"Gochisousama deshita!!"
Semua orang telah selesai memakan makanan malam buatan Hinata, dan juga sedikit dibantu oleh Itachi seperti membuka kaleng atau tutup botol.
"Nee-chan ice cream, aku suka sekali Nikujaga ini, enak sekalii!" puji Katsumi. Hinata hanya tersenyum sembari mengusap kepala Katsumi dengan lembut.
"Sensei, sudah hampir setengah 9 dan aku harus pulang," ucap Hinata. Katsumi kehilangan senyumannya ketika mendengar Hinata akan pulang.
Itachi melihat jam tangannya, "Kau benar, sebentar aku panaskan mobil du—"
"Oyaji, hujannya besar sekali diluar," ujar Katashi yang masih berdiri dibelakang jendela, menatap dari dalam langit gelap dengan kilat yang menyala-nyala diatas awan.
"Hujan?" ucap Hinata cemas.
Itachi berjalan kearah Katashi dan melihat apakah Katashi hanya bercanda atau tidak. Ternyata memang benar, bahkan sedang terjadi badai saat ini.
"Hinata, diluar badai.."
"Ba-badai?"
Wajah Hinata berubah pucat, tangan dan kakinya mendirngin, Hinata mempunyai pengalaman buruk tentang badai yang membuatnya trauma. Pandangan gadis cantik itu mulai mengabur hingga akhirnya Ia jatuh pingsan.
.
.
Itachi berdiri disamping pintu, ruangannya gelap, hanya ada cahaya kilat yang sesekali menyusup dari jendela. Badai besar sekali. Katsumi dan Katashi tidur lebih awal karena takut, sedangkan dirinya disini masih terjaga, tepatnya menjaga seorang gadis yang terditur ditempat tidurnya dengan keadaan demam tinggi.
"Okaa-chan..." lirih Hinata dalam tidurnya.
Itachi berniat untuk berjalan mendekat, namun langkahnya selalu terhenti ditengah jalan.
"Aku disini saja," ujarnya kembali bersandar ditembok samping pintu.
Badai tak kian mereda, yang ada makin membesar saja.
.
"Katsumi sudah jangan menangis, ada aku disini jangan takut," ucap Katashi sembari memeluk saudara kembarnya yang ketakutan akibat petir yang terdengar sangat besar itu.
"Otou-san, kenapa otou-san tidak kemari..." ucap Katsumi.
"Oyaji kan sedang mejaga Hinata nee-chan yang demam, biarkan saja kan kau ada aku, apa gunanya kau punya aniki jika tidak bisa menjagamu," ucap Katashi sedikit sebal karena Katsumi seolah meragukannya.
Katsumi mengeratkan pelukannya kepada sang kakak, "Neeee Nii-chann, aku tidak takut lagi."
"Dengar ya adikku, badai atau apapun aku tidak akan takut karena aku harus melindungimu," ujar Katashi.
Untuk seorang bocah berusia 5 tahun memang sebuah hal yang tak wajar Katashi bisa bersikap sedewasa itu, mungkin diantara banyaknya pengaruh negatif bersosialisasi dimedia sosial, ada tersimpan dampak positifnya juga ya!
"Katsumi akan jadi adik yang baik dan tidak akan merepotkan Katashi-nii!" ucap Katsumi sambil tersenyum meskipun air mata masih menghiasi mata beriris obsidiannya.
"Hehh, tidak merepotkan? ini kau masih memelukku dasar adik merepotkan," ucap Katashi lalu menyandarkan tubuhnya dibantal yang telah ia tumpuk.
"Hidoi na nii-chan!" gerutu Katsumi.
.
Itachi melihat wajah Hinata yang nampak ketakutan meskipun sedang tertidur. "Kenapa kau selalu sendirian Hinata?"
YOU ARE READING
Cooking with Sensei
FanfictionHinata namanya, Seorang gadis SMU kelas 3 yang sangat tidak terkenal dan selalu diremehkan disekolah. Bercita-cita menjadi seorang Chef handal. Diam-diam Hinata selalu memasak dikedai tua milik sang ayah yang nyaris gulung tikar akibat tak terurus...