Mobil Yoongi hyung yang aku tumpangi telah berhenti di tempat parkiran. Yoongi hyung menoleh kearahku. Tangannya bergerak membuka seatbeltku dan menepuk pundakku."Kajja, kau sudah siapkan?"
Siap? Apa aku sudah siap? Aku tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Yoongi hyung. Apa siap untuk bertemu dengan Chayoung nonna atau siap melihat Chayoung nonna yang sedang bersenang-senang dengan laki-laki itu atau siap mendengar alasan Chayoung nonna atau... siap mengakhiri hubunganku dengan Chayoung nonna, dengan mengatakan kata 'putus'.
"Jeon Jungkook?"
"Ne? Ah, n-ne hyung"
"Baiklah, ayo kita turun. Aku sudah memberitau Jimin jika kita sudah ada di tempat Chayoung berada. Jadi aku menyuruh mereka pulang saja dan beristirahat, lagi pula ini sudah malam"
"Ne hyung"
Aku dan Yoongi hyung berjalan menuju sungai xxxx. Diriku terus berkutik dengan perasaanku yang bercampur aduk. Apakah aku harus mengatakannya atau tidak. Sedangkan Yoongi hyung, ia memberikan waktu untukku untuk berpikir selama perjalanan menuju tempat Chayoung nonna dan laki-laki itu ada.
Pemandangaku didepan kali ini adalah sebuah sungai tenang dan hanya di terangi oleh beberapa lampu di pinggir-pinggir sungai, ada beberapa sepasang kekasih disini. Mataku terus mencari sosok seseorang yang sangat aku cintai, Chayoung nonna.
"Apa sampai sekarang Chayoung tidak menghubungimu?" ucapan Yoongi hyung menghentikan aktifitasku mencari Chayoung nonna dan pandanganku tertuju pada Yoongi hyung.
Aku mengangguk sebagai jawaban, dan melanjutkan mencari Chayoung nonna. Aku sama sekali tidak melihat batang hidungnya sekalipun disini, begitu juga dengan laki-laki itu.
Tiba-tiba Yoongi hyung menarikku kebelakang, membuatku terpaksa membalikkan badanku. "Ya hyung! Kenapa kau menarikku?" protesku akan tindakan Yoongi hyung yang menarikku kebelakang tiba-tiba.
"Kau diam saja dan jangan berbalik""Memangnya ada apa?" aku berusaha untuk berbalik, tapi Yoongi hyung menahanku.
"Sudah, apa susahnya menurut, Jeon Jungkook"
Aku memaksa membalikkan badanku, dan berhasil. Aku berhasil berbalik dan mataku langsung tertuju kepada satu titik. Kejadian tadi siang seperti terulang kembali. Aku kembali diam, sama seperti sebelumnya. Hanya melihat apa yang mereka lakukan didepanku.
"Hyung"
"Apa yang sudah aku katakan, jang-"
"Aku lelah, hyung. Bisakah kita pulang?" kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku tanpa berpikir banyak.
"Kau ingin pulang? Baiklah, kau harus istirahat. Kau sudah melewati semuanya, kajja"
*
Selama perjalanan pulang, suasana diantara aku dan Yoongi hyung sangat tenang. Hanya ada alunan musik dari radio mobil milik Yoongi hyung yang menemani ketenangan diantara kami. Yoongi hyung membiarkanku untuk menenangkan diri.geu gin bami neol ttara heulleoman ganeun geot gata
i sigani neol ttara heuryeojineun geot gata
wae meoreojyeo ga wae
dahji anheul mankeum gaseo
Tell me why meoreojyeo ga why
ni nunen deo isang naega boiji anhni uhPonselku berbunyi, seseorang meneleponku. "angkat dan dengarkan apa yang akan dia katakan" ucap Yoongi hyung saat mendengar ponselku berbunyi.
Sebenarnya aku sedikit ragu untuk mengangkatnya saat sebuah nama terpampang jelas dilayar ponselku 'Young nuna'. Tapi kubuang jauh-jauh rasa raguku, yang terpenting aku harus mendengarkan penjelasannya. Ani, lebih tepatnya mendengar suaranya, aku rindu akan suara lembutnya.
"Nuna?"
"...."
"eoh"
"...."
"gwaenchana. Aku sedang lelah, aku matikan"
Aku memandang nanar layar ponselku. Aku mematikannya dan mungkin ini panggilan terakhir dari nonna?
"Hyung"
"katakan"
"ini semua sudah berakhir"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly / Jeon Jungkook
FanfictionSemua kehangatan itu telah pergi tapi aku masih bersyukur atas dirimu, aku bisa melihatmu tidak peduli seberapa jauh dirimu pergi. Itulah satu-satunya hal yang aku harapkan, melihatmu terbang dengan indah Jangan khawatirkan aku, aku bisa mengembalik...