru saja didengarnya.Apa yang harus dikatakan,apa ia harus jujur pada hatinya.
Ia menatap horor sekaligus lega ke arah seseorang yang sedang berdiri dihadapannya.

"Ivona kau mengejutkanku."Fabian berusaha mengatur nafasnya yang tidak teratur.Lalu memperhatikan gadis dihadapannya.

"Maaf sir,saya tidak bermaksud." Ucap Narine menyesal.

"Apa yang kau lakukan disini,kenapa pintu rumah depan tidak kau kunci?Kau mau rumah ini dimasuki perampok?"

"Maaf sir,tetapi kan saya ada disini jadi tidak perlu saya kunci.Lain waktu tidak akan terulang sir."

"Baguslah,untung kau juga baik-baik saja."

Fabian memperhatikan Narine yang memakai kaos t-shirt dan celana pendek berwarna hijau senada sedang memegang selang air. "Apa yang kau lakukan dengan selang air itu?"

"Mandi." 

"What,kau mandi disini ? Apa tidak ada air dikamar mandi mu?"

"Anda ini bagaimana,sudah tahu saya di taman kalau saya bawa selang berarti sedang menyirami tanaman-tanaman disini."

"Baiklah,ambilkan satu selang lagi."

"Untuk apa sir?" Tanya Narine.

"Untuk memandikan mu tentunya, cepat aku ingin membantumu menyiram tanaman agar pekerjaanmu cepat selesai dan ikut denganku."

"Ikut kemana?" Tanya Narine penasaran.

"Kamu banyak tanya Ivona,cepat ambilkan satu selang lagi atau kau tinggalkan pekerjaan ini dan segera mandi rapikan dirimu."

"Iya baik ,tunggu sebentar saya akan ambilkan."

Narine meletakan satu selang air diatas rumput dan berlari kebelakang rumah untuk mengambil satu selang air dan memberikannya kepada Fabian.

Narine memberikan selang air itu kepada Fabian dan tiba-tiba saja air dari kran menyala dan membasahi Fabian.
Fabian mendengus kesal melihat kecerobohan asistennya itu.

"Kau itu benar-benar gadis ceroboh,kemarikan selangnya ." Dengan wajah kesalnya Fabian meminta paksa.

Narine merasa takut melihat Fabian memarahinya.Selalu saja membuat kesalahan dan memancing amarahnya.
Pelan-pelan ia menyerahkan selang itu dan kembali mengambil selang air miliknya tadi.
Dilihat Fabian sedang menyirami rumput dengan baik dan Narine menyirami beberapa tanaman bunga.
Dan tiba-tiba  dirinya basah kuyup karena Fabian tidak sengaja menyiram ke arahnya.

Fabian tertawa melihat itu dan Narine yang kesal lalu membalasnya.

"Anda balas dendam sir?" Narine mendengus kesal.

Sedangkan Fabian hanya tersenyum jahat kearahnya.

Pada akhirnya Narine tidak mau mengalah,ia pun mengarahkan air selang kehadapan Fabian.Keduanya kini terlibat saling menyiram dengan air satu sama lain hingga basah kuyup.
Narine lari menghindari namun Fabian malah mengejarnya dan tanpa disadari ia menggendong Narine dengan baju basah kuyup.Keduanya tertawa.

Narine yang lebih dahulu menyadari itu langsung memandang ke arah Fabian dengan malu. Sontak Fabian langsung menurunkan Narine dari gendongannya.

"Maaf ,  tapi aku sangat bahagia melihatmu tertawa." Ucap Fabian dan mengecup kening Narine.

Ini untuk pertama kalinya ia melihat Narine dengan penampilan casualnya yang basah kuyup.
Gadis itu tengah mencoba membangkitkan hasrat kelelakian Fabian yang terpendam selama ini.
Fabian hanya mampu mendesah frustasi,ia tidak mungkin dapat menyalurkannya.

Narine tersipu malu dan membalasnya hanya dengan sebuah senyuman.Ia tidak tahu harus berbuat apa kali ini.
Saat ini ia sedang berhadapan dengan bosnya dan ia harus sadar diri akan hal itu.
Narine menyingkir dari pelukan Fabian.

Titik-titik air berjatuhan dari atas rambut menyentuh wajah Narine,ia berusaha mengusap dan menghilangkan air itu.
Narine terdiam menatap Fabian,baju pria itu basah kuyup dan semakin jelas otot kekar nya yang tersembunyi dibalik kemeja kerjanya.Narine menelan salivanya,postur tubuh atasannya sangat bagus dan tipe pria yang didambakan para wanita.

"Ehmm."Narine mencoba memecahkan kekakuan diantara mereka."Saya harus segera mandi,bukankah tadi anda ingin mengajak saya pergi?"

"Ooh..ya kamu benar,mandilah dan gunakan gaun pesta sesudahnya!"

Keduanya berjalan berdampingan tanpa kata,hanya sesekali melirik dengan senyum simpulnya.

"Apa kau sudah merasa fit total Ivona?"

"Sedikit lebih baik sir,tapi belum total."

*****

Didepan lemari yang terbuka Narine sibuk mencari gaun pestanya yang tidak terlalu seksi dan terbuka.
Dipilihnya satu persatu barisan gaun yang menggantung itu.
Tak satupun yang menarik perhatiannya,seluruh gaun pesta yang ia miliki sudah terlihat usang dan juga hampir keseluruhan berlengan terbuka.
Ia tidak memiliki gaun pesta yang tertutup dan sopan.
Tak puas dengan yang dicarinya ia mencoba memeriksanya sekali lagi. Dan bersyukur ada satu gaun yang ia lewatkan.
Gaun berwarna jingga dengan lengan panjang dan kerah bunga-bunga menutupi leher , serta penjang gaun selututnya.
Rasanya gaun itu belum pernah ia pakai kemanapun.
Ia pun mantap untuk menggunakannya.
Ditutupnya kembali lemari baju nya dan ia segera mengganti pakaiannya dengan gaun tersebut.
Gaun itu memang sudah cukup lama dan ketinggalan zaman, tetapi ini adalah gaun yang dibuat khusus oleh ibunya saat ia ulang tahun yang ke 20 tahun.
Narine tersenyum memperhatikan dirinya sendiri yang sudah mengenakan gaun hasil rajutan ibunya.
Sangat cantik apalagi kalau Narine merias wajah dan aksesoris dengan warna senada.

Narine menghampiri Fabian yang sejak tadi berdiri gelisah menunggu Narine dikaki tangga.
Pria itu dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna silver terlihat begitu tampan.Narine memperhatikan jauh lebih dalam lagi. Pria itu menggunakan segala aksesoris mahal.Tiba-tiba Narine menciut,ia tidak menyeimbangkan dirinya dengan Fabian. Apakah penampilannya ini nanti akan membuatnya malu atau tidak?

"Gaun mu bagus."Puji Fabian." Tampak terlihat cantik juga dengan gaya rambut yang disanggul seperti itu."

"Terima kasih,anda tidak sedang berusaha menghiburku kan?"

"Tidak,itu nyata kau memang cantik. Sudahlah ayo berangkat kita hampir telat nih."

Pujian demi pujian itu seolah tak pernah habis ia dengarkan akhir-akhir ini.
Narine merasa seperti sedang dalam mimpi panjangnya.

Struggle In The Dark ( Novel Dewasa 21+ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang