5. Sayembara Kuntiboja

857 21 2
                                    

Dewi Kunti adalah putri Kerajaan Mandura yang tersohor karena kecantikannya. Banyak raja dan pangeran yang ingin mempersuntingnya. Oleh sebab itu maka ayahandanya, Raja Kuntiboja, kemudian berinisiatif untuk mengadakan sayembara besar-besaran untuk mencarikan jodoh yang tepat bagi putri kesayangannya tersebut. Sebetulnya Raja Kuntiboja bukanlah ayah Dewi Kunti yang sebenarnya. Ayah Sang Putri adalah Raja Surasena dari wangsa Yadawa. Beliau adalah sepupu dari Raja Kuntiboja. Karena Raja Kuntiboja tak dikaruniai keturunan maka ia lantas diperkenankan oleh Raja Surasena untuk mengangkat Kunti sebagai anaknya. Selain Kunti, Raja Surasena juga memiliki seorang putra bernama Basudewa, yang kelak akan menurunkan dua raja agung dimana salah satunya merupakan penjelmaan dari Dewa Wisnu.

Beberapa hari sebelum sayembara Kerajaan Mandura dilangsungkan, Raja Kuntiboja mendapat kunjungan dari sahabatnya, seorang Resi bernama Durwasa. Sudah lama mereka tak bersua. Sang Resi sedang dalam perjalanan menuju Gunung Mahameru untuk bertapa. Ketika sampai di Mandura maka ia memutuskan untuk singgah sejenak. Raja Kuntiboja kemudian meminta Dewi Kunti untuk menjamu Resi Durwasa dengan sebaik-baiknya karena ia adalah seorang tamu kehormatan. Perintah dari Sang Raja dilaksanakan dengan baik oleh Dewi Kunti hingga membuat Resi Durwasa merasa terkesan.

Sebagai bentuk rasa terima kasih, maka sebelum meninggalkan istana untuk kembali melanjutkan perjalanan, Resi Durwasa memberikan Dewi Kunti sebuah kenang-kenangan berupa hiasan keris kecil dari emas yang sangat indah. Sang Resi melalui kesaktiannya dapat meramalkan masa depan Dewi Kunti. Namun Durwasa tak mengatakannya pada Kunti, melainkan hanya memberikan sebuah hadiah kepadanya. Dewi Kunti merasa senang menerimanya. Pada suatu ketika, Sang Putri menimang-nimang keris kecil tersebut, mengagumi keindahannya. Dilihatnya dengan seksama ternyata di badan keris hiasan itu terdapat suatu tulisan dalam bahasa kuno. Dewi Kunti lantas mencoba untuk membacanya. Setelah cukup paham maka Sang Putri lantas melantangkan bacaannya. Sembari membacanya, ia menatap ke arah matahari. Saat itu juga tiba-tiba langit bergemuruh disertai angin yang bertiup dengan kencang. Hingga kemudian munculah seberkas cahaya terang yang mengantarkan suatu wujud penampakan yang terlihat menakjubkan. Seorang Dewa yang gagah perkasa telah hadir di hadapan Dewi Kunti, dan ternyata itu adalah Dewa Surya. Sang Putri hampir-hampir tak dapat mempercayainya. Disadarinya kini bahwa tulisan yang tertera dalam keris itu adalah suatu mantra gaib untuk memanggil Dewa.

"Putri Kunti, engkau telah membaca mantra suci Aditya Hardaya, dan aku berkenan untuk memenuhi panggilanmu. Maka kini sebutkanlah keinginanmu," kata Dewa Surya dengan suara yang terdengar membahana.

Dewi Kunti bingung tak tahu harus menjawab apa. Maka Dewa Surya kemudian menjelaskan pada Kunti bahwa mantra Aditya Hardaya adalah suatu mantra permohonan untuk memperoleh keturunan dari langit. Si pembaca mantra boleh memanggil siapa saja Dewa yang dikehendakinya untuk meminta keturunan darinya. Karena Kunti saat membaca mantra tersebut ia menatap ke arah matahari, maka terpanggilah Sang Surya ke hadapannya. Dewi Kunti merasa cemas. Bagaimanapun ia belum berkeinginan untuk memiliki seorang anak.

"Dewa Surya, adalah suatu anugerah agung bagi setiap wanita di mayapada untuk dapat memperoleh seorang putra Dewa," kata Kunti. "Namun sebentar lagi Ayahanda Raja hendak mengadakan sayembara mencari jodoh, Bagaimanakah mungkin saya akan tampil di hadapan khalayak ramai dalam keadaan berbadan dua?"

"Putri Kunti, janganlah engkau merasa risau, karena apa yang engkau khawatirkan, itu tak kan terjadi," ucap Dewa Surya. "Terimalah karunia dariku, dan aku pasti akan menolongmu dari kesusahanmu."

Dewi Kunti akhirnya berpasrah diri untuk menerima anugerah tersebut. Maka dipancarkanlah berkah dari Sang Surya pada dirinya. Dan saat itu pula keluarlah bayi dari telinga Kunti dengan cara yang memang tidak akan pernah bisa dipahami oleh nalar manusia. Dengan demikian maka Sang Putri masih tetap dalam keadaan suci. Bayi laki-laki yang tampan itu tubuhnya seperti bercahaya. Ia mengenakan sepasang anting dan baju perisai berlambang matahari yang indah dan berkilauan. Dewi Kunti merasa begitu takjub melihat bayinya, dan ia hampir-hampir tak percaya telah memiliki seorang putra.

Mahabharata DewanagariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang