Bab 5

421 5 4
                                    

Bersamaan dengan berhasil keluarnya Swarabumi dari dalam goa dan sekarang dirinya berdiri diatas tanah yang dulu hampir dari duabelas tahun tidak pernah diijaknya lagi. Ada perasaan bahagia didadanya.

Perasaan yang tidak mungkin bisa terwujud jika seandainya dirinya tidak bertemu dengan manusia yang bercahaya itu. Akan tetapi disisi bagian dalam hatinya.

Ada perasaan sedih yang bergelayut didadanya karena harus berpisah dengan manusia yang bercahaya itu yang kini sudah menjadi gurunya itu.

Walaupun begitu Swarabumi tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya kini. Semua bercampur aduk. Akan tetapi apa yang dirasakan Swarabumi sekarang sangat berbeda jauh dengan suasana yang terjadi di kerajaan Kalamurka.

Tiba-tiba saja seluruh bangunan kerajaan kalamurka bergoyang hebat. Layaknya sedang dilanda gempa. Istana yang dirajai oleh Kalamurtada itu seakan mau runtuh. Bahkan ada dibeberapa bagian ada yang roboh.

Tanah dimana kerajaan Kalamurka seakan bergerak tidak karuan. Mengombang-ngambingkan apapun yang ada diatasnya. Layaknya air laut yang bergolak. Mengombang-ngambingkan kapal yang ada diatasnya.

Semua para penghuninya sangat terkejut dan ketakutan. Begitu juga Kalamurtada yang sedang melakukan pertemuan dengan para abdi kepercayaannya. Kalamurtada merasa heran dengan apa yang terjadi pada istananya. Selama ini dirinya tidak merasakan kejadian seperti ini.

Dimana seluruh bagunan yang dulunya bekas kerajaan Swaradipa yang kini menjadi kekuasaannya tergoncang hebat. Semua orang yang ada diruangan itu merasakan keanehan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Semua orang yang ada diruangan pertemuan itu menatap raja Kalamurtada seakan ingin tahu apa harus dilakukan. Melihat itu Kalamurtada Hanya mengerutkan keningnya, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Kedua tanganya memegang erat pegangan kursi kebesarannya.

Wajahnya menatap kelangit-langit istana. Dirinya melihat semua yang tergantung dilangit-langit istananya bergoyang hebat. Sebelum matanya beralih pada patung yang jatuh disebelah kirinya yang kemudian disusul oleh patung-patung lainnya. Suara bergedebug jatuhnya patung dan benda-benda lain membuat ruangan pertemuan itu begitu gaduh.

Patung-patung yang berjatuhan kelantai itu terlihat hancur berantakan tidak berbentuk lagi. Bahkan kursi yang diduduki oleh Kalamurtada bergerak, sehingga tubuhnya sendiri ikut bergerak. Kalamurtada berusaha mengerahkan tenaga dalamnya untuk mencoba agar kursi yang diduduki oleh dirinya tidak bergerak. Akan tetapi semuanya sia-sia tetap saja kursi itu bergerak walau tidak sekuat sebelum Kalamurtada mengunakan tenaga dalamnya.

Terlihat wajah Kalamurtada sangat marah begitu patung-patung yang dianggapnya suci itu hancur. Wajahnya memerah. Matanya melotot kesekeliling ruangan. Seakan Kalamurtada ingin mengetahui siapa yang membuat seluruh isi kerajaannya hancur.

"Kurang ajar. Siapa yang berani melakukan semua ini pada kerajaanyaku". Teriaknya. Tubuhnya berkelebat keluar Istana yang diikuti oleh orang-orang yang ada diruangan itu. setelah diluar kemudian

Kalamurtada bergerak keatas bangunan istana. Sepertinya Kalamurtada ingin memastikan siapa yang melakukan semua ini pada kerajaanya. Tangannya memberikan Isyarat agar orang-orang kepercayaannya untuk menyebar guna mencari siapa yang berani membuat onar dikerajaanya.

Kalamurtada baru turun dari atas bangunan istananya setelah gerakan layaknya gempa itu yang terjadi pada kerajaannya mulai berhenti. Kemudian kembali masuk keistananya tanpa mempedulikan dengan ruangan pertemuannya yang terlihat berantakan oleh patung-patung yang hancur dan duduk diatas kursi kebesarannya sambil menunggu berita yang akan dibawa oleh orang-orang kepercayaannya. Dirinya begitu tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi pada kerajaanya. Dirinya merasa yakin bahwa kejadian itu bukan berasal dari gempa bumi.

Swarabumi : Pendekar Tiga Jurus Pemburu IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang