04. Keabadian

133 2 0
                                    

Aku hanya tidak ingin kamu terluka.Karena ketika aku pergi,harapanmu hanya angan-angan belaka.Maka dari itu,jangan pernah mencintaiku-AD.



*cek mulmed

Hingga Akhir Waktu-Nineball

















-

- - -

Hiruk-pikuk kota jakarta tampak memukau bila dilihat dari atas. Kemacetan kota jakarta seakan tak hilang dari trending topik pemberitaan televisi swasta. Macet-adalah suatu hal khasnya daerah ibukota jakarta. Nampak terlihat dari atas Cafe Mouris, gedung yang hampir setara dengan monas. Cafe Mouris- Cafe tertinggi dan cukup terkenal di jakarta ini. Cukup diminati oleh orang-orang bergengsi, artis-artis papan atas dan bahkan banyak orang-orang turis yang ingin menyempatkan untuk berkunjung ke Cafe ini. Hanum melirik Raffa yang terus-terus saja menatap jalan tanpa mau menatapnya. Hanum terus mengikuti arah tatapan Raffa yang menatap kota Jakarta sambil sesekali menyesap caramel macchiato. Hanum terus saja menatap Raffa lalu menatap lagi ke bawah yang di bentengi oleh kaca bening. Memangnya, apa yang membuat Raffa sebegitu tertariknya untuk melihat jalan?.

"Fa.., " panggil Hanum, "cobain, deh. Lasagnanya enak tahu." Rayu Hanum, karena itu adalah salah satu caranya biar Raffa menoleh padanya. Tapi tetap saja, Raffa tidak menoleh padanya.

"Kamu makan saja sendiri." ucap Raffa datar. Hanum mengerucutkan bibirnya. Tapi Hanum tidak akan pernah menyerah untuk menerobos hati Raffa yang sebeku bongkahan es di kutub Utara."Ayo dong, Fa. Cobain sedikit aja. Kamu dari tadi minum caramel macchiato melulu."

"Aku lebih baik meminum caramel macchiato, karena aku suka rasa manis di awal dan rasa pahit di akhir."

Raffa bangkit dari kursinya, meninggalkan Hanum dan Raffi.

"Sabar yah, Hanum. Kak Raffa memang seperti itu."Raffi terkekeh. Raffi-kembaran Raffa yang hanya terpaut empat menit."Tapi, dia baik kok orangnya. Semangat Hanum." Raffi selalu menyemangatinya, untuk tetap terus menghancurkan es bekunya hati seorang Raffa.

"Makasih ya, Fi. Kamu selalu support aku." Hanum tersenyum merekah.

"Sama-sama kakak ipar. Raffi akan selalu support Hanum buat hancurin hati bekunya kak Raffa."

Raffi berbeda dengan Raffa. Raffi yang selalu tersenyum ramah, tidak irit bicara, blak-blakkan dan selalu riang gembira. Berbeda dengan Raffa, Datar, jarang tersenyum, bicara singkat, padat dan jelas. Tidak pernah ada sinar mentari dari wajahnya selalu awan gelap yang menyertai mimik wajahnya.

Hanum menyukai Raffa. Sangat menyukai Raffa. Meski Raffa selalu saja bersikap jutek padanya. Hanum tidak peduli. Hanum tahu, di balik dinginnya Raffa, di balik diamnya Raffa, dibalik sifat datarnya Raffa, Raffa pria yang baik. Bukan sekedar baik. Namun, Raffa berbeda dari semua pria yang pernah Hanum kenal di muka bumi ini. Ada dalam diri yang menghangat ketika Hanum bersama Raffa. Entah apa. Yang jelas, Hanum senang di dekat Raffa. Hanum nyaman jika setiap kali bersama Raffa. Meski seribu kali Raffa tak mengacuhkannya. Hanum akan tetap menyukai Raffa.


**

Pulang sekolah Hanum langsung bergegas berganti pakaian. Hanum membuat nasi goreng special untuk Raffa. Hanum memang selalu begitu, setiap harinya ia selalu kerumah Raffa sambil membawa makanan hasil kreasinya sendiri. Hanum memang hobby memasak. Karena cita-citanya adalah menjadi Chef terkenal di seluruh mancanegara. Hanum baru saja mengikuti lomba memasak tingkat provinsi. Alhasil, ia pun menjadi juara satu. Berkat support mama dan papanya serta support dari mama dan papanya Raffa dan Raffi juga. Berkat do'a dan dukungan mereka, Hanum menjadi seperti ini. Sebenarnya yang paling membuat Hanum semangat empat lima adalah ketika Raffa bersama Raffi datang ke acara lomba memasak. Hanum sangat ketika Raffa bela-bela hadir di acara lomba memasak. Hanum yakin, bahwa Raffa diam-diam memedulikannya.

Kumpulan Cerpen & CerbungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang