Disebuah kamar yang penuh dengan aroma obat obatan, kamar yang di dominasi oleh warna putih itu terdapat seorang gadis yang duduk terpaku di atas ranjang nya dengan tatapan yang sarat akan ketakutan yang luar biasa, tubuh yang gemetar dan lelehan air mata yang mengalir menambah kesan ketakutan yang sangat pada nya. Tatapannya tak pernah lepas dari sesosok pria tua yang sedang menghisap rokok dan menghembuskan asapnya begitu saja, tanpa peduli di mana dia berada sekarang.
Pria tua itu menatap sang gadis dengan tatapan yang tak dapat di katakan, sarat akan kemarahan, benci dan .... dendam.Yah, dendam ... dendam pada ayah sang gadis yang tak memberikan sedikitpun harta baginya, dendam pada ayah sang gadis yang merebut wanita yang di dicintainya, dendam karna ayah sang gadis selalu terlihat lebih baik dari nya. Kakak nya yang baik hati, kakak nya yang bisa segalanya dan kakaknya yang selalu di puji oleh sang ayah. Hal itulah yang membuat sebuah rasa sakit kian bertambah besar di hatinya hingga ia harus mengeluarkan rasa sakit itu dalam bentuk dendam....
Kalau bukan karna dendam dia tak akan membakar perusahaan itu beserta sang kakak dan wanita yang di dicintainya... jika bukan karna dendam dia tak akan menyiksa keponakannya ... jika bukan karna dendam......
... mungkin sekarang dia tak akan berfikir untuk...
Membunuh keponakannya... Sekali lagi.Tapi... Meskipun akan menyesal pria itu tetap berfikir lebih baik mencoba agar tau hasilnya, toh jika dia akan di penjara dia memang sudah di penjara.. Dia hanya membutuhkan sedikit waktu untuk menemui keponakannya yang ingin di bunuh nya sekarang itu.... Tidak ...
Apa apa kan?
"Kau... terlihat berantakan.... sungjongie .. Aku harus repot repot untuk kabur dan datang kesini untuk menjenguk mu, tapi kau sama sekali tak sopan dengan memberikan ku tatapan ketakutan mu itu, aku terlihat menakutkan ya?"
Pria tua itu membuang puntung rokoknya dan menginjak dengan ujung sepatu nya agar tak membakar kamar ini, bisa saja dia membakar kamar ini seperti dia membakar perusahaan kakak nya tapi dia ingin main main sebagai sebentar dengan keponakannya atau bisa di sebut permainan terakhirnya.
Di tengah ketakutan itu sang gadis tak bisa mengatakan apapun .... bertemu dengan orang yang menyiksanya selama ini sama saja dengan membunuhnya secara perlahan..orang itu sudah cukup membuatnya setengah mati saat Melihat nya di taman tadi...beruntung saat itu ada myungsoo...tapi sekarang??...dia hanya sendiri.... tak bisa berbuat apapun.. Tak bisa melakukan apapun selain..... membuang harga dirinya dan lagi lagi... berlutut didepan pamannya itu...
Lee sungjong, gadis rapuh ini turun dari ranjangnya dengan sempoyongan dan berlutut didepan pamannya dengan air mata yang tak henti mengalir, tak tau kenapa dia hanya bisa melakukan hal itu... hanya bisa berlindung dengan cara itu.. cara yang dia tau tetap tak akan membantunya.
"Hiks... Hiks... paman... tolong..pergi..ku mohon..pergilah...Hiks..Hiks.."
Melihat keponakannya menangis dan memohon seperti itu tak membuat pria tua itu luluh, karna pada kenyataannya hal itu terlalu sering di lihat nya saat dirumah."Menyedihkan... Kau masih sama menyedihkannya seperti saat dirumah dulu... Kau tak berubah sama sekali... Kau bahkan semakin buruk... Aku kira jika kau bersama pria itu dia akan mengubah mu.. Tapi kau sama saja, apa pria itu menghianati mu?"
Dalam pikiran gadis itu terbayang bayang kata kata dari pamannya...
'Apa myungsoo menghianati nya?'
"Atau dia hanya mempermainkan kan mu?"
'myungsoo oppa mempermainkan ku?'
"jangan pura pura lupa!!! Ingat taruhan kita jika aku berhasil menjadikan sungjong sebagai pacarku maka aku akan mendapatkan sebuah mobil kan!!? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not a lie
FanfictionMenjadikan seorang gadis polos sebagai pacarnya .... memainkan cinta dan menyimpan kebohongan. Hingga gadis itu tau dan dunia sang gadis yang sudah sangat retak menjadi hancur Permainan yang menghancurkan kedua hati murni.