Chapter 10

650 24 9
                                    

"Oya, tadi Rahma telepon. Kedengarannya dia sudah baik-baik saja sekarang," kata Daniel melalui sambungan telepon. 

"Oya? Kamu senang sepertinya," ujar Rika. 

"Iya, aku lega. Aku soalnya nggak bisa melupakan kondisi buruknya waktu pergi waktu itu." 

Rika menghela napas. Ia merasa mendengar nada menerawang dalam suara Daniel. Sebuah pikiran melintas dalam benaknya bahwa mungkin Daniel masih mencintai Rahma dan menginginkannya kembali. Di sisi lain, Rika sendiri masih belum memahami sepenuhnya akan perasaannya tentang hal itu. 

"Kamu kangen dia?" tanya Rika akhirnya. 

Diam sebentar di ujung sambungan. "Iya, tapi bukan seperti yang mungkin kamu pikirkan," kata Daniel cepat-cepat. "Hanya saja, kami sudah lama bersama-sama, jadi wajar aku kangen waktu dia tidak ada." 

"Aku mengerti, kok. Nggak perlu menjelaskan diri seperti itu," kata Rika sambil tersenyum kecil. "Dan, sudah dulu, ya. Aku sudah mengantuk, mau tidur dulu." 

"Oh, iya. Tidur yang nyenyak ya, dan jangan lupa mimpikan aku," jawab Daniel sambil tersenyum. "Besok aku telepon lagi."

"Wajah kamu kok kusam, sih?" tanya Sandra besoknya saat mereka makan siang bertiga dengan Mia. 

"Tadi malam memang nggak bisa tidur, sih. Mungkin karena itu," jawab Rika sambil mengeluarkan kotak bedak dari tasnya. Ia melihat wajahnya dalam cermin, dan menyadari bahwa wajahnya tampak tidak segar, terutama di bagian mata. 

"Nggak bisa tidur kenapa, Ka? Mikirin cowok, ya?" tanya Mia. 

"Punya cowok kayak cowok Rika memang jadi bahan pikiran," timpal Sandra dengan nada sambil lalu sambil mengaduk-aduk piring makanannya. 

Rika menatap Sandra yang tidak melihatnya. Sesaat ekspresinya berubah. "Semalam aku mimpi, mimpi buruk sekali," jawab Rika dengan menyanyikan sebaris lirik lagu dangdut. 

"Mimpi apa?" tanya Mia. 

"Mimpi dikejar-kejar hantu. Standar mimpi buruklah." Rika lalu menyuapkan sesendok penuh nasi ke dalam mulutnya agar ia tidak perlu bicara lagi. 

Ia tidak bohong sepenuhnya tentang mimpi buruknya. Tadi malam, setelah telepon dari Daniel, ia langsung berusaha untuk tidur karena ingin menghindari pikiran tentang Rahma. Malangnya, belum lama ia terlelap, ia kembali dihantui mimpi yang memutarkan kembali adegan tabrak lari yang dilakukannya hari itu. Ia juga kembali mendengarkan suara-suara tangisan dan rintihan memilukan dalam mimpinya. Dan begitu terbangun, ia tak bisa tidur lagi. Ia tak ingin. 

"Aah, waktu makan siang sudah hampir habis, nih," suara Mia memecah lamunan Rika. "Cepat banget, sih. Yuk, cabut." 

Mereka pun segera menyelesaikan suapan terakhir masing-masing. Setelah membereskan barang-barang bawaan, mereka membayar makanan lalu keluar ke tempat parkir menuju kendaraan masing-masing. 

Rika ikut berhenti di dekat motor Sandra dan Mia yang diparkir berdekatan, lalu bertanya, " Hari Minggu kalian sudah ada rencana, belum?" 

Sandra dan Mia sama-sama menjawab belum sambil mengenakan helm masing-masing. "Mau ngajak jalan?" tanya Mia. 

"Iya. Mau?" 

"Kamu nggak jalan sama cowok kamu?" tanya Sandra. 

"Nggak." 

"Dia nggak apa-apa?" 

"Ya enggaklah. Yuk, kita jalan bareng," pinta Rika dengan nada memelas. 

"Ke mana?" 

"Keliling. Nggak tahu juga mau ke mana. Kita naik perahu saja, gimana? Ke Pulau Kemaro?" 

"Ayo. Kamu jemput, kan?" kata Mia. 

Keep It a SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang