Bab : 3

619 11 2
                                    

Seperti diceritakan sebelumnya. Tubuh Swarabumi jatuh kedalam jurang yang tak tahu dasarnya. Untuk anak buah Jalambah mulut jurang ini merupakan pintu kematiannya karena terkena sinar keemasan yang datang dari dasar jurang. Namun ajaib, tubuh Swarabumi tak sedikitpun merasakan peristiwa yang dialami oleh iblis Belulang. Tubuh anak kecil itu tetap utuh.

Padahal kalau melihat posisinya sebenarnya sinar itu seharusnya mengenai dulu tubuh Swarabumi, sebab tubuh iblis belulang sejajar dengan tubuh putra raja Kawilarang itu. Dimana tubuh iblis Belulang berada diatas tubuh Swarabumi. Jadi harusnya tubuh Swarabumi dulu yang terkena sinar mematikan itu. Namun anehnya bukan tubuh Swarabumi yang terkena sinar itu melainkan tubuh iblis belulang. Justru Swarabumi malah sibuk dengan usahanya untuk menyambar akar yang menjuntai kebawah goa seakan tidak terpenggaruh oleh berkelebatnya sinar tersebut dari dalam jurang.

Tangannya berusaha meraih akar itu, walaupun tubuhnya dalam keadaan masih meluncur kebawah.

Begitu tanggannya berhasil meraih salah satu agar gantung itu dengan cepat tubugnya berputar supaya badannya terlilit akar itu. Mungkin bagi sebagian orang gerakan itu sangat sulit dilakukan oleh anak sebayanya, tapi semua itu kelihatannya terasa mudah untuk Swarabumi, dan itu dilakukan dalam keadaan tubuhnya sedang jatuh.

Jika buat orang biasa itu mustahil, namun takkan susah bagi anak seorang raja. Karena sedikit banyaknya dia sudah mempunyai bimbingan ilmu beladiri dari ayahnya. Tapi dirinya merasakan keanehan. Semakin ia berusaha berputar melilitkan akar pohon itu ketubuhnya maka semakin cepat pula tubuhnya merosot jatuh kebawah bukannya tertahan oleh akar itu. Wah celaka, gerutunya. Tangannya berusaha meraih akar yang lainnya. Dengan harapan akar itu bisa menahannya. Sayang semakin banyak akar yang diraih malah semakin cepat luncuran tubuhnya kebawah.

Sedangkan dari atas terdengar ada suara yang bergemuruh. Seperti ada longsor. Wajahnya berusaha mendongkak keatas seakan ingin memastikan apa yang terjadi diatas sana. Sekilas Swarabumi dapat melihat. Dimana tanah dan pepohonan disamping lubang goa terlihat akan berjatuhan kedalam goa. Melihat itu Swarabumi semakin ketakutan. 'Ah.. benar-benar kematian yang mengenaskan. Begitu jatuh kedasar jurang dengan tubuh berantakan kemudian dari atas ditimpa tanah bercampur bebatuan'. Swarabumi membathin tidak menyangka kematiannya akan seperti itu. Ia hanya bisa pasrah.

Akan tetapi dirinya merasa ada yang aneh. Pikirnya jika tanah diatas itu longsor kedalam goa setidaknya tanah atau benda apapun itu akan mengenai dirinya dulu sebelum sampai kedasar goa, tapi sejauh ini dirinya tidak merasakan adanya sesuatu yang jatuh menimpanya. Jangankan batu sebesar kepala atau pohon besar yang jatuh dan menghamtam tubuhnya. Bahkan tanah atau bubuk pasirpun Swarabumi tidak merasakan ada benda yang jatuh dan mengenai tubuhnya. Yang sekarang Swarabumi rasakan adalah ruangan itu semakin lama semakin gelap. Untuk kesekian kalinya. Dengan susah payah Swarabumi menengadahkan wajahnya keatas seakan ingin melihat keadaan diatas sana. Mata Swarabumi sedikit menyipit. Ia melihat lubang goa itu mulai tertutup dan akhirnya tertutup rapat. Seperti tidak menyisakan celah untuk cahaya agar bisa masuk kedalam goa. Akibatnya keadaan disekitar lubang goa sangat gelap sekali.

"Ah, sial.". Gerutu pangeran Swarabumi. Sambil terus berusaha memlilitkan tubuhnya ke akar itu. Namun semua usahanya itu kelihatana sia-sia. Seperti semula akar itu bukannya menahannya malah seperti terus terulur. Luncurannya semakin lama semakin cepat menuju dasar goa tanpa ia bisa menahannya. Akar gantung yang menjadi salah satu harapannya musnah sudah. Bukan menahannya malah kini membantunya mempercepat jatuh kebawah dan sialnya akar itu seolah tak mau untuk dilepas.

Lama-lama akar itu menjadi melilit seluruh tubuhnya. Kedua tangan dan kakinya tak bisa digerakan karena terlilit akar gantung itu. Dadanya terasa sesak berat untuk bernapas. 'ah mungkin ini cara matiku tergantung oleh akar sialan ini'. Katanya dalam hati. Pikiranya jauh melayang teringat akan ibu dan ayahnya. Mata anak yang baru berumur tujuh tahun itu terpejam seakan pasrah menerima semua ini. Mungkin pikirnya ia akan mati jatuh keatas batu atau paling tidak diatas tanah dengan tubuh remuk dan terlilit akar ini.

Swarabumi : Pendekar Tiga Jurus Pemburu IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang