Invisible Love

297 25 8
                                    

Lagu love story mengalun lembut pertanda ada sebuah panggilan masuk. Tanpa melihat ponselnya Kaydan sudah tahu siapa yang meneleponnya.

"Dan?"

"Hmm."

"Kita bisa makan siang bareng?"

"Maaf, Karuna. Aku sedikit sibuk, ada dateline yang harus segera kuselesaikan. Mungkin juga akan sering lembur. Kamu tau ini akhir tahun," jawab Kaydan datar, padahal dalam hati lelaki itu terasa sesak.

"Oh ya udah nggak pa-pa. Kamu jangan telat makan ya. Bye."

Kaydan menyesap teh di mejanya susah payah. Teh tawar itu terasa kian hambar. Kaydan nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulutnya. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan hal itu pada gadis yang dicintainya.

Kaydan tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga. Sejak kecil, kedua orangtuanya terlalu sibuk dengan kepentingan masing-masing. Kaydan ada seolah-olah hanya dijadikan sebagai penerus keluarga, apalagi ia seorang lelaki yang akan membawa nama marga.

Semua materi memang terlimpahkan, namun apa artinya jika kekosongan yang ia rasakan. Saat usia Kaydan tujuh tahun, ia begitu bahagia ketika ayahnya pulang membawa seorang bayi perempuan. Bayi yang kemudian diberi nama Raven. Kaydan menyayangi Raven yang menggemaskan. Namun belakangan baru ia ketahui jika Raven adalah anak dari istri kedua ayahnya, yang membuat jurang di antara kedua orangtuanya kian menganga.

Di balik sifatnya yang arogan, Kaydan hanyalah seorang yang kesepian. Bertahun-tahun ia mencoba menyatukan kedua orangtuanya.

Kasus penculikan Raven beberapa tahun yang lalu menjadi titik balik dalam keluarganya. Apa yang diinginkan Kaydan menjadi kenyataan. Dipenghujung senja, Alan dan Fransesca memutuskan untuk saling memaafkan.

Kaydan kemudian terhenyak dari lamunannya. Lelaki itu menatap layar ponselnya. Mengamati figur Karuna yang ia jadikan wallpapper. Selama menghindari Karuna, foto itulah yang bisa sedikit meredakan kerinduannya. Kaydan sadar bahwa membiasakan diri tanpa Karuna di sisinya itu akan sulit.

Mendadak Kaydan merasakan lelah yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Jauh berlipat-lipat ganda dari lelah yang dirasakannya akibat perpisahannya dengan Mia.

~~~~~~~~~~

Runa melirik Kaydan yang sedang duduk di sebelahnya, menatap ke arah televisi, tangan kanannya mengetuk pinggiran sofa dengan sebuah remot.

Akhir-akhir ini Kaydan sering melamun. Setiap kali Runa bertanya, Kaydan hanya bilang ia baik-baik saja, tidak ada apa-apa.

Runa tahu persis pikiran Kaydan sedang melayang, entah kemana, walaupun mata Kaydan menatap ke televisi di depannya. Runa menarik napas berat. Hatinya berdenyut sakit, entah mengapa.

Runa beranjak ke dapur, mengambil snack untuk teman nonton tv. Ketika kembali ke ruang tamu, ia melihat Kaydan meninggalkan kursinya menuju teras. Runa menyusul, berada tepat di belakang Kaydan saat mendengar nama 'Mia' disebut.

Mia? Mantan kekasih Kaydan? Mau apa?

Runa mulai merasakan goncangan yang menyebabkan keretakan pada hatinya. Sebelum ia sempat mengeluarkan kata apapun, Kaydan sudah pamit akan menemui Dipta.

Mengapa Dipta yang dijadikan alasan, bukannya Mia. Retakan hati Runa membesar.

Kaydan lantas pergi begitu saja tanpa melakukan kebiasaannya, memeluk dan mencium pipinya. Retakan hati Runa menjadi lubang menganga.

~~~~~~~~~~

Kaydan menyandarkan tubuhnya di jok, ia hanya menjalankan mobilnya beberapa meter dari kosan Runa dan berhenti di depan minimarket. Kaydan terdiam, bayangan Runa masih belum lepas dari otaknya. Berputar seperti kaset video rusak yang semakin membuat Kaydan menggeram frustrasi. Rambutnya yang diacaknya berulang kali, kini tak berbentuk lagi.

Tiga puluh menit berlalu. Dan Kaydan belum ingin menjalankan mobilnya. Kepalanya menengadah, matanya terpejam, rahangnya mengeras menahan segala luapan emosinya. Napasnya memburu, ia kembali frustrasi hanya karena seorang gadis. Gadis yang kini dilihatnya tengah duduk bersama lelaki lain.

Sebuah ketukan di kaca jendela mobil membuat Kaydan menoleh. Terlihat seorang lelaki melongok ke dalam mobilnya. Dibukanya kaca jendela dan disambut sapaan lelaki berkumis tebal itu.

"Maaf, Mas. Mobil saya mau keluar. Bisa mobilnya Mas di...."

"Oh iya baiklah," potong Kaydan tak mau menambah masalah. Ia segera menutup kaca jendelanya.

~~~~~~~~~~

Runa mengambil ponsel dan dompetnya, ia berencana jalan kaki ke minimarket di dekat kosannya. Kawasan tempat tinggal Runa memang ramai sampai malam hari.

Runa memang bukan ABG lagi, yang harus nge-date di malam minggu. Namun jika ia memiliki seorang kekasih, lantas sang kekasih menerima telepon dari mantannya, kemudian meninggalkan dirinya begitu saja, sudah pasti malam minggunya terasa kelabu.

Runa butuh pelampiasan untuk meredakan emosinya. Sekotak es krim atau sebatang coklat terlihat menarik.

Sesampainya di minimarket, Runa mengambil keranjang, mengisinya dengan beberapa snack, sekotak es krim, dan seplastik buah apel. Setelah keranjang terisi penuh, Runa menuju kasir. Ia merogoh saku, mengambil dompet seraya menunggu kasir menghitung total belanjaannya.

"Bayarnya pakai ini aja, Mas," ucap seorang lelaki sambil memberikan kartu ke kasir sebelum Runa sempat mengeluarkan uangnya.

"Fardan? Eh nggak usah. Biar aku yang bayar sendiri aja."

"Udah Mas cepet pakai kartu itu aja."

Runa akhirnya mengalah. Memasukkan kembali uangnya ke dalam dompet. Ia bisa menggantinya senin besok ketika di kantor.

Setelah selesai berbelanja, mereka duduk di depan minimarket. Runa memilih meja kecil yang berisi dua kursi saling berhadapan yang telah disediakan. Fardan menyesap minumannya dan matanya tak lepas dari gadis yang sedang sibuk dengan es krimnya.

"Apa di dekat apartemenmu nggak ada minimarket?"

"Sebenarnya mau ngajak kamu ngedate, tapi sayang udah disegel sama Pak Kaydan," jawab Fardan sambil tertawa.

Runa yang kesal dengan jawaban Fardan membuatnya mengambil satu sendok penuh es krim, yang langsung meleleh dan mengotori sudut bibirnya. Runa terkejut ketika Fardan tiba-tiba mengulurkan tisu yang lelaki itu ambil dari kantong celananya, tapi kemudian Runa mengambilnya dan menggunakannya untuk mengelap sudut bibirnya karena lelehan es krim tersebut.

Runa menikmati es krimnya dengan tenang, sesekali tertawa mendengar cerita Fardan. Runa tak menyadari bahwa tidak jauh dari tempatnya, dirinya ditatap dengan tatapan begitu terluka. Runa mungkin berpikir Kaydan sedang menghabiskan malam minggunya bersama Mia. Tapi Kaydan masih di sini, menjaga hatinya hanya untuk Karuna seorang.

"Yesterday because of love, today because of separation, I cried while smilling on the outside. But the reason behind my tears is because of the emptiness that I know I should bear tomorrow.

Playlist
Led Apple  | invisible love
Immortal song 2
[261116]

##Happy SaturDate##

LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang