Part 3

12 3 0
                                    

Jam istirahat berbunyi, siswa siswi segera berkeliaran ke luar kelas. Ada yang ke kantin, perpustakaan, ke taman, dll. Meisa berjalan di koridor menuju kantin dengan menundukkan kepalanya. Mungkin lantai lebih enak dipandang daripada keadaan disekitarnya. Namun tiba-tiba dia menabrak seseorang. Ceroboh itu yang dia katakan dalam batinnya.

"Woi jalan lihat-lihat kali." Ucap seseorang yang di tabrak Meisa

"Mampus gue nabrak cowo. Ceroboh banget sih lu meisaaa," ucapnya dalam batin

Perlahan Meisa mengangkat kepalanya hendak melihat siapa yang ditabraknya

"Kamu. Eh elo, kalau jalan lihat-lihat dong main nabrak aja," ucap Meisa

"Heh culun, justru gue yang harus marah. Lo yang nabrak gue kenapa lo yang marahin gue." Ucap lelaki itu

"Ya, ya kan yang salah tuh elo. Lo yang nabrak gue ih. Sakit tau," ucapnya sambil memegang bahunya yang kesakitan

"Woi mata empat lo tadi jalan lihat lantai mulu. Gue kasihan sama lo, udah punya 4 mata tapi belum ngeliat jelas. Itu kaca mata perlu dibesarin lagi supaya lo bisa lihat jelas kalau lagi jalan," ucap lelaki itu dan sukses membuat mata Meisa melotot

Meisa langsung meninggalkan lelaki itu, ia tidak mau perdebatannya berakhir seperti tadi pagi yang disaksikan banyak siswa siswi. Dia sudah cukup malu dibuatnya tadi pagi. Ya, lelaki yang di tabrak Meisa adalah Gibran

Gibran hanya senyam senyum tidak jelas melihat tingkah Meisa. Cewe culun, cupu, mata empat, yang berani mengajaknya berdebat.

Meisa dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kantin, dia melihat sekitar mencari dimana keberadaan Bianca. Saat sudah melihat Bianca dia langsung menghampiri.

"Kenapa lagi tuh muka lo, ditekuk mulu. Hellooo Meisaaa ini tuh hari pertama kita sekolah di kelas sebelas, dan muka lo kusut mulu kek pakaian yang belum di setrika. Nikmati kaleeee." Ucap Bianca panjang lebar

"Gue abis debat sama Gibran lagi Bi." Ucapnya memelas

"Whatt Gibran yang tadi pagi? Temen sekelas kita?" Meisa hanya mengangkat bahu menanggapi Bianca

***

"Assalamualaikum, kakak Meisaaa pulaaangg yuhuuu, Nano nano nugat," ucap meisa bersemangat.

"Walaikumsalam. Kak Meicaaaaa," Adiknya langsung berlari lalu memeluk Meisa, kakak kesayangannya

"Kak Meica nyebelin, kan namaku Nuno kak bukan Nano nano nugat." Ucapnya sambil melerai pelukan

"Tapi kan kakak maunya nano nano nugat, et teettt kamu juga loh dek nama kakak kan Me-i-sa, bukan Me-i-ca,"

"Sudah makan siang?" Tanya Meisa

"Sudah, bibi udah nyiapin makanan tadi." Jawabnya

"Kalau gitu kakak mau ganti baju dulu abis itu kita belajar bareng oke."

"Belajar mulu sih kak, Nuno pengen main kak."

"Heh, harus belajar supaya pinter terus nanti jadi orang sukses, daaaannn ayah ibu bangga bisa punya anak yang sukses," Nuno pun langsung mengangguk bersemangat. Dia ingin meraih cita-citanya

Setelah mengganti pakaian dan makan siang, Meisa menghampiri adiknya di ruang tamu untuk belajar. Detik berganti detik, menit berganti jam, akhirnya mereka selesai belajar.

"Nak, bibi mau ke supermarket depan kompleks dulu ya mau beli telur. Telurnya dah habis," ucap bibi

"Eh, biar Meisa yang pergi beli bi. Sekalian Meisa mau beli sesuatu,"

"Nda usah nak, biar bibi,"

"Bibi, Nanti kalau Meisa nitip ke Bibi terus salah beli gimana dong. Yaudah deh biar Meisa aja bi."

"Baiklah Nak."

Meisa hanya berjalan menuju supermarket karena supermarketnya berjarak beberapa meter saja dari rumah. Meisa memakai baju santai baju kaos dan celana yang selutut. Sebelum memasuki supermarket Meisa bercermin di kaca mobil yang terparkir untuk memperbaiki ikat rambutnya.

Meisa bercermin pertama ia melepas kaca matanya dulu, sedang asik bercermin tiba-tiba-tiba kaca mobil diturunkan. Meisa kaget bukan main dia mengira bahwa di dalam mobil ini tidak ada orang nyatanya ada orang di dalam. Ceroboh katanya lagi dalam hati

"Heh culun, ngapain lo bercermin di mobil gue," Meisa mengenali suara ini dia memberanikan diri menatap seseorang di dalam mobil itu. Dan ya orang itu adalah Gibran. Dia lagi.

Mata Meisa sukses membulat saat itu juga. Dia malu, ketahuan bercermin di mobil Gibran. Meisa dengan cepat mengikat asal rambutnya lalu berjalan masuk ke supermarket tanpa merespon ucapan Raka.

Samar-samar Meisa mendengar Gibran berteriak

"Heh culun, kacamata lo jangan lupa di pake ntar lo nabrak orang lagi." Begitulah intinya

Meisa menggerutu terus dalam hati, dia ceroboh, bahkan tidak menyangka bahwa ada orang di dalam mobil tersebut dan yang paling dikagetkan Meisa yaitu orang itu adalah Raka.

Gibran sudah 3 kali dia bertemu hari ini. Ini hanya kebetulan atau takdir (?) Entahlah Meisa bingung memikirkannya



RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang