Alkisah, di bumi Hindia pada zaman dahulu kala, ada seorang pangeran bernama Bhagiratha yang berniat untuk menyucikan roh leluhurnya yang terkena kutukan, sehingga menyebabkan mereka tak bisa mencapai Nirwana. Bhagiratha kemudian memohon pertolongan Dewa Brahma, Sang Pencipta, agar ia dapat mensucikan roh leluhurnya. Mengingat jasa-jasa Sang Pangeran di masa lalu, Dewa Brahma pun lantas mengabulkan keinginan Bhagiratha. Ia mengutus salah satu anak asuhnya yakni Dewi Gangga supaya turun ke bumi untuk mencurahkan air suci miliknya. Sang Dewi mematuhi perintah Brahma, dan dialirkannya air suci dalam guci Gojayana yang dibawanya sehingga terciptalah sebuah sungai besar.
Bhagiratha bergembira hatinya menyaksikan Dewata telah berkenan mengalirkan air suci ke bumi melalui perantara Dewi Gangga. Para roh leluhur Sang Pangeran segera datang ke sungai Gangga dan mensucikan diri mereka disana. Akhirnya mereka dapat terbebas dari kutukan yang selama ini membelenggu, dan naik ke Swargaloka. Sejak saat itu pula sungai Gangga menjadi tempat yang dikeramatkan. Banyak orang yang datang kesana untuk mendapatkan keberkahan sungai suci tersebut.
Rakyat di seantero Arcapada mulai menyanjung dan memuja Dewi Gangga dengan penuh kecintaan. Hingga akhirnya Sang Dewi larut dalam kesombongan. Dan puncaknya Dewi Gangga menobatkan dirinya sendiri sebagai dewi keselamatan di jagad raya. Ia memberi titah kepada rakyat untuk membangun monumen-monumen serta patung-patung besar dirinya di setiap penjuru negeri. Terhadap siapa saja yang memujanya dengan sungguh-sungguh, maka Sang Dewi akan memberikan keberkahannya tanpa pandang bulu. Akibatnya banyak manusia durjana yang masuk surga karena pertolongan air suci Sang Dewi.
Mendengar pemujaan yang berlebihan terhadap Dewi Gangga, Sang Raja Dewa, Bathara Guru yang bertahta di Kahyangan Jongringsaloka, menjadi murka. Karena di seluruh Tribuana seharusnya tidak ada yang pantas di puja selain dirinya dan para saudaranya. Bathara Guru yang hilang kesabarannya turun langsung ke bumi untuk menghukum Dewi Gangga yang dinilainya sudah bertindak di luar batas. Kehadiran Sang Raja Dewa sampai-sampai membuat air sungai Gangga meluap dan bergejolak hebat. Sang Dewi tak dapat berbuat banyak menghadapi kemarahan Bathara Guru. Sebagai hukuman atas perbuatannya, Bathara Guru berniat untuk mencabut cahaya bidadari Sang Dewi. Namun Gangga terus memohon ampun agar tidak kehilangan derajatnya sebagai bidadari. Akhirnya setelah reda kemarahannya, Bathara Guru mengurungkan niatnya tersebut. Namun ia memerintahkan Gangga untuk menyerahkan guci sakti Gojayana berisi air suci yang selama ini menjadi sumber kekuatannya. Selain itu, Gangga tidak boleh lagi menginjakkan kaki di Kahyangan. Ia baru boleh kembali ke Kahyangan setelah melewati masa pembuangan di bumi selama seribu tahun. Dewi Gangga tak punya pilihan lain dan ia pun menerima keputusan Bathara Guru.
Jadilah sejak saat itu Dewi Gangga menjadi bidadari yang terasingkan dan seperti hidup tanpa arti. Karena telah kehilangan guci saktinya, maka ia pun tak dapat lagi memberkati sungai Gangga seperti dahulu. Lambat laun orang-orang tak lagi berziarah di sungai tersebut. Mereka juga mulai meninggalkan pemujaan terhadap Sang Dewi. Dewi Gangga tetap bersemayam di sungai yang ia ciptakan tersebut, menunggu sampai masa hukumannya habis. Ia membangun istana yang megah di dasar sungai, dan memiliki tunggangan seekor Makara, hewan air berwujud buaya berekor ikan, yang senantiasa menemaninya kemanapun ia pergi.
Beberapa abad kemudian di jazirah Bharatawarsa berdirilah kerajaan Hastinapura. Sebuah kerajaan agung warisan Maharaja Kuru dari dinasti Bharata. Hastinapura adalah kerajaan terbesar di jazirah Bharatawarsa. Sebagai kerajaan adidaya, Hastinapura terkenal memiliki angkatan perang yang besar dan kuat. Sejak zaman dahulu, raja-raja dinasti Kuru senantiasa disokong oleh para sekutu yang merupakan ras manusia sakti. Dan beberapa diantara raja-raja tersebut diketahui memiliki hubungan persahabatan dengan kaum raksasa Asura yang mendiami bumi utara. Oleh sebab itu, Hastinapura tumbuh menjadi kerajaan yang sangat disegani tidak saja di Bharatawarsa tetapi juga di seluruh penjuru Arcapada. Dari masa ke masa, kampanye militer dengan menguasai wilayah-wilayah baru terus digulirkan oleh setiap raja Hastinapura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabharata Dewanagari
FantasyMahabharata Dewanagari adalah cerita fantasi yang menceritakan perebutan tahta kerajaan Hastinapura, yang dihiasi kisah-kisah perjalanan hidup tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Cerita dimulai dari kehidupan Raja Santanu sampai dengan akhir hayat pa...