Part5

12 3 0
                                    

"Untukmu seribu damba yang melekat pada lukisan bumi. Ada padamu semua yang ku ingkari tapi ku rindui, kucintai, dan kunanti." ~mekar

***

"Gibran, gimana lo mau pinter kalau lo cuman bisa main game terus. Dari tadi udah gue jelasin semua dan satu pun nggak ada yang lo ngerti!!!"

Perkataan Meisa di hiraukan saja oleh Gibran, Dia yang lagi fokus bermain game.

"Gibran, GIIIBRAAAAAAANNN." Teriak Meisa

"Woiii culun lo ngapain teriak-teriak kek toa masjid gitu. Lo nggak liat gue apa lagi fokus main game." Ucap Gibran tanpa mengalihkan pandangannya dari game tersebut

Meisa yang hanya diacuhkan oleh Gibran sedari tadi sudah menyerah, sekarang dia akan pulang ke rumah karena Nuno pasti sudah menunggunya

"Gue mau pulang." Ucapnya sambil berdiri

"Ehh.. ehh tapi gue belum ngerti."

"Gimana mau ngerti Gibranjing orang dari tadi lo main game mulu," Meisa melihat jam di pergelangan tangannya lalu memperbaiki letak kacamatanya

"Ehh... ehh lu tadi nyebut nama gua apa?" Tanya Gibran

"Gibranjing ?!" Jawab Meisa dengan polos

"Uupss.. keceplosan." Katanya sambil memukul jidatnya sendiri

"Sialan lo. Nama gua lu perkosa."

"Udah ah gue nggak mau debat, gue mau pulang. Lagi pula ini udah sore, gue harus pulang. Adek gue pasti nyariin gue."

"Ya udah, kalau gitu gue anter lo pulang."

"Gak usah makasih."

"Jadi cewek kagak usah jual mahal, lo gak lihat apa nih," Gibran menunjuk dirinya lalu melanjutkan perkataannya

"Cogan nawarin lo pulang, dan lo gak mau. Eh bukan gak mau tapi jual mahal. Lagi pula, nggak baik cewek pulang sendiri udah mau malam juga, yaudah sih biar gue anter," Gibran langsung mengambil jaketnya lalu memegang pergelangan tangan Meisa.

Sentuhan yang Gibran buat mampu memberikan efek yang luar biasa bagi Meisa, saat ini dia berusaha menenangkan debaran jantungnya.

Gibran langsung memasangkan helm ke kepala Meisa lalu menstater motornya dan memberikan kode agar Meisa segera naik. Meisa pun memegang kedua pundak Gibran sebagai tumpuannya menaiki motor ninja milik Gibran.

Tidak ada percakapan di antara mereka. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing

Gibran yang bingung kenapa dia bisa menjadi sedekat ini dengan cewek culun bermata empat ini,

Sedangkan Meisa yang sedang memegang dadanya berusaha menenangkan debaran jantungnya yang belum saja normal sedari tadi.

Tak lama, motor Gibran sudah berhenti tepat di depan rumah Meisa. Meisa dengan segera turun lalu menyerahkan helm Gibran dan berterima kasih.

"Besok bawa adek lo ke rumah gue aja supaya lo nggak khawatir sama dia, tenang aja gue pasti anter kalian balik kok," Meisa hanya tersenyum menanggapi Gibran.

"Gue balik, jangan lupa besok lo ngajar di rumah gue," kata Gibran

"Iya, iya. Makasih loh udah di anter balik,"

Gibran mengacungkan jari jempol lalu tak lama motornya sudah melaju dan berlalu.

"Hft. Tuhan, kurasa aku telah jatuh cinta pada orang yang salah," ucap meisa dalam batin

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang