7. Bloody fucking Neighbor!!

35.2K 2.7K 40
                                    

Warning!!!
Tulisan saya penuh dengan kekurangan, kurang rapi, kurang feel dan kekurangan lainnya.

This story pure from my imagination. Sorry kalo ada kesamaan nama, setting atau plot.

Don't copy paste, don't judge and don't be bullying person!!

Happy reading...

*

*

*

Sabtu

"Tungguuu ... " Hampir saja!

Sebenarnya aku sangat benci ketika harus berdesakan dalam lift, tapi mau bagaimana lagi, kalau aku memaksakan diri untuk menunggu lift selanjutnya maka aku akan sangat telat dan telingaku akan memanjang karena harus menampung ocehan wakil ketua redaksi nanti.

Oh tidak! Ini buruk, kami satu lift. Tapi kupikir dia tak melihatku atau mungkin sengaja untuk tidak melihat keberadaanku. Entahlah, hanya dia dan tuhan yang tau.

Dia seperti marah, tapi aku tak tau kesalahan apa yang sudah aku perbuat padanya. Sampai lift berhenti di lantai dasar dan kami keluar pun dia tetap tak melihatku padahal posisiku tepat berada di sampingnya. Dan harga diriku tak mengijinkanku untuk menyapanya lebih dulu.

Biarkan saja, masa bodo! Aku tak perlu ambil pusing. Dia boleh marah sebanyak yang dia mau, memang siapa yang akan peduli. Kami bukan teman, dia bukan siapa-siapaku, dia hanya tetangga rumahku, orang aneh! Bahkan tak ada sesi perkenalan diantara kami, hanya aku yang tau siapa namanya, itupun karena insiden di rumah sakit waktu itu.

Saat di kantor, aku selalu menghindari Kuncoro, bagaimanapun caranya. Aku tak peduli.

*

*

*

Minggu

Brak!

Brak!

Brak!

"Brengsek!" mulut cerdasku baru saja mengumpat.

Seharusnya jadwal bangun tidurku di hari minggu seperti ini adalah jam 9. Tapi si brengsek yang entah sedang mengamuk di depan rumah siapa di luar sana sudah merusak semuanya. Kulirik jam weaker di atas night stand. Oh, sialan, bahkan jarum pendek belum menyentuh angka delapan.

"Brengsek, Arka, aku tahu kau ada di dalam! Ke luar kau sialan." Siapa? Aku segera keluar dan melihat seseorang sedang mengamuk di depan pintu dokter itu. "Arka!"

Seorang pria dengan stelan seperti itu? Otakku langsung bisa menebak seperti apa pekerjannya. Kalau dia bukan seorang direktur muda, mungkin tingkatan terendahnya adalah seorang menejer. Tapi jika melihat kebrutalannya seperti itu, aku jadi berpikir kalau sebenarnya dia adalah seorang ketua gangster.

"Apa aku menganggumu, Nona?"

Seketika kewarasanku kembali saat mendengar suara beratnya. Aku mendongak dan tatapan kami langsung bertubrukan. "Hn, tentu saja. Anda dengan kelakuan tidak waras anda seperti tadi sudah pasti sangat menganggu ketenangan orang-orang yang tinggal di sini. Dan apakah anda tidak punya jam tangan atau jam dinding yang menempel di tembok rumah anda, tuan?"

Pria itu sedikit membungkukkan tubuh tegapnya, "Maaf."

Sudut mataku melirik pintu di depannya yang sama sekali tak ada tanda-tanda akan dibuka oleh sang empunya. "Apa dia punya hutang padamu?" tanyaku tak yakin.

Heal me, DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang