Pesona kecantikan, gerak tubuh yang ringan serta gesit, pemikiran dewasa, kepopularitasan, pandangan kagum dari masyarakat, serta hasil kerja yang selalu bersih. Semua hal itu telah Ia miliki. Gadis cantik bernama Prosa tersebut memang bisa dibilang sebagai "dewi".
"Bosan" Ucap Prosa saat menatap judul Novel satu persatu. Toko buku dengan bau khasnya telah menjadi tempatnya untuk sekedar singgah.
"Itu karena kamu selalu berada di tempat yang sama setiap kali ketoko buku" Tegur Altar. Ia kemudian mengusir anak perempuannya untuk melihat-lihat buku di rak-rak yang lain. "Pergilah ke sesi majalah. Mungkin setelah baca majalah remaja, kamu bisa lebih feminin".
Prosa berpaling dengan angkuh kemudian menuju kearah yang Altar tunjukkan.
"Rosa!, Tunggu..." panggil Altar kembali. Ia mengeluarkan sebuah kacamata polos dari saku jaketnya. "Pakai ini. Aku tidak ingin pulang dengan para fans milikmu. Sesekali kamu harus ingat bahwa dirimu itu penyanyi sekaligus model terkenal. Ah...masker yang kau pakai juga miring. Nanti rapihkan dan jangan sampai wajahmu terlihat".
"kenapa harus pakai kacamata juga?, kupikir masker saja sudah cukup. Aku juga sudah bukan seorang penyanyi dan model lagi. Ayah, lagipula aku juga tahu risiko bila pergi ke sesi majalah dan surat kabar. Belakangan ini aku juga sudah muak melihat berita mengenai kemunduranku sebagai penyanyi serta model yang diheboh-hebohkan. Sudah pasti aku akan berhati-hati."
Altar menatap Prosa dengan tatapan meremehkan. "Lalu, apa kamu tidak ingat?. Bulan lalu kamu berkata seperti itu dan lengah. Bahkan sampai dibuntuti stalker yang hampir mencekikku. Euh—rasa saat tangannya berada di leherku masih berbekas sampai sekarang"
"Oke aku paham. Tapi biar aku benarkan. Stalker itu tidak akan bisa mencekikmu" Ucap Prosa. Dari gerakan bibirnya, Ia hampir ingin tertawa.
"Kenapa?"
"Karena..." Lanjutnya, "Ayah bahkan tidak punya leher"
"Hei!, Ayah memang agak gemuk beberapa tahun ini. Tapi Ayah itu dulu..."
Prosa terdiam, kelihatannya Ayahnya ingin mengucapkan sesuatu. "Ayah dulu kenapa?"
Altar mulai berkeringat dan memalingkan wajahnya kearah rak-rak buku. "Ah—tidak apa-apa. Kau bisa pergi sekarang"
Melihat kelakuan Altar, Prosa tentu curiga. Tapi apa yang ingin dikatakan Altar?.
Ayah biasanya tidak mengalihkan topik pembicaraan begitu saja. mungkin Dia hanya ingin bilang bahwa dulu Dia kurus. Tapi ada apa? Kenapa wajahnya begitu gelisah?. Apa Dia malu bila mengakui kalau dulu Dia pernah kurus?. Ah iya, paling hanya ingin buang air besar, batin Prosa. Tentu saja Ia yang terlalu sensitif. Ayahnya yang terihat sepeti orang yang tegas sebenarnya hanya seorang Ayah yang konyol.
Saat Prosa telah berjalan cukup jauh dari Ayahnya, Altar mengehela napas lega.
"Hampir saja....,aku memang tidak pandai berbohong".
**
Bagi Prosa, kehidupan diluar keluarganya sangat membosankan. Ia memang selalu meraih apa yang Ia mau. tentu saja dengan usahnya. Tapi, kenapa Ia merasa bahwa dirinya dijadikan boneka oleh dirinya sendiri?. Perasaan itulah yang menyebabkannya berhenti dari dunia gemerlapnya dua bulan yang lalu. Seperti saat Ia memenangkan juara Lompat Jauh dengan jarak terjauh bagi murid SMA. Ia tahu bila semua itu hasil lompatannya, tapi kenapa, kenapa Ia merasa bila semua itu bukan hasil kerjanya?. Seakan semua itu hanya hasil keberuntungan semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyrasaka, when the world aren't the same
FantasyProsa, wanita berumur 20 tahun yang menganggap dunia selalu berputar ditangannya. Namun suatu hari, Ia berada didunia lain dengan berbilah-bilah pedang yang siap menebas lehernya. dalam dunia barunya, hidupnya penuh dengan tantangan. bersama dengan...