1. Clothes

88.9K 4.4K 45
                                    

Hai hai helooo... well, selamat ketemu lagi sama author abal-abal ini. Maaf, disaat ada story yang belum terselesaikan dan sekarang aku malah bikin yang baru. Oke, aku cuma butuh motivasi dan masukan baru dari kalian. Kangen juga sama jempol dan komen kalian semua.

Warning!!

cerita ini mengandung banyak typo, gajeness, dan yaaah mungkin alurnya juga maintream. if you don't like so don't read, klik tombol kembali di pojok kiri.

Happy reading....


Musik berdentum memekakan telinga namun orang-orang yang berada di sini sama sekali tak ada yang merasa terganggu, malah mereka saling mengangkat satu tangan mereka ke udara kemudian mereka hentakkan seirama dengan hentakkan musik. Glek, lagi, entah sudah gelas keberapa yang mereka sodorkan padaku. Namun yang kutahu, kepalaku sudah mulai berputar dan berdenyut sakit.

"Lagi, lagi, lagi!" mereka berteriak seraya menyodorkan gelas berikutnya.

God, andai aku tinggal bersama kedua orang tuaku, mungkin saat pulang nanti aku akan diceramahi habis-habisan. Atau bisa jadi kepalaku akan putus dari tempat seharusnya berada. "Enough, perutku- hoeeek ..."

"Helleeen!!"

*

*

*

Kepalaku terasa begitu berat, denyutan efek minum semalam pun masih terasa sakitnya. Mengerjap sesaat dan retinaku lekas diserbu oleh sinar matahari yang berhasil lolos dari celah gorden jendela kamar apartemen bobrokku. Sial, seharusnya kemarin malam aku tak mengiyakan ajakan mereka berdua dan berakhir naas seperti ini.

Selamat pagi kamarku yang sekarang sudah berubah menjadi kapal pecah entah bagaimana caranya, yang pasti sore nanti tenagaku akan dikuras habis untuk memperbaikinya menjadi rapi seperti semula. Oh tunggu, bahkan aku lupa bagaimana caranya aku bisa sampai di sini setelah tak sadarkan diri semalam.

Apa mereka yang membawaku? Sepertinya sedikit mustahil jika menilik betapa hebohnya pesta ulang tahun rekan kerja kami. Bukannya apa-apa, tapi kurasa mereka tidak akan rela meninggalkan pesta lebih awal hanya untuk mengantarku pulang. Aah, masa bodo bagaimana proses pulangnya diriku semalam, yang perlu kulakukan saat ini adalah mandi dan segera berangkat ke kantor atau aku akan melewatkan rapat pagi ini.

*

*

*

"Helleeen, di sini!" Anggi baru saja berteriak seraya melambaikan tangan dari meja yang ia duduki. Aku bergegas ke sana seraya membawa nampan berisi makanan yang tadi kupesan. "Bagaimana rapatmu tadi?"

"Oh, itu... lumayan membuat kepala sedikit pusing dan perut keroncongan." aku mulai memasukkan pancake ke dalam mulutku saat Inggrid tiba-tiba saja mengatakan hal yang tidak kumengerti.

"Hey, kau sudah meminta maaf padanya?"

"Tunggu, apa maksunya tentang minta maaf? Apa aku ada salah pada seseorang?"

Mereka berdua tertawa seraya memegangi perut mereka, "Kau tidak ingat?" dan aku lekas menggeleng.

"It's sounds bad." tebakku tak yakin.

"Benar sekali, kau peminum yang payah. Padahal baru 4 gelas tapi kau sudah teler parah. Dan lebih sialnya lagi kau muntah di punggung seseorang sebelum tak sadarkan diri!" Anggi terlihat begitu bersemangat bercerita tentang diriku yang begitu memalukan.

Heal me, DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang