5. Tetangga Baru

40.2K 3K 87
                                    

Warning!!!
Tulisan saya penuh dengan kekurangan, kurang rapi, kurang feel dan kekurangan lainnya.

This story pure from my imagination. Sorry kalo ada kesamaan nama, setting atau plot.

Don't copy paste, don't judge and don't be bullying person!!

Happy reading...

*

*

*


Perfect!

Sebenarnya satu kata itu tidak cukup untuk menggambarkan perasaanku terhadap tempat tinggal baruku. Aaah... terimakasih untuk Nadine yang sudah banyak membantu dalam dekorasi ruangan.

Mungkin tidak semewah tempat tinggal Anggi maupun Inggrid, tapi aku sangat puas dengan tempatku yang sekarang. Tidak hanya karena harganya yang miring, tempatnya lebih luas, lebih nyaman dari tempatku yang dulu. Hal paling utama yang aku syukuri karena letaknya tak begitu jauh dari kantorku, aku hanya perlu naik ojek sekitar 15 menit untuk sampai ke sana.

Bicara tentang kantor, aku jadi teringat naskah waktu itu, aku belum sempat menyelesaikan bagian akhirnya. Dari penilaianku, ini penilaian seorang editor terhadap sebuah tulisan, bukan penilaian subjektifku, ingat itu baik-baik. Dari beberapa segi atau sudut pandang sebagai seorang editor, aku menilai naskah itu layak untuk ditindak lanjuti alias berhak masuk ke meja redaksi dan naik cetak.

Beruntung sekali karena aku menemukan amplop yang pernah dikirim oleh penulisnya bersama naskah ke kantor penerbitan kami, naskah itu rupanya sudah masuk sejak 4 bulan lalu dan baru muncul ke permukaan berkat pemilihan acak yang aku lakukan waktu itu.

Di amplop itu hanya tertera alamat si penulis saja, karena biodatanya sudah ia sertakan bersama di dalam naskah, itu sudah pasti. Aku memutuskan untuk menemui penulisnya langsung di kediamannya karena aku tak memiliki nomor ataupun emailnya. Mungkin agak sedikit memalukan saat aku meminta copyan naskahnya lagi dengan alasan naskah yang lama sudah menjadi bubur dan terimakasih pada bencana banjir air wastafel yang sudah melenyapkan semuanya.

Aku membongkar isi tasku, kalau tak salah aku sudah memasukkan amplop berisi alamat itu ke dalam tas. Semoga penyakit pikunku tidak kambuh. "Ini dia!" aku bernafas lega, kalau ini sampai hilang maka berakhirlah, perasaan bersalah akan selalu menghantui tidurku selamanya. Bukan bersikap berlebihan, tapi ini menyangkut tanggung jawab dan profesionalitas seseorang dalam pekerjaannya. "Hunian SuperBlock, tower 5 Lantai 10, nomor 1009."

Secara teknis kaki-ku lekas berlari ke luar untuk memastikan bahwa apa yang tertera di amplop ini dan apa yang tertera di luar memanglah sama.

Tidak mungkin!

Sekarang, apa? Apakah aku langsung mengetuk pintu rumahnya dan menjelaskan maksud kedatanganku padanya tanpa basa-basi lagi? Tidak, tidak, itu sangat tidak sopan. Seperti ciput, tubuhku langsung kembali masuk ke dalam rumah.

Ponselku? Di mana aku meletakkan ponselku? Astaga, belum berumur 50 tahun saja sudah sepikun ini, bagaimana nanti? Mungkin aku melupakan hidungku juga kalau tidak menempel erat di tempatnya.

"Ini dia!" ponsel sialan ini rupanya bersembunyi di balik bantalan sofa. Mungkin ponselku tahu kalau pulsanya akan kupakai jadilah ia bersembunyi. "Angkat, angkat, ayolah Nadine!"

'Halo...?'

"Nad! Syukurlah, kukira kau akan mengubur ponselmu."

'Ada apa? Kau menganggu, kalau kau ingin tahu!'

Heal me, DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang