It's Not Goodbye

547 44 3
                                    

Kepalanya berdenyut, Runa mengerjap-ngerjap bingung. Untuk sesaat ia tidak merasakan apapun selain nyeri di sekujur tubuhnya. Butuh beberapa saat hingga perlahan Runa semakin jelas melihat wajah orang yang berdiri di sampingnya.

''Anda sudah bangun?''

Runa mencoba bangun, namun gerakannya terhenti ketika bumi terasa berputar. Perlahan ia menyentuh kepalanya yang ternyata sudah dibebat.

''S-saya dimana?''

''Jangan banyak bergerak. Biar saya panggilkan dokter dulu.''

Tidak berapa lama kemudian lelaki tersebut kembali ke ruang perawatan bersama dokter gendut setengah botak.

''Dari hasil CT-Scan tidak ada masalah. Tapi pasien masih perlu dirawat satu atau dua hari lagi.'' Dokter itu berkata sambil memperlihatkan hasil CT-Scan kepala Runa kemudian memperbaiki letak kacamatanya yang melorot.

Seteleh dokter selesai memeriksa, lelaki itu mendekati brankar Runa.

''Maaf, saya Kaydan. Sayalah yang menabrak anda semalam.''

Runa masih terdiam. Sebetulnya, ia sendiri juga merasa bersalah karena menyeberang jalan tanpa menoleh ke kanan-kiri terlebih dahulu. Beruntung orang yang telah menabraknya mau bertanggung jawab. Kemudian Runa mengamati sekeliling, mencari-cari tasnya. Ia harus segera menghubungi Chia.

Kaydan yang melihat gerak-gerik Runa segera tahu apa yang gadis itu cari. ''Anda mencari ini?'' ia mengeluarkan tas Runa dari dalam lemari kecil di sisi brankar.

Runa meraih tas tersebut dan mendengus kesal ketika mendapati ponselnya rusak.

''Anda bisa pakai punya saya.''

Kaydan mengulurkan ponselnya. Runa sedikit ragu, ia mengamati laki-laki di depannya yang terlihat lelah. Kemeja birunya sudah tergulung sebatas siku, dan ada bekas darah yang sudah mengering. Runa meraih ponsel tersebut, ia membutuhkan Chia agar Kaydan bisa segera pergi.

-----**-----

''Runaaa....'' Chia menyeka sudut matanya yang berair. Sungguh ia sangat mencemaskan sepupunya yang semalam tidak pulang. Ponsel Runa tidak aktif, Aidan juga tidak tahu Runa pergi ke mana, ia bertambah frustrasi ketika mencari ke Bungalo Cafe hasilnya pun nihil. Ia takut Runa diculik dan jadi korban perdagangan manusia. ''Kamu butuh apa? Apa masih ada yang sakit?'' tanyanya dengan nada khawatir.

Runa menggeleng, ia kemudian menatap Kaydan. Merasa diperhatikan, lelaki itu kemudian menoleh, balas menatap Runa.

''Saudara saya sudah datang. Lebih baik anda pulang istirahat. Makasih sudah membawa saya ke sini.''

Kaydan tersenyum, ia mengamati penampilannya. ''Well...sepertinya saya perlu membersihkan diri dulu. Jika butuh sesuatu, tolong segera hubungi saya.'' ia mengeluarkan kartu nama dan mengulurkannya pada Runa, namun segera diterima dengan senang hati oleh Chia.

''Cakep ya!'' ujar Chia ketika Kaydan sudah pergi. ''Kaydan...mirip namanya sama Aidan.'' lanjutnya lagi sambil tersenyum jahil.

Chia memberikan kartu nama tersebut pada sepupunya. Runa menerimanya tetapi tidak dibacanya. Hanya menaruhnya asal ke dalam tas. Dan waktu terus bergulir dari hari, minggu, hingga berganti tahun. Kartu nama itu tidak pernah tersentuh lagi.

-----**-----

''Congratulation, Karuna!''

''Kamu juga, Chia!''

Chia menghambur ke arah Runa, mereka saling berpelukan. Di sekeliling mereka penuh dengan wisudawan dan keluarga beserta teman mereka masing-masing. Pun dengan keluarga mereka berdua yang sengaja datang dari lain kota.

Hari ini Runa tampil anggun dengan kebaya warna gold. Sesekali ia berfoto bersama teman atau orang tuanya. Senyumnya terus mengembang. Kemudian matanya mengamati kerumunan di sekitarnya, sampai akhirnya ia menemukannya.

Mereka berjalan sambil berpegangan tangan ke arahnya. Seorang gadis cantik mengenakan dress berwarna hijau tosca dan seorang pemuda gagah yang juga mengenakan kemeja dengan warna yang senada.

''Mba Runaaa...maaf telat. Tadi aku masih ada kelas.'' Aqessa menghampiri Runa dan menyerahkan bunga seruni merah, bunga kesukaan Runa.

''Congrat ya.'' Aidan juga memberi selamat. Ia sendiri masih mengulang beberapa mata kuliah. Dan sepertinya memang disengaja.

Perasaan Runa campur aduk, namun ia mencoba membalas senyuman Aidan. Setelah banyak drama yang selalu melibatkan dirinya, Aqessa dan Aidan kembali bersama. Sementara ia tetap berdiri di sisi sebagai seorang sahabat. Runa sudah lelah, lelah menunggu dan berharap. Mungkin kisah ini bukan ceritanya, ia harus menutup buku.

Runa berbalik meninggalkan mereka berdua, berjalan dengan mantap ke arah keluarganya yang sudah menunggunya. Menuju dunia baru.

Till the day I let you go
Till we say our next hello
It's not goodbye
Till I see you again
I'll be right here remembering when
And if time is on our side
There will be no tears to cry on down the road
There is one thing I cant't deny
It's not goodbye.

Playlist~ Laura Pausini/ it's not goodbye

----------**----------
[Gilar-Gilar, 200816]

LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang