When a Third Person Enters

1.1K 54 8
                                    

Runa sesekali mengintip pasangan yang duduk tepat di seberang mejanya dari balik buku. Mereka pasangan yang serasi. Yang satu tampan dan satunya lagi cantik. Mereka saling berbisik dan berpegangan tangan. Ada perasaan ngilu dalam hati Runa melihat pemandangan tersebut, tapi ia bisa apa.

''Ssttt...bangkunya kosong 'kan? By the way, gue Aidan,'' ucapnya sambil berbisik.

''E-edan?'' bisik sang gadis tak kalah pelan.

''A.I.D.A.N. Aidan bukan Edan. Hahaha!'' Aidan tertawa keras, yang segera disambut tatapan tajam dari mahasiswa lain.

''Maaf....'' gadis itu tersenyum canggung.

''Lo tadi belum jawab. Nama lo siapa?''

''Runa... Karuna.''

Karuna mengamati Aidan. Lelaki itu berambut sedikit panjang dan berantakan, memakai kaus putih dan kemeja flanel biru. Terkesan urakan, tapi menawan.

''Runa? Woi? Malah ngelamun. Gue pergi dulu ya...bye.'' Aidan bangkit dan menumpuk buku miliknya dan sang kekasih lantas berlalu pergi.

''Kamu masih suka sama Aidan 'kan?''

Pertanyaan itu mengejutkan Runa. Dengan cepat ia menoleh keasal suara di sebelahnya. ''Eng-enggak kok.'' Runa tergagap.

''Nggak usah muna deh, Na.''

Runa menunduk. Apa yang dikatakan sahabatnya seratus persen benar. Bukan hanya sekadar masih menyukai, tapi lebih dari itu.

Runa masih mengingat dengan jelas, penampilan dan sikap Aidan padanya berubah sejak sekitar lima bulan yang lalu. Tepatnya setelah Aidan berkenalan dengan Aqessa. Gadis yang cantik, berkulit putih dan penuh dengan sejuta pesona.

Penampilan Aidan kini jauh lebih rapi. Tak ada lagi celana belel yang robek disana-sini, rambutnya dipotong pendek dan klimis, motor ninjanya juga telah berganti mobil mewah.

Runa sangat merindukan saat-saat ia dan Aidan mengerjakan tugas bersama, nonton film, atau mengobrol tentang musik yang tak akan ada habisnya mereka bahas. Namun kini, Runa benar-benar merasa terabaikan. Kehadiran Aqessa dengan wajah memikatnya perlahan-lahan membawa pergi sahabatnya.

''Move on dong? Cari cowok yang lain. Ikhlasin aja Aidan.''

Runa tersenyum getir. Bagaimana ia akan mengikhlaskan, jika memilikinya saja ia tak pernah.

''Makasih semangatnya, Chia.''

''Nggak usah dipikirin. Yuk aah, bentar lagi kelasnya Bu Susi 'kan?'' Chia mengemasi bukunya, beberapa ia masukkan ke dalam tas, sisanya gadis itu tenteng di tangannya.

----------

Runa memandang jam dinding, baru jam tujuh malam. Ia mengempaskan tubuhnya lagi, matanya terpejam, tapi sulit untuk membuatnya terlelap. Ia merasa bosan.

Runa membuka mata dan melirik laci kecil di sisi ranjang. Tangannya menggeledah laci tersebut dan meraih sesuatu.

Sobekan tiket bioskop.

Gadis itu tersenyum. Benda kecil dan sederhana yang mungkin bagi orang lain sudah tak ada harganya. Tapi bagi Runa sangat istimewa, karena mengingatkan akan kebersamaannya dengan Aidan.

Runa meraih ponselnya. Setelah membuka kotak galeri, ia menemukan apa yang dicari.

Lama Runa menatap wajah Aidan pada foto tersebut. Aidan tersenyum, tangan kanannya memeluk bahunya dan tangan kiri memamerkan dua lembar tiket. Ia sendiri memegang sebungkus popcorn dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain membentuk simbol victori.

Runa lantas membuka akun instagram-nya, dan mengamati foto yang sama. Pada pojok atas foto itu diunggah 24 minggu yang lalu. Sudah sangat lama. Kemudian Runa mengetikkan nama Aidan_Ibra, dan segera nama itu muncul paling atas.

Aidan mengunggah foto terbaru tiga puluh menit yang lalu. Aidan dan Aqessa tampak serasi dengan pakaian yang senada. Pose mereka hampir sama seperti ketika dirinya dan sahabatnya itu pergi nonton dulu. Bedanya, tiket yang Aidan pegang bergenre romance dan yang Aqessa pegang ialah sekuntum bunga. Aidan memberi caption :MovieDate w my lovely Sunshine.

Runa memegang dadanya. Perih.

''Gimana kalo kita nonton film itu aja.''

''Kagak mau. Itu horor, nyeremin tau!'' Runa menggeleng cepat. Genre terakhir yang ada dalam list-nya adalah film horor.

''Horor Indonesia itu nggak ada yang nyeremin!''

''Ya itu kamu. Aku mah ogah! Nonton yang itu aja yuk?'' tunjuk Runa pada poster yang pemeran utamanya sedang saling berpelukan.

Aidan mengikuti arah telunjuk Runa. ''Romance? No way!''

Setelah beberapa saat hanya saling depat kusir, mereka akhirnya memutuskan untuk menonton film tentang perjuangan seorang ayah membangun sebuah kapal untuk menyelamatkan kaumnya.

''Gue beli tiket, lo yang beli popcornnya ya?'' ucap Aidan yang dibalas anggukan oleh Runa.

''Dan. Kita foto dulu yuk?'' ajak Runa ketika mereka sudah mendapatkan tiket dan sebungkus popcorn.

''Ogah! Narsis banget sih lo.''

''Yee...biarin.''

''Cewek itu emang ngrepotin banget ya. Dikit-dikit cekrek. Mau makan aja foto duluan? Kalo gue udah keburu laper.''

''Haaisss...kamu cerewetnya juga nglebihin cewek tau! Eeh...eh Mbak bisa minta tolong nggak? Fotoin kami berdua.''

Setelah gadis yang dimintai tolong oleh Runa mengangguk setuju, Runa segera menarik lengan Aidan dan memaksanya berpose. Walau menggerutu karena kesal, tapi Aidan tersenyum ketika gadis yang sedang mengambil foto tersebut mulai menghitung memberi aba-aba.

[Gilar-Gilar, 20816]

LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang