Brain Class Ch 4

3.4K 16 8
                                    

Kringggkringggg

Suara telfon yang keras membuat Silvi menghentikan makan malamnya bersama Neneknya.

" halo... "

" halo silvi... Bagaimana kabar mu nak " tanya dari sebrang semangat.

" Ayahhh... Silvi baik, ayah sendiri gimana di sana, ayah Silvi kangen... " ucap silvi manja, dia sumringah setelah 2 bulan ini tidak mendapat telfon dari Ayahnya yang hijrah ke Amrik untuk bekerja sejak Silvi berumur 6 tahun.

" hmm ayah baik-baik saja di sini... Kau tidak berubah nak masih saja manja seperti dulu.. Bagaimana dengan nenek sil " jawabnya lembut.

" nenek baik-baik saja ayah... Silvi panggil dulu ne.. " ucapnya terputus.

" Sil tunggu ayah mau bicara dulu dengan mu " katanya dengan nada serius.

" sepertinya serius... Memang ada apa yah "

" hmm Kemarin ayah mendapat kiriman surat tentang kesehatan nenek dari dokter keluarga kita... "

" lalu?! "

" lalu...Penyakit jantung nenek sudah terlalu parah sil jadi dokter ayah menyarankan nenek untuk berobat di Amrik "

" Apa itu dapat menyembuhkan nenek "ucapnya lirih.

" mungkin nak... kita hanya perlu berusaha saja " ucap ayahnya bijak.

" apa nenek sudah tahu tentang ini " ucapnya menahan tangis.

" iya sayang nenek sudah tahu tapi dia tidak tega meninggalkan kamu sendiri di indonesia "

" Ayah jika kepergian nenek ke sana membuat nenek lebih baik, Silvi rela kok di tinggal sendiri... Lagi pula silvikan punya Nami dia pasti ngijinin Silvi untuk tinggal di rumahnya selama nenek berobat di sana "jelas Silvi panjang lebar walaupun dia harus menahan tangis.

" yasudah ayah mau bekerja dulu nanti ayah akan menelfon lagi love you " pamit Ayahnya.

" love you too dad " balas Silvi sembari meletakkan gagang telefon dengan pelan. Sebenarnya dia tidak rela di tinggal nenek tersayangnya itu.

Sejak kematian ibunya 12 tahun yang lalu, Silvi di rawat dan di asuh sang nenek sampai sekarang. Wanita tua itu bukan hanya nenek baginya tapi dia juga ibu bagi Silvi. Tempat bermanja, menangis, bersandar, dan masih banyak hal yang membuat Silvi sangat menyayangi neneknya itu. Silvi hanya termenung memikirkan hari-harinya nanti tanpa sang nenek. Tapi sekarang bukan saatnya memikirkan dirinya sendiri, ini demi kesehatan neneknya.

" jadi kapan nenek cantik berangkat ke Amrik Sil " tanya Nami.

" Besok, oyach selama nenek tidak ada bolehkah aku tinggal di sini Nami ku mohon, aku pasti mati ke sepian jika tinggal di rumah sendirian " pinta Silvi.

" Tentu saja sahabat ku tersayang... :) " jawab Nami sembari mencubit pipi sahabatnya yang imut itu.

" makasih Nami... Oyach kak kevin juga ngijinin Silvi tinggal di sinikan?! "

" terserah saja tapi ku mohon kalian jangan berisik aku lagi sibuk membaca buku ok "

Mendengar jawaban Kevin mereka berdua langsung tersenyum lebar. " Makasih pangeran saljuuuu " teriak mereka bersamaan.

Dan kevin hanya mendengus kesal melihat kejahilan mereka. Silvi dan Nami pun tersenyum girang melihat reaksi Kevin.

*******

Tiba pada saat keberangkatan Nenek silvi. Bukan hanya Silvi yang mengantar keberangkatan neneknya di bandara tapi, Nami dan Kevinpun ikut-ikutan.

Yach walaupun sebenarnya Kevin hanya di paksa Nami, yang mengancamnya kalau tidak mau mengantarkan, Nami bakalan memberinya kupu-kupu sepanjang hidup kevin.

Ratu Nyasar ( Queen of lost )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang