Prosa membuka pintu kayu kecil yang menderit. Rumah neneknya memang cukup gelap sehingga harus berhati-hati agar tidak menginjak karepet kesayangan Marin. Sesuai dengan petunjuk Ayahnya, Ia berjalan sambil menelusuri setiap sudut lantai dirumah itu. satu, dua, bahkan empat jam telah berlalu dengan menelusuri lantai rumah yang kecil tersebut.
"Sudah mendaki gunung untuk sampai kerumah nenek, ternyata hanya dibohongi Ayah" Prosa mendengus kesal. "Kenapa aku harus percaya kalau dirumah nenek ada hal yang menarik kalau aku menelusuri lantai rumahnya?"
Ia berpikir, kalau bukan dilantai, kira-kira dimana sesuatu yang menarik akan diletakkan?.
Dibawah ubin? Dibawah tangga? Dibawah karpet? Kenapa harus dibawah lantai semua?!. Ayo berpikir!, Pasti ada sebabnya kenapa Ayah bilang untuk menelusuri lantai rumah nenek. Tapi apa? Sesuatu yang sangat disembunyikan nenek? Sesuatu yang dilindunginya......KARPET!.
Prosa berlari dari dapur menuju ruang tamu. Dilihatnya karpet putih kesayangan neneknya. Karpet tersebut mempunyai sedikit loreng hitam yang berbentuk seperti panah. Dengan curiga, Prosa mengarahkan pandangannya sesuai arah loreng tersebut. Dilihatnya sebuah dinding batu bata yang terlihat belum selesai untuk lapisi semen. Bila sesuai dengan yang ada di cerita-cerita, salah satu batu bata ini akan menjadi kunci untuk jalan seanjutnya. Tapi dimana?.
Dengan teliti, Ia meraba seluruh batu bata tersebut satu persatu. Namun tidak ada satupun yang bergerak atau goyah dari tempatnya. Hanya saja, tangannya menjadi sedikit lembab. Setelah diperhatikan dengan seksama, terdapat beberapa batu bata yang terlihat lembab berkumpul di satu tempat.
Kalau bukan batu yang didorong atau ditarik, bagaimana jika....
Gadis tersebut meletakkan telapak tangannya pada bagian lembab tersebut. Sesaat Ia dapat merasakannya. Perasaan kuat yang mengalir dari dalam darahnya seakan ingin keluar dari dalam daging. Ia berlari kedapur dan kembali dengan segayung air. Disiramnya dinding tersebut dengan semua air didalamnya. Sungguh mengagetkan, air tersebut tidak ada satupun yang jatuh kelantai. Seperti terhisap kedalam dinding. Sesaat kemudian, dinding batu bata tersebut bergerak mundur sehingga memberikan celah untuk menuruni tangga kebawah. Tangga yang landai tersebut Prosa turuni perlahan. Lorong tersebut gelap, namun seketika air mulai mengalir dikedua sisi tangga. Alirannya dibuat diatas celah kecil yang memanjang sepanjang tangga. Ajaibnya, air tersebut menyala.
"Apa ini jalan buntu?" Kata Prosa.
Ia bingung. Mengapa diujung tangga terdapat air terjun kecil? Apa hanya sampai disini?. Untuk menghapus rasa penasarannya, Ia mebiarkan telapak tangannya memasuki air terjun tersebut. Alirannya tenang sehingga Prosa membuat telapak tangannya menembus air seakan membelahnya jadi dua. Ia memasuki air terjun tersebut perlahan dan mendengar nyanyian ribuan orang dari dalam sana. Namun, saai Ia berhasil menembus air terjun tersebut, berbilah-bilah pedang yang mengkilat bejejer untuk merebut lehernya.
"Gusti....Apa yang sedang.....Terjadi?" Tanyanya Gelisah.
**
"Penyusup telah ditangkap!" salah seorang pria berbaju besi berteriak sambil menggenggam erat lengan Prosa.
Prosa masih kebingungan mengenai keadaan sekitar. Dihadapannya, banyak sekali orang-orang yang menggunakan pakaian yang mirip dengan abad pertengahan. Dan yang lebih menarik perhatiannya adalah seseorang dengan rambut perak mulai berjalan mendekat. Ditangannya terdapat pedang yang terlihat tidak akan lepas meski diterjang badai sekalipun. Tatapan pria itu juga sama tangguhnya dengan caranya menggenggam pedang.
"Katakan siapa kau!" tanya pria berambut perak tersebut. Mata pedangnya kini berada diatas bibir Prosa, pedang yang siap menebas kapan saja.
Merasa tertantang karena tidak boleh salah memilih kata, Prosa menatap balik Pria tersebut dengan tegas. Pria dihadapannya sepertinya adalah kesatria yang dihormati. Para pemegang pedang lainnya bahkan memberinya jalan saat mendekati Prosa. Langkahnya juga menampakkan statusnya yang tinggi. Insting Prosa mengatakan bahwa tempat ini adalah tempat yang sama sekali berbeda dengan dunianya.
"Aku hanya orang yang tidak tahu apa-apa. Bagaimana kalau aku menjawab seperti itu?" jawab Prosa. Menurutnya, itu adalah jawaban paling tepat saat itu. bila menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Ia masih belum cukup tahu tentang apa yang akan orang-orang ini lakukan kepadanya. Untuk saat seperti itu, memang paling baik bila mendapatkan respon yang mempunyai banyak kemungkinan. Dan bila Ia bisa mendapatkan celah untuk memberontak, Ia akan menggunakan kekuatan beladirinya atau bahkan kemampuannya berpedang kemudian menyusup kembali kebalik air terjun.
Sekarang!.
Gadis berumur 20 tahun tersebut mundur dengan gesit. Ia dapat melihat celah diantara kaki-kaki para penjaga. Tanpa terbesit pedang, Ia menjulurkan kakinya dan membuat putaran diantara mereka. Penjaga tersebut jatuh satu persatu kecuali si rambut perak. Prosa mulai membalikkan tubuhnya kemudian berbalik keair terjun tersebut.
Buntu.
Air terjun tersebut buntu dan tidak memiliki celah didalamnya.
"Kau sepertinya tidak mempunyai niat jahat. Aku paham alasan kau untuk membela diri. Hei nona muda, untuk sementara kau akan ditahan Karena telah melawan prajurit kerajaan. Kita akan mendengar penjelasanmu kemudian memutuskan hukumanmu nanti" Kesatria berambut perak tersebut kemudian pergi setelah memberikan komando kepada prajurit yang lain. Prosa dengan paksa dibawa menuju kedalam jeruji penjara. Tubuhnya lemas mendapati pintu munuju rumah neneknya telah hilang begitu saja.
Dasar Ayah! Apa maksudnya ini?
**
Teuku menjatuhkan cangkirnya. Tangannya gemetaran begitupun bibirnya. "Apa maksudnya?! Pintu tersebut tidak bisa selalu ketujuan yang sama?!"
Marin menatap Altar untuk meyakinkannya, kemudian kembali menatap Teuku. "Pintu tersebut selalu menuju ketujuan yang ditakdirkan. Lebih tepatnya, selalu berjalan sesuai dengan kebutuhanmu"
"Bagaimana bila pintu itu tidak berfungsi dan menuju ketempat yang berbahaya?!"
Altar menggaruk tengkuknya. Ia sudah cukup sering menghadapi seorang wanita umur 20 tahun, namun untuk lelaki berumur 21 tahun, rasanya agak sulit. "Dengarkan. Pintu tersebut tidak menuju kesembarang pintu diseberang sana. Pintu tersebut hanya bisa menuju kepintu suci lain. Pintu suci tersebut juga hanya ada beberapa dikerajaan yang berbeda. Karena Rosa seorang Raq, kupikir Ia akan sampai pada pintu di kerajaan Migtyn, kerajaan pengendali Air"
Marin berdiri dengan maksud meluruskan tulang punggungnya sebelum berjalan pergi. "Yang penting, hal yang paling mustahil adalah saat seseorang mempunyai dua elemen yang berbeda. Kupikir mungkin Prosa memihak kaum kita"
"Sebelumnya, Ibu berkata bahwa tidak mengetahui kekuatan Rosa. Lalu, kau juga berkata bahwa Rosa adalah seorang Raq .Apa yang kau maksud dengan 'mungkin'?" tanya Altar yang seketika berubah menjadi suram. "Kuharap ini tidak ada hubungannya dengan Istriku, Hasa"
**
^y=<>
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyrasaka, when the world aren't the same
FantasyProsa, wanita berumur 20 tahun yang menganggap dunia selalu berputar ditangannya. Namun suatu hari, Ia berada didunia lain dengan berbilah-bilah pedang yang siap menebas lehernya. dalam dunia barunya, hidupnya penuh dengan tantangan. bersama dengan...