Estetika Cinta #5

124 15 1
                                    

Dara berjalan terburu-buru mengikuti langkah Javas yang lebar. Tangan mereka masih terpaut, hingga akhirnya Javas berhenti didepan sebuah tempat pertunjukan yang tak terlalu besar, letaknya tak terlalu jauh dari sekolah.

Dara memperhatikan tempat itu. Dari rentetan kendaraan yang terparkir didepannya, bisa dipastikan sedang ada pertunjukan yang ditampilkan didalam. Dara masih menerka-nerka, untuk apa Javas membawanya kesini?

"Mau ngapain kesini?" Tanya Dara dengan nafas yang agak terengah.

"Yok, liat orkes didalem." Jawab Javas.

"Gua kira kenapa tiba-tiba ngajak lari."

Javas terkekeh. "Ayok, ah."

Javas kemudian kembali meraih tangan Dara dan menuntunnya masuk kedalam Hall itu.

Didalam terlihat anak-anak berusia sekitar 9-17 tahun tengah memainkan alat musik bersama-sama diatas panggung. Suara alat musik yang berbeda berpadu selaras sehingga membentuk harmoni yang menenangkan. Dara menyukainya, ia cukup menikmati suara-suara itu, bahkan ia sempat berhenti sejenak hingga Javas kembali menarik tangannya.

Javas membawa Dara duduk dibarisan kursi paling belakang lantaran memang didepan tidak ada ruang lagi. Mereka diam menikmati alunan melodi yang menggema ditelinga.

"Sia cantik kalo main biola." Javas berujar.

"Sia siapa?"

"Alesia. Orang spesial." Ucap Javas sambil tersenyum.

Dara diam, pikirannya menjalar kemana-mana.

Mereka datang saat orkestra sudah setengah berjalan, hanya sebentar mereka menikmati, pertunjukan selesai.

Riuh tepuk tangan terdengar, Javas dan Dara juga bertepuk tangan. Kontras sekali kelihatannya saat diantara barisan penonton dengan pakaian formal terselip dua remaja berpakaian SMA. Begitulah.

"Bagus gak? Suka, kan?" Tanya Javas.

"Iya." Dara tersenyum tipis.

"Kita jangan pulang dulu, ketemu Sia sebentar."

Dara mengangguk, mengiyakan.

Mereka duduk disana sementara penonton yang lain satu-persatu meninggalkan ruangan itu. Hingga saat hanya tersisa kira-kira lima orang disana, terlihat seorang anak perempuan berjalan mendekat sambil tersenyum sumringah.

"Kak Javas!" Teriak Sia dari jauh.

Javas menoleh menuju sumber suara. "Sia!" Ia kemudian bangkit. "Ayok, Dar, kenalan sama Sia."

"Iya." Dara ikut bangkit dan berjalan menghampiri Sia bersama Javas.

Javas mengulurkan tangannya, kemudian menyentuh kepala Sia yang berdiri didepannya. Tinggi mereka berbeda cukup jauh memang.

"Kamu keren tadi, mainnya bagus, yang main cantik." Puji Javas sambil mengusap kepala Sia.

Sia tersenyum senang. "Kirain gak ada yang dateng karena Mama ke Bandung, Kak Jav dateng ternyata." Ucap Sia, pandangannya kemudian beralih ke Dara yang berdiri dibelakang Javas.

Javas mengikuti pandangan Sia, ia kemudian menarik Dara mendekat. "Sia, ini Kak Dara, temen Kak Jav."

Dara tersenyum pada Sia yang kemudian tersenyum balik.

"Sia adek lu?" Tanya Dara.

"Iya lah, lu pikir siapa?" Jawab Javas.

Dara tersenyum polos menunjukan rentetan giginya. Ternyata ia salah.

Estetika Cinta (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang