part10

12 3 1
                                    

Malam harinya setelah Meisa belajar, layar laptopnya berkedip-kedip tanda ada skype yang masuk. Setelah mengecek ternyata skype dari Gibran lalu Meisa mengangkatnya. Di layar, terpampang jelas wajah Gibran.

"Haloooo" sapa Gibran bersemangat

"Haiiii" balas Meisa

"Lagi ngapain lo?" Tanya Gibran

Meisa yang mendengar lalu memutar bola matanya, apa Gibran tidak melihat apa yang Meisa kerjakan? Padahal Meisa lagi duduk sekarang. Kenapa Gibran bertanya lagi? Ah ya mungkin cuma buat basa basi saja.

"Berak Gib berak" jawabnya

"Wiiihhhh hebaatttt. Jorok lu," katanya

"Ngapain lo skype malem-malem?" Meisa mendekatkan wajahnya ke layar laptop dan berkata "lo pasti rindu gue kan? Hayoloohh ngaku aja, gue tau kok gue tuh orangnya ngangenin," ucap Meisa percaya diri

"Heh culun pede bat lu najis, dasar mata empat," Meisa langsung membulatkan matanya mendengar ucapan Gibran

"Cot Gib sumpah."

"Berak Mei berak." Kata Gibran

"Heh king bully itu kosa kata gue jangan di rebut" ucap Meisa dan terdapat penekanan kata "king bully" buat Gibran

"Sekarang denger baik-baik nggak ada pengulangan." Terdapat jeda yang lama setelah itu Gibran melanjutkan ucapannya
"Gibran rindu Meisa." Ucapnya dengan nada yang serius

Seketika Meisa langsung senyum-senyum salah tingkah dan rona merah di pipinya terlihat dengan jelas

"Mampuuusss blushing ha ha ha. Ciieee mata empat blushing cieeee." Ucap Gibran menggoda. Meisa langsung melepas kaca matanya, dia tidak ingin dipanggil mata empat he he he.

"Lo cantik deh culun. Lo cantik gitu kalau kaca matanya di buka,"

"Ya Allaahh, Bundaa, Ayaahh. Meisa dag dig dug." Katanya dalam hati

"Apasih Gibranjiiing, rese lu dasar," kata Meisa

"Iya iyaaa, gue juga sayang banget sama lu kok Meisasuuu."

Saat sedang asik-asiknya bercerita lucu, alarm Meisa berbunyi

"Tiitt titt... titt tittt."

"Yeeaayyy waktunya minum obaatt." Kata Meisa bersemangat. "Ehh minum vitaamiinnn," Meisa segera berlari mengambil obatnya di laci dan air mineral lalu meminum obatnya

Di sisi lain, diseberang sana, Gibran memperhatkan gerak gerik Meisa. Gibran tau penyakit apa yang diderita Meisa, Gibran tau semuanya

"Vitamin? Shit!!! Gue bukan anak kecil Mei, bahkan gue tau apa penyakit yang lo derita. Gue yakin Allah pasti kasih lo kekuatan, cepat sembuh Mei." Begitu kata Gibran dalam batinnya

Percakapan mereka berlanjut sampai Meisa merasakan kantuk. Mulai dari membahas hal-hal yang tidak jelas, lucu, maupun sedih membuat mereka berdua kelihatan sudah sangat akrab dan nyaman. Padahal jika diingat kembali, pertemuan pertama mereka benar-benar tidak mengesankan

"Sepertinya gue bener-bener suka sama Meisa," ucap Gibran di seberang sana sebelum terlelap ke alam mimpi.

***

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang