3. Pion sang Raja

2 0 1
                                    


Penjara tersebut cukup luas untuk seorang tahanan. Dikanan ruangan terdapat papan kayu yang salah satu sisinya digantung pada dinding. Mungkin untuk tempat tidur para tahanan. Masih dengan pakaian basahnya, Prosa duduk dengan tenang sambil bersenandung. Kadang Ia merasa bila dirinya sudah gila karena bisa sebahagia ini saat dipenjara. Dirinya juga mengira-ngira apa yang akan dilakukan oleh kerajaan selanjutnya.

Pintu besi terbuka dengan kasar. seorang pria masuk. Prosa benar-benar mengenal pria tersebut sejak pertama melihatnya. Penampilannya sungguh mencolok. Rambut peraknya, warna mata abu-abunya, serta pedang perak dengan ukiran khas jawa pada bilahnya. Dibelakangnya terdapat seorang wanita muda yang cantik. Wanita tersebut mengenakan pakaian seperti kesatria. Rambutnya pirang dan panjang, ujungnya sedikit melengkung kedalam dan terihat halus, sayang sekali Ia mengikat rambutnya.

"Nona Lyra, kau tidak harus mengikutiku sampai kesini" Ucap pria tersebut pada wanita dibelakangnya.

"Gaylen, aku hanya ingin tahu wanita yang dirumorkan itu" jawab Lyra. Ia mengintip Prosa dari balik bahu pria tersebut.

Gaylen lumayan risih atas kelakuan Lyra yang selalu mengikutinya. Dengan berat, Ia mencoba untuk mengabaikan Lyra yang melirik-lirik kebelakang bahunya. "Tuan akan sedih kalau tahu kau berada disini bersamaku".

Lyra terdiam.

Meski tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi, Prosa tersenyum polos menatap kedua orang dihadapannya yang bisa saja sewaktu-waktu menebas lehernya.

"Apa yang akan kau lakukan padaku selanjutnya?"tanya Prosa. Ia membuat wajahnya terlihat naif, sehingga membuatnya menjadi seperti tantangan.

Gaylen menjadi geram, Namun, keringat dingin disekujur tubuhnya mengalir dengan hebat. Rasa takut melahap dirinya sedikit demi sedikit. Apa berarti gadis aneh dihadapannya ternyata memiliki kekuatan? Bisa-bisanya dia menantang kesatria yang dijuluki sang ahli pedang II. Agar tidak salah mengambil langkah, Gaylen menahan tarikan pedangnya. Dengan tenang, Ia mengurai rambut Prosa dengan tangan.

Rambut hitam.

"Apa kau mewarnainya?" Tanya Lyra meski Gaylen ingin bertanya lebih dahulu. Ia membuat tatapan matanya seolah mengintimidasi. Cara ini biasa digunakannya untuk membuat lawan mengucapkan jawaban jujur sebelum menggunakan kekerasan. "Warna hitam sangat langka hingga banyak orang yang berusaha mewarnainya".

Meski Prosa tidak mempan dengan tatapan Lyra, Ia jadi tahu bila rambut hitam bukan hal yang biasa ditempat ini. Sekali lagi, dengan senyum polosnya Ia menjawab, "Aku terlahir dengan warna rambut ini".

Lyra serta Gaylen tercegang. Wajahnya terlihat sedikit pucat.

"Apa kau... pengendali elemen?" Tanya Gaylen Ragu. Prosa dapat melihat bila Gaylen cukup lengah dengan pertahan diri saat mendengar soal rambut hitamnya.

Tanpa pikir panjang, Prosa berkata, "Apa itu pengendali elemen?".

Gaylen hanya membisu, begitupun dengan Lyra.

"Apa kau benar-benar berasal dari dunia ini?" Tanya Lyra. Ekspresi tak percaya dari wajah mereka berdua benar-benar tidak bisa disembunyikan.

Dengan pintar, Prosa mengalihkan topik pembicaraan, "Sebelumnya, apa kalian tidak punya sopan satun untuk memperkenalkan nama kalian berdua terlebih dahulu sebelum mengintrogasiku?".

"Ah maaf. Namaku Lyra, dan Pria disana bernama Gaylen", Jelas Lyra. Ia membungkuk sedikit seakan meminta maaf. Ia merasa bahwa wanita dihadapannya patut untuk diperlakukan seperti manusia biasa, dan bukan seperti tahanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hyrasaka, when the world aren't the sameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang