Syahdan di sebuah kerajaan bernama Mandaraka, bertahtalah Raja Mandrapati yang arif dan bijaksana. Sang Raja memiliki dua orang anak yakni Pangeran Narasoma dan Dewi Madri. Kedua kakak beradik ini sangatlah akrab, dan Narasoma memang sangat menyayangi adiknya tersebut. Madri selalu mengikuti kemanapun kakaknya pergi, karena Narasoma memang gemar berpetualang. Pangeran muda Narasoma adalah seorang ksatria yang hebat, namun ia memiliki watak yang sombong. Ia sangat terobsesi untuk menjadi ksatria paling sakti di Bharatawarsa. Dewi Madri sering mengolok Narasoma dengan mengatakan bahwa ksatria terhebat di Bharatawarsa adalah Bisma Dewabrata yang namanya memang begitu tersohor. Narasoma sebenarnya juga sangat mengagumi Resi Bisma, namun ia terlalu sombong untuk mengakui hal itu.
"Adikku, masa Resi Bisma hampir lewat," ujar Narasoma. "Suatu saat akulah yang akan menggantikannya, dan kelak dunia akan melihat inilah Narasoma, ksatria terkuat di Bharatawarsa!"
"Tapi kurasa Kanda tidaklah lebih hebat dari Pangeran Pandu Dewanata," gurau Madri sekali lagi.
Narasoma tertawa mendengar perkataan adiknya. Ia tahu Madri memang sudah sejak lama memendam rasa sukanya pada salah satu putra Hastinapura tersebut. "Berhentilah mengolokku, Dinda, aku bisa mengalahkan Pandu semudah menampar lalat," sesumbarnya.
Pada suatu ketika, Narasoma mendengar kabar bahwa dirinya akan dijodohkan dengan putri dari seorang Bagawan yang merupakan sahabat dari Raja Mandrapati. Narasoma tidak menginginkan perjodohan yang ternyata dilandasi faktor hutang budi tersebut. Selama ini ia merasa Sang Ayah terlalu mengekang kehidupannya serta selalu memaksakan kehendak hingga membuatnya tidak betah berada di istana. Maka untuk menghindari perjodohan tersebut, Narasoma kemudian memutuskan untuk meninggalkan istana dan pergi mengembara. Saat Narasoma hendak kabur dari istana pada malam hari, ternyata Dewi Madri malah memergokinya. Madri yang juga merasa jenuh hidup dalam kungkungan istana ingin mengikuti Narasoma agar ia dapat melihat dunia luar. Namun Narasoma dengan tegas melarang keinginan adiknya tersebut.
"Jangan, Dinda Madri, aku melarangmu untuk ikut," tukas Narasoma. "Ayahanda pasti amarahnya akan berlipat manakala mengetahui engkau juga turut pergi. Lagipula tidak seharusnya seorang putri hidup berkelana, di luar sana banyak mara bahaya, dan aku tidak yakin akan dapat melindungi dirimu setiap saat."
"Aku tak peduli, Kanda," sergah Madri. "Apakah engkau lupa bahwa aku juga telah banyak belajar ilmu bela diri denganmu? Aku pasti bisa menjaga diri."
"Sekali tidak boleh, tetap tidak boleh!" tegas Narasoma. "Kenapa Dinda begitu keras kepala?"
"Oh, baiklah, kalau itu mau Kanda. Kalau begitu aku akan berteriak sekarang juga hingga seluruh penghuni istana akan terbangun, dan rencana Kanda untuk kabur akan gagal. Bagaimana?" ancam Madri seraya hendak berteriak.
Cepat-cepat Narasoma membungkam mulut Madri dengan tangannya agar tak berteriak. "Arghh! Baiklah, Dinda, engkau boleh ikut denganku. Tapi ingat jangan merepotkan diriku," serunya.
Kepergian diam-diam Pangeran Narasoma tentu saja membuat Raja Mandrapati marah. Apalagi ternyata Dewi Madri juga mengikuti Narasoma pergi. Maka Sang Raja kemudian memerintahkan para punggawa istana untuk segera mencari mereka. Dalam pengembaraannya bersama adiknya tersebut, Narasoma sekaligus berniat untuk mencari keberadaan Mahaguru Parasurama yang sering bersemayam di hutan-hutan yang gelap. Sudah sejak lama Narasoma ingin dapat menjadi murid dari Parasurama, tokoh sakti yang tersohor dengan julukan Sang Pembantai Ksatria. Mendengar julukannya saja semua orang akan tahu jika Parasurama sangat membenci golongan ksatria. Jadi kenapa Narasoma bermimpi untuk menjadi murid Parasurama? Ya, Sang Pangeran memang tetap bersikeras. Ia tahu bahwa siapa saja yang berguru pada Parasurama, maka ia akan menjadi manusia sakti yang tiada tandingannya. Setelah lama mencari, Narasoma akhirnya dapat bertemu dengan Resi Parasurama yang sedang bertapa di hutan belantara. Saat itu keadaan Parasurama terlihat sangat menakutkan apalagi di belakangnya teronggok sebuah senjata kapak yang sangat besar dan berlumuran darah. Dewi Madri merasa ngeri melihatnya. Dan seperti yang sudah diduga sebelumnya, Sang Resi menolak untuk mengajari ilmu kesaktian pada Narasoma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabharata Dewanagari
FantasyMahabharata Dewanagari adalah cerita fantasi yang menceritakan perebutan tahta kerajaan Hastinapura, yang dihiasi kisah-kisah perjalanan hidup tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Cerita dimulai dari kehidupan Raja Santanu sampai dengan akhir hayat pa...