Yay! Lastpart.
Dear Ali,
Makasih untuk status 'bertunangan'nya. Makasih untuk cincinnya. Aku menyukainya!
Makasih untuk kebahagiaan yang kamu beri kepadaku.
Makasih telah menjadi penyemangat untukku.
Makasih telah meluangkan waktunya untukku.
Makasih untuk semua yang kamu lakukan.
Aku berharap, kamu mendapatkan gadis spesial yang akan kamu bahagiakan kelak.
Aku sudah lemah. Sudah waktunya aku kembali. Terima kasih Ali.
Aku yang akan selalu berada di hatimu,
—Prilly Latuconsina• • •
Jakarta, 20 Juli 2015
"Malam ini, adalah malam yang paling spesial! Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya dan Prilly sudah resmi bertunangan." ucap Ali.
Ia dan Prilly segera bertukar cincin. Senyum kebahagiaan dari bibir pucat milik Prilly langsung terukir.
Tiba-tiba, senyum itu berubah pudar. Matanya terpejam, dan ia pingsan.
"Prilly!" seru semua orang. Dokter pun langsung mengecek denyut nadi Prilly.
"Maaf. Prilly sudah tak ada,"
Satu kalimat itu membuat Ali seperti tersambar petir. Dunia terasa runtuh, diikuti dengan runtuhnya kebahagiaannya malam itu.
Ali menangis. Semuanya begitu.
"Prilly, bangun! Hei! Aku masih mau hidup bareng kamu, Prilly." Ali menepuk-nepuk pipi Prilly. Nihil.
Malam itu, malam terberat bagi Ali.
•
Jakarta, 21 Juli 2015
"Ali, ayo pulang, Sayang." ucap Tante Ully. "Sebentar lagi hujan,"Ali menggeleng. "Ali masih mau disini, Ma."
"Ali, ayo pulang. Kasihan Prilly, nanti dia sedih lihat kamu begini. Ikhlas, Nak," ucap Om Rizal.
Ali mengangguk. "Aku pulang dulu, ya, Sayang. Aku cinta kamu."
Ali mencium nisan Prilly, kemudian berdiri.
"Ali, ini ada surat dari Prilly sebelum dia meninggal," ucap Tante Ully. "Katanya, baru boleh dikasih setelah pemakamannya."
Ali mengusap air matanya. Ia menerima amplop dari Tante Ully dan berniat membukanya sekarang. Ia pun menangis dan tersenyum.
"Mama sama Papa duluan saja. Lima menit lagi, Ali menyusul."
Tante Ully dan Om Rizal pun mengangguk. Ali terduduk disebelah makam Prilly.
"Sama-sama, Sayang. Makasih juga udah mau jadi cinta pertamaku! I love you."
Hari itu, Ali merasa ia bukan Ali. Ia bukanlah Ali yang selalu bahagia. Ali yang selalu bahagia disamping Prilly.
Ia merasa, hari itu ia adalah seorang laki-laki yang hatinya sangat hancur. Pecah berkeping-keping. Tapi suatu saat, hati itu akan menyatu kembali perlahan walaupun bekas retakan itu masih terlihat nyata.
Ali menyeka air matanya. Selamat tinggal, Prill.
"Ali, aku sekarang sudah bahagia, Li. Sudah waktunya aku bertemu dengan Allah. Aku akan meminta kepadaNya, agar kamu terus diberikan kesehatan dan rezeki. Kamu jaga diri kamu baik-baik. Aku mencintaimu."
Entah darimana datangnya, bisikan itu terasa nyata bagi Ali. Ia tersenyum manis.
"Aku akan selalu mengingatmu."
Ali pun melangkah keluar dari TPU itu untuk pulang. Untuk memulai semuanya dari awal, tanpa Prilly.

KAMU SEDANG MEMBACA
Last 5 Messages [COMPLETED]
Fiksi Penggemarstat: completed [ tetap hargai karyaku dengan vote/beri kritik saran walau sudah completed] • ali prilly short fanfiction •