part9

11 3 1
                                    

***

Melihat meisa terbaring lemah di ranjang rumah sakit beserta peralatan medis yang di pasangkan di beberapa bagian tubuhnya membuat Bianca semakin prihatin melihat keadaan sepupu sekaligus sahabatnya itu.

Meisa yang berjuang menghadapi penyakitnya sendiri, tanpa ada orang tua.

"Bunda sama Ayah pasti liat. Mereka sudah kasih gue kekuatan Bi, emang nggak terlihat tapi gue ngerasain."

Bianca mengingat betul apa yang Meisa katakan kepadanya. Perlahan air mata yang sudah membendung di pelupuk sudah berhasil merembes turun ke pipinya.

"Kak aca, kakak caca nggak apa-apa kan?" Tanya Nuno sang adik yang sedang berdiri di samping brankar kakaknya

Nuno memang memanggil Meisa dengan sebutan caca sedangkan Bianca aca.

"Doain saja semoga caca cepat sembuh."

"Kak caca nggak akan mati kan kan? Kak caca nggak bakalan ninggalin Nuno kan kak?" Tanyanya lagi dengan suara yang tersirat sangat pedih

"Kak caca nggak bakalan ninggalin Nuno kan kak? Ayah sama Bunda sudah diambil sama Tuhan. Kalau kakak ninggalin, Nuno sama siapa kak? Begitu kata Nuno dan mulai meneteskan air matanya.

Dia masih kecil belum tau apa-apa. Tapi dia cukup dewasa melihat keadaan kakaknya

"Dulu caca pernah janji sama Nano-nano nugat kalau dia nggak bakalan nnggalin Kamu kan?"

"Iyaaa...He he he. Itu panggilan kak caca buat Nano kak aca. Nano rindu kakak Meisa,"

"Caca nggak pernah ingkar janji sayang. Dia nggak bakalan ninggalin Nano-nano nugat sendirian. Caca pasti bangun," kata Bianca menyemangati Nuno

"Iyaaaa. Kak caca pasti bangun, dia kan kuat soalnya kak caca jagoanya Nano." Katanya mantap

Nano langsung mencium kening Meisa lalu berbisik ke telinganya

"Kak, Nano rindu kakak, cepat sadar ya Nano nunggu."

***

Sudah hampir seminggu lebih Meisa di rawat di rumah sakit. Dia sudah sadar tiga hari yang lalu dan sudah menjalani kemoterapi. Sesekali Bianca, Ibu dan Ayahnya nginap untuk menemani Meisa. Bibi yang bekerja di rumah Meisalah yang selalu menjaganya

Meisa sudah sering ditawarkan untuk tinggal di rumah Bianca, walaupun Bianca adalah sepupunya sendiri namun Meisa tetap menolak.

"Rumahku adalah istanaku," begitu kata Meisa

Gibran juga sering menanyakan keberadaan Meisa, namun Bianca tidak memberitahukannya

"Bianca kok Meisa seminggu ini nggak pernah gue lihat?"

" Gue nggak tau."

"Tapi kok nggak ada di rumahnya? Apa dia sakit?

"Iya,"

" Dia sakit apa?"

"Entah...,"

singkatnya begitulah percakapan antara Gibran dan Bianca. Rencananya sepulang sekolah Bianca langsung ke rumah sakit tanpa perlu mengganti seragam.

Tanpa Bianca sadari, ternyata Gibran mengikutinya. Setelah Bianca pamit untuk pulang barulah Gibran masuk ke ruangan Meisa

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang