Bab 6

357 4 0
                                    

Swarabumi untuk beberapa saat berdiam diri didekat mulut goa yang sudah kembali tertutup. Walau berat Swarabumi berjalan pelan meninggalkan tempat tersebut yang diikuti oleh Jin dibelakangnya.

Sebenarnya Swarabumi ingin berlama-lama berada ditempat dimana mulut goa itu berada. Namun ada sesuatu yang mendorong dirinya meninggalkan tempat itu. Tiada lain adalah ingin segera mengetahui keadaan kedua orangtuanya.

Tapi yang jadi masalah adalah dirinya tidak mengetahui arah jalan menuju kerajaannya dan salah satu yang tahu dan akan menjadi penunjuk jalan menuju kerajaannya tiada lain adalah pengawalnya.

Pengawal yang membawanya menjauh dari perkelahian antara ayahnya dan kedelapan orang-orang yang menyeramkan. Dimana akhirnya dirinya terlempar dan masuk kedalam goa dan membawa takdir dirinya bertemu dengan Eyang gurunya dan Jin didalam goa tersebut.

Akan tetapi Swarabumi tidak yakin apakah pengawalnya itu masih hidup. Swarabumi menghentikan langkahnya. Swarabumi terdiam terlihat seperti sedang berpikir oleh Jin. Tidak lama kemudian Swarabumi bergerak cepat ketempat yang tidak jauh dari dirinya berdiri.

Sepertinya Swarabumi sedang mencari sesuatu. Melihat tingkah Swarabumi membuat Jin penasaran dan ikut-ikutan bergerak dibelakangnya. Swarabumi berdiri didekat pohon besar. Matanya meneliti pohon itu secara teliti. Tak ada sesuatu. kalau tak salah disini paman pengawal tertancab dipohon ini. Atau mungkin paman pengawal masih hidup. Gumannya.

Ada rasa gembira dihatinya jika seandainya pamannya itu masih hidup, tapi apa mungkin ia masih hidup. Padahal Swarabumi melihat dengan jelas bagaiman ranting itu menembus tubuhnya sampai kepunggung dan hampir saja mengenai kepalanya yang berada dibalik pungung pamannya yang memanggul dirinya sebelum ia terlempar keudara.

Namun sekilas matanya melihat sesuatu berbentuk kain yang telah tertimbun semak belukar pas dibawah akar pohon besar itu. Disibakkannya semak belukar itu. Terlihat setumpuk rangka manusia berserakan tertutup belukar.

Tak pelak lagi, ia merasa yakin ini merupakan tulang belulang dari tubuh paman pengawalnya dari pakaian yang sudah mulai hancur yang menunjukkan pakaian dari kerajaannya dan pengwal inilah yang telah setia melindunggi dirinya dari kejaran para penjahat yang mau membunuhnya.

Dikumpulkan satu persatu kerangka dari pengawalnya itu. Kemudian dikuburkanya kerangka itu. Setelah dipulasara menurut agama yang diyakininya lalu berdiri disamping pusara itu. Hatinya sangat sedih.

Ingatannya menerawang jauh kebelakang. Paman pengawal begitu setia menjaganya sampai rela mengorbankan dirinya. Swarabumi mengusap wajahnya. Napasnya kelihatan berat. Harapannya untuk bertemu dengan kedua orangtuanya untuk saat ini tidak akan segera terwujud.

Perlahan Iapun meninggalkan tempat itu. Menurutnya jika dirinya berjalan kearah utara pasti akan berlawanan dengan arah yang ditempuh dulu bersama pengawalnya. Itu artinya ia akan menuju dimana ia pergi meninggalkan ayahnya raja Kawilarang yang sedang berkelahi menghadapi delapan iblis utusan raja Kalamurtada. Semanggatnya kembali muncul.

Keningnnya berkerut, bertanda ia sedang berpikir. Ia mengingat kebelakang duabelas tahun yang lalu. Waktu ia dan pengawalnya disuruh pergi meninggalkan tempat dimana ayahnya akan menghadapi kedelapan orang itu.

Tak lama kemudian mulutnya bergerak pelan. Aku ingat kalau tidak salah ditempat itu ada pohon jati yang tumbuhnya mendatar dengan tanah, tapi dimana pohon itu. Swarabumi kembali terdiam. Ia berpikir keras. Mungkin lebih baik aku lewat jalan diatas saja, siapa tahu diketinggian mataku bisa leluasa melihat kebawah.

Ia meloncat keatas dahan pohon yang paling atas. Tubuhnya bergerak diantara dahan-dahan pohon. Ia begitu gesit meliuk-liuk sedangkan Jin mengikuti dari belakang.

"Jin, apa kau tahu yang menjadi tujuanku?". Tanyanya mencoba ucapan gurunya bahwa Jin ini mempunyai keahlian dapat menebak niat seseorang.

Jin yang mengerti akan maksud Swarabumi. Jin memberikan isyarat agar Swarabumi mengikutinya. Hanya sesaat Jin itu turun ketanah, dimana terdapat pohon jati yang tumbuhnya datar dengan tanah. Swarabumi tersenyum merasa kagum akan kecerdasan temannya.

"Aku bangga punya teman sepertimu padahal dari tadi aku tidak melihatnya". Tangannya mengelus pundak Jin. Wajah Jin tersenyum memperlihatkan bibirnya yang tebal. Mata Swarabumi sekilas melihat sebuah kepala manusia dengan tutup kepala yang sudah lama ia kenali. Tiada lain adalah penutup kepala yang menjadi ciri khas seorang raja.

"Ayahanda". Teriak Swarabumi menjatuhkan dirinya disamping mayat ayahnya yang tinggal tengkorak itu. Kepalanya jatuh diatas kepala ayahandanya. Tubuhnya bergetar, tak kuasa menahan duka.

Hatinya tersayat kesedihan yang dalam. Ayahanda yang sangat dicintainya dan sudah sangat lama tidak bertemu, kini begitu bersua hanya seonggok tulang belulang ayahnya yang berserakan terbungkus belukar.

Meskipun dirinya telah digembleng orang Eyang gurunya akan tegar dalam menghadapi apapun, namun begitu melihat keadaan Ayahnya yang mengenaskan. Tentu saja Swarabumi tidak bisa menahan perasaan.

Amarahnya memuncak dipukul-pukulnya tanah yang ada dihadapananya. Saking marahnya membuat tanah bekas pukulan itu berlubang cukup dalam. Melihat tindakan itu, cepat-cepat Jin yang berada disampingnya menepuk punggungnya. Swarabumi melirik kebelakang matanya menatap Jin.

"Sudah, ayo kita kuburkan". Kata Jin agar Swarabumi tidak terlalu larut dalam kesedihan. Menurut Jin tempat yang paling layak untuk Ayah Swarabumi tiada lain adalah didalam tanah.

Swarabumi berdiri kemudian ia mengikuti langkah Jin. Dicarinya tanah yang cukup baik untuk dijadikan komplek pemakaman untuk menguburkan ayahandanya dan para pengawalnya.

Selang beberapa saat mayat ayahnya sudah terkubur dengan sepotong balok kayu yang telah ia tulisan dengan mengunakan telunjuknya sebagai nisannya. Suatu penguburan yang sangat sederhana bagi seorang raja.

Pemakaman itu dilakukan dengan agama yang diyakininya, karena ia yakin walaupun ayahnya beragama lain tak ada salahnya seorang anak melakukan bakti terakhirnya menurut keyakinannya.

Setelah selesai menguburkan ayahnya dan sebuah tengkorak kepala yang tidak ia kenal berikut para pengawalnya. Ia berdiri dekat pusaran ayahnya, dipegangnya Jin yang berdiri disampingnya. Dengan perasaan yang masih berduka, ia meninggalkan tempat itu dimana ayahnya bersemayam dengan tenang dikelilinggi oleh pusaran para pengawal setianya......BERSAMBUNG.

SELAMAT TAHUN BARU. MUNGKIN INI SEBAGAI KADO TAHUN BARU 2017 UNTUK PARA READER SETIA DARI SAYA. SEMOGA BERBAHAGIA DITAHUN BARU INI DAN SUKSES DALAM SEGALA BIDANG....AMIN.

Cianjur, 1 januari 2017. Dikomen yach.

Swarabumi : Pendekar Tiga Jurus Pemburu IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang