Part 1

34 3 0
                                    

Aku berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan kepala membungkuk, ku tidak berani berjalan sambil menatap sekeliling siapa tau ada hantu, ehh, si nenek garang itu, atau si king bully.

Hft... beginilah aku di sekolah tampil apa adanya terkesan culun, cupu, nerd. Padahal aku berasal dari keluarga yang bisa dibilang cukup berada. Tapi aku menghindari penampilan seperti cewek-cewek cantik biasanya. Lebih suka berpenampilan culun, toh gak ada yang bakalan gangguin. Si gadis culun nan cupu binti nerd.

Tapi anggapanku salah, justru dengan culun begini kita tertindas oleh siswa-siswi yang lain. Mereka seenaknya membully, emang ini sekolah mereka. Halahh taii lo semua.

"Ayoo Gibran... hajar aja dia,"

"Iya Gib. Masa dia ngelawan lo tadi,"

"Woiii Gibran hajar aja, dia belagu amat."

Samar-samar aku mendengar suara itu, setiap hari pasti ada korban bully saja di sekolah ini. Aku tidak penasaran akan hal itu, ya aku tetap berjalan menuju ruang kelas tetapi tiba-tiba ada yang menghalangi jalanku

"Haii culun," Ucap Gibran. Ya dia memang terkenal dengan sebutan king bully.

Matilah gue, bentar lagi gue di bully nih

"Ada apa ya?" Aku masih menunduk tak berani angkat kepala

"Lo tau kan, semua siswa di sini harus bayar pajak kalau lewat depan gue." Katanya dengan belagu

"Taa.. tapii... Gue gak lewat di depan lo tadi." Kataku

"Tapi gue lihat lo tadi."

Aku tidak memperdulikan kata-kata mutiaranya itu, gue tetap berjalan belum sampai 3 langkah dia mencekal pergelangan tanganku.

"Wahh.. nantang juga ya lo rupanya." Katanya sedikit menantang

"Gue gak menantang, gue cuma mau lewat. Gue pengen ke kelas." Ucapku

"Bagas ambil tas si culun ini," perintah si Gibran. Bagas lalu mengambil tas gue lalu menyerahkannya ke Gibran sialan ini

"Ehh... ehh jangan ambil tas gue. Gue belajar pake apa semua alat tulis menulis gue ada di tas," Ucapku. Sebenarnya gue takut sih nantang si king bully ini. Tapi apa boleh buat!

"Tas lo gue sita culun. Kalau lo pengen tas lo balik lo harus nurut apa yang gue perintahin"

"Apa-apaan, gue bukan pembokat lo," sialan nih si Gibran seenak kambing ngambil keputusan.

Sepertinya berita bahwa Gibran ini lagi proses membullyku sudah tersebar ke seluruh antero sekolah. Buktinya sudah banyak siswa siswi yang berkerumunan menonton aksi sialan si Gibran ini.

"Kalau gitu. Tas lo gue sita, dan sebentar siang tunggu akibat karena lo udah ngelawan gue."

"Paling ntar gue di jebak sama lo. Udah deh balikin tas gue." Ucapku

"Banyak bacot banget nih si culun. Berani banget sama lo Gib." Ucap salah satu teman Gibran

Aku langsung di dorong oleh wanita centil yang baru nongol di balik punggung Gibran. Pantatku berhasil mendarat dengan tidak mulus dilantai dan juga punggungku yang sakit akibat kebentur dinding. Dasar tante tante girang.

"Heh culun, lo tau gak siapa yang lo lawan tadi," ucap tante-tante girang itu sambil bergelayutan manja di lengan Gibran dan langsung di tepis olehnya

"Awww... ssshh... sakit," ringisku

Titt.. titt.. titt.. titt..
Alarm jam tanganku berbunyi tepat pukul 08:00. Keringat dingin keluar, aku udah kedinginan, udah lemes, suara tante-tante girang itu tidak lagi terdengar jelas di telingaku. Intinya saat ini aku butuh obat yang ada di dalam tasku.

"Tolong berikan tas gue," ucapku lemah dan dalam posisi duduk lemas di lantai

"Tas lo? Gak akan. Gue udah bilang kan tas lo gue sita," ucap Gibran

"Tapi gue butuh tas gue." Ucapku lagi

"Heh culun, lo gak tuli kan." Ucapnya lagi

Gue menatap sekliling, di mana Bianca? Aku butuh dia sekarang

"Gue butuh obat yang ada di tas gue." Ucapku lemah

"Gue butuh obat itu." Gue melirik jam sudah pukul 08:15 ahh shitt aku telat minum obat

Tak lama Bianca langsung muncul. Ahhh sahabat gue emang sehati banget

"Ehh. Gib lo gak denger apa yg  dikatakan meisa tadi," Ucapnya lalu merebut tas gue dari tangan Bagas . Dia dengan segera mengeluarkan botol obat dari tasku

"Jam berapa sekarang mei?" Ucap Bianca khawatir

"8:15 Bi." Jawabku lemah

"Shit! Lo udah telat minum obat mei. Lo gak apa-apa kan?" Aku hanya mengangguk lemah. Bianca langsung mengeluarkan obat itu dan menyerahkannya kepadaku.

Dengan tangan gemetar aku berusaha meraih dan segera meminum obat itu.

Setelah meminum obat itu Bianca langsung membantuku berdiri lalu membawaku ke kelas. Sebelum pergi dari tempat itu Bianca berucap

"Selain lo tukang bully, lo juga bener-bener gak punya hati Gibran Lo hampir aja buat satu nyawa melayang," ucap Bianca lalu setelahnya semua orang tercengang mendengar ucapan Bina melayang? Apa maksudnya...

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang