Chapter 8 (Final) : Truth

13.7K 1K 70
                                    

Setahun sudah Draco dan Harry menjalin hubungan khusus sebagai sepasang kekasih. Namun jelas masalah belum berakhir sampai di situ saja. Mereka masih harus memberi penjelasan pada kedua orang tua dan wali mereka secara langsung. Draco juga bukan tipe yang bisa menyembunyikan masalah sepenting ini dari ayah dan ibunya, Harry pun tak ingin berbohong lebih lama pada Sirius, Regulus juga Remus yang sudah menggantikan posisi orang tua baginya dengan sempurna.

Mereka sekarang sedang duduk berdua di ruang duduk Grimmauld Place. wajah mereka berdua cukup serius untuk membuat Sirius tidak datang mengganggu. Mungkin dia mengira dua pemuda itu sedang sibuk dengan tugas musim panas mereka, padahal... pikirannya itu salah besar.

"Jadi... bagaimana?" tanya Harry.

"Diamlah! Aku sedang berpikir." Draco menyibak poninya, "yang jadi pikiranku cuma Mum dan Dad. Kalau Sirius sih... aku yakin dia tidak akan menentang. Soalnya dia kan 'sama'. Regulus juga. Kalau dia bisa menerima hubungan kakaknya dengan Profesor Lupin, ku rasa dia juga bukan masalah."

"Tapi antara aku dan Sirius kan masalahnya jauh berbeda."

"Apanya? Sama saja."

Tahu kalau dia tidak akan menang adu argumentasi dengan Draco, Harry pun diam saja. Dia kembali berpikir bagaimana cara untuk bicara dengan para orang dewasa. Mereka sadar, pasti mereka akan dapat kata-kata seperti, 'kalian masih muda', atau 'apa kalian sudah yakin', dan kata-kata lainnya yang senada. Tapi mereka sudah mantab. Mereka masing-masing sudah tahu kalau pasangan mereka adalah orang yang paling tepat untuk mendampingi mereka selamanya.

"Apa kita sanggup menyembunyikannya sampai liburan natal nanti?" tanya Harry.

Draco menggeleng, "setahun sudah cukup lama. Aku tidak mau memperpanjang rahasia ini."

"Yeah ... kau benar." Harry bersandar di sofa panjang yang dia duduki, otaknya terasa panas, hampir meleleh gara-gara memikirkan masalah ini. Tapi seperti kata Draco, makin ditunda, permasalahan ini tidak akan menemukan jalan keluarnya.

"Jadi... apa kita nekad saja?" kata Draco, sedikit terdengar putus asa, "aku sudah pikirkan segala cara, yang terbayang hanya bad ending. Jadi... lebih baik pakai cara yang jadi ciri asrama kita. Maju dulu, strategi belakangan. Semakin dipikir semakin pusing."

Mendengar itu, Harry jadi tertawa dan membuat Draco memandangnya tajam, "maaf..." kata Harry di sela tawanya, "habis, kau yang keluarganya Slytherin semua justru lebih Gryffindor dari aku yang kedua orang tua plus walinya ada di Gryffindor."

"Sialan, kau."

Harry masih cekikikan.

Melihat itu, Draco menghela nafas lalu dia pun pindah duduk ke sebelah Harry, "kalau kau tetawa terus seperti itu, aku jadi ingin membungkammu." Kemudian, tanpa kata lagi, Draco merangkul pundak Harry dan mendekatkan tubuh pemuda berkacamata itu padanya hingga dia bisa dengan mudah mencium bibir Harry yang sedari tadi mencuri konsentrasinya.
Harry sama sekali tidak menolak menerima kehangatan yang diberikan oleh kekasihnya itu. Bahkan tubuh dan jiwanya tak puas hanya dengan sentuhan ringan, dia menuntut menginginkan lebih.

Keinginan Harry itu tidak akan pernah bisa Draco tolak. Pemuda pirang itu melepaskan kacamata Harry hanya supaya dia bisa lebih leluasa menikmati sensasi yang memabukkan itu lebih lama lagi.

"Harry! Draco! Makan malam sudah siap. Turunlah!" seruan Sirius terdengar nyaring.
Itu membuat Harry dan Draco buru-buru melepaskan diri. Mungkin Sirius pakai mantra
sonorus jadi suaranya menggelegar begitu, atau memang dasarnya suara pria itu sangat kencang.

Setelah memastikan penampilan mereka rapi, Harry dan Draco pun akhirnya keluar dari ruang duduk dan menuju ke ruang makan. Di sana sudah ada Sirius dan juga Remus. Regulus? Dia lembur ke Kementrian.

Possesive Side (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang