4 - Malam Bersamanya

607 31 2
                                    

Karel menyadari raut wajah Rayya yang berubah. Tanpa lama-lama dia menarik lengan Rayya membawa Rayya menjauh dari tempat perkumpulan ibu-ibu sosialita yang terus membicarakan Rayya.

"Lo kenapa sih?"

"Gak apa-apa"

"Jujur sama gue."

"Aku gak apa-apa rel. Cuma gak enak badan,"

Karel menatap Rayya curiga. Matanya memicing melihat jauh dibelakang Rayya. Disana ada Tara, dan pria lain. Karel tahu Tara juga melihatnya. Karel menarik Rayya mendekat padanya, tepat ketika Tara berjalan mendekati mereka.

"Duh rel, kamu kenapa sih."

"Diem deh." bentak Karel. Rayya tersentak.

"Hai rel! Apa kabar" tanpa ragu Tara mengecup pipi Karel bolak-balik, seakan mengajak Karel bernostalgia saat mereka pacaran. Tapi cengkraman jemari Rayya seakan manamparnya.

"Oh halo." gugup Karel.

Pria disebelah Tara yang sedari tadi memandangi Rayya menyusul kekasihnya, Tara.

bersalaman dengan Karel. "Halo. Saya tunangan Tara,"

'Di-r-ga' Rayya mengeja nama didalam hati.

"Saya karel,.."

Karel merengkuh pinggang Rayya "ini Rayya kekasih saya." Tara menatap tidak suka dengan tindakan Karel, apalagi ditambah Rayya yang tersenyum. Tara muak.

"Oh? Sepertinya saya kenal kekasih anda." ucap Dirga.

Karel melirik Rayya, dan Rayya menggeleng sebagai balasan. "Katanya tidak. Sepertinya kosa kata kita terlalu formal, tidak cocok untuk kita, bagaimana kalo Lo-Gue, umur kita kan seumuran."

Dirga terkekeh mendengar sahutan Karel. "Ya, boleh juga."

···

Rayya p.o.v

Kenapa ada dia? Kenapa harus ada Dirga ditempat seluas ini? Dunia ini memang sempit!
Aku seperti orang bisu, tidak ada yang bisa ku tunjukan, kecuali senyuman dan tawa garing. Aku memang tidak pernah ikut pesta formal ini, dimana orang-orang hebat datang dan mengenakan jas serta dress brand dan sudah pasti harganya mahal. Dulu waktu ayah masih hidup, pernah sekali aku diajak ikut pesta formal, dan inti acara itu hanya sebatas tukar cicin anak dari bos ayahku. Bagaimana rasanya? Membosankan.

Disetiap sudut ada saja orang-orang yang merasa tinggi dan butuh sanjungan. Berbicara yang membosankan. Sudah pasti tentang bisnis, tour keliling dunia, dan sath lagi yang membuat telinga ku panas mendengarnya adalah... Masalah berlian para sosialita.

Ibu Karel salah satunya.

Ibu Karel bisa dikategorikan sosialita kelas kakap, tau kenapa? Tubuhnya penuh dengan perhiasan berlian. Dan dia juga pengoleksi tas hermes, yang sering diberitakan tv.

Waktu Karel mengambilkan aku minum, Ibu Karel datang menghampiriku, dikuti para ibu-ibu yang lain. Memang, dari fisik aku ini pantas disebut anak sosialita, tapi aslinya? Boro-boro sosialita, kadang kalo belum ngambil uang tabungan di bank aku ngutang mie sama warung sebelah. Tapi tenang, batas waktunya 2 hari dan langsung aku lunasi. Ini yang dia katakan.

"Rayya cantik, ini teman-teman tante mau kenalan sama kamu." aku terkejut saat dia menghampiriku.

"Ah ya, saya Rayya." jawabku gugup.

'Wah cantiknya'

'Karel pintar cari pacar'

'Jadi mau menantu kayak kamu Ray'

Seperti itulah ungkapan mereka. Tapi aku tidak bisa menyahut apapun kecuali, Ya?

Tapi syukurlah Karel segera kembali dan membawaku pergi dari kerumuman ibu-ibu pejabat itu.

Tak sampai situ. Karel tiba-tiba merengkuh pinggangku dan saat aku berbalik disana ada Dirga.. Bersama wanita cantik yang memakai gaun merah nan mewah, kulitnya putih mulus, rambutnya pirang, matanya besar, hidung mancung. Wanita mana yang tak iri?

"Hai rel! Apa kabar" wanita itu tanpa ragu mengecup pipi Karel dan aku merasa panas melihatnya langsung saja ku cengkram lengan kekasih kontrakku itu. Dengan hal itu Karel tersadar dan menyahut, "Oh halo."

Karel mengenalkan ku pada Dirga dan wanita itu dan, Dirga menyalami Karel dan mengatakan dia adalah tunangan wanita itu. Aku tidak tuli dan rasanya sesak?

Aku menepis perasaan itu dan ku berikan senyum manis. Dirga menyadari bahwa dia mengenalku dilihat dari gerak-geriknya aku pun langsung menggeleng ketika ditanya balik Karel.

°°°

Pesta pun berakhir Rayya diantar Karel karena sudah tengah malam Rayya sudah terlalu lelah sampai dia mengantuk dan tidur dimobil. Sampai didepan gerbang rumah Rayya, Karel menepuk pipi Rayya tapi tak ada respon.

Karel menatap wajah polos Rayya yang tertidur rasanya begitu nyenyak tak tega membangunkan. Karel memajukan wajahnya menatap Rayya lekat-lekat. Rasaya begitu sayang wanita secantik dan senaif Rayya dia jadikan pacar kontrak. Spontan Rayya terbangun merasa ada deru napas yang memanaskan wajahnya, Rayya memajukan posisinya saat Karel menoleh kedepan ketika berbalik tak sengaja Rayya mengecup pipi Karel.

Menbuat keduanya terdiam.

Saling menatap lekat seperti tak percaya. Karel menatap Rayya dalam. Rayya menutup mulutnya. Karel memajukan kembali posisinya mendekat.

"Oi ngapain nih muda-mudi?"
Lampu senter menyalah terang dari balik jendela membuat Karel menoleh dan melihat security komplek sedang menatap mereka berdua.

"Ini pak sabuknya macet." sahut Karel enteng.

"Ehalaaah. Cem mana pula kau tak." salah satu security seperti menyalahkan temannya.

"Yaudah makasih ya rel." Rayya segera turun dari mobil Karel dan masuk kedalam rumah. Tak lupa melempar senyum pada dua satpam komplek.

Pacar Kontrak {Oh Sehun}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang