4✔

1.1K 68 0
                                    

Revisi✔

Selamat membaca❤
---
Jam menunjukkan pukul 6.58 a.m ketika Anna menginjakkan kedua kakinya di depan halaman sekolah.

Cuaca terlihat sedang berangin hingga membuat rambut hitamnya yang terurai terbang ke belakang mengikuti arah angin.

Di depannya terlihat tiga orang gadis yang kemarin membuat kerusuhan di kelasnya, seakan memang sengaja menunggu Anna di sana.

Anna masih sama seperti sebelum-sebelumnya.

Datar dan dingin.

Tak peduli dengan bisik-bisik orang yang mulai menanyakan maksud dari ketiga gadis pembuat onar yang berdiri di sana.

Belum sempat Anna melewati ketiganya, Liza sudah lebih dahulu menghadang jalannya dengan tubuhnya.

Anna menatap gadis di depannya dengan satu alis yang naik.

Liza tertawa merendahkan, "Kenapa? Lo jadi bisu lagi sekarang?" Tanyanya sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Anna tak menghiraukan ocehan badur di depannya dan mencoba pergi, tetapi jalannya kembali di hadang oleh dayang-dayang Liza.

"Ets, mau kemana lo Es?" Ucapnya dengan senyum licik.

Anna kini terkepung oleh ketiga gadis di depannya. Tak mencoba lari, ia malah balik menatap Liza tajam tak takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mereka berempat kini menjadi bahan tontonan satu sekolah. Bahkan para siswa yang berniat ke kelas berhenti untuk menonton drama Liza dan dayang-dayangnya.

Liza kembali membuka suara, "Lo tau kenapa gue di sini? Di depan lo?"

Anna diam dan tetap menatap mata Liza tanpa takut. Ia tidak bodoh hingga tidak tahu jawaban dari pertanyaan Liza. Sejak ia menarik rambut Liza kemarin, sejak itulah bendera peperangan terkibar di antara mereka.

"Wah, belum mau ngomong juga lo?" Gerakan selanjutnya mampu membuat penonton riuh. Liza menumpahkan sebotolo air di atas kepala Anna.

Anna tetap diam walaupun kini sebotol air tumpah di atas kepalanya dan membasahi rambut serta kemeja sekolahnya.

Liza tersenyum menang, "Ini baru pembukaannya, Es. Masih ada lagi kejutan hebat yang gue siapin buat lo." Ucapnya seram dan mampu membuat penonton takut.

Ya, Liza memang pembully yang sangat ditakuti satu sekolah, hingga tak ada yang berani melapornya ke guru karena orang tua Liza memiliki peran penting di sekolah mereka.

Dan dia menggunakan kekuasaan orang tuanya untuk kesenangan masa SMAnya.

Anna mengusap wajahnya kasar.

"Kenapa? Sekarang lo mau ngebalas gue gitu? Iya?!" Liza berteriak di akhir kalimatnya.

Belum sempat Anna membalas, intrupsi seseorang yang menjatuhkan jaket di atas kepalanya membuatnya meredam kalimatnya.

Bukan hanya Anna, tetapi Liza serta penonton dramanya terdiam melihat siapa yang di depan mereka.

"Da-daniel?"

Penonton menjadi riuh melihat si siswa baru yang keren berdiri di sana, tepat di samping si Es Batu. Ini akan menjadi topik terhangat di sekolah itu.

"Udah selesai drama lo?" Ucap Daniel dingin. Tanpa menunggu jawabannya, Daniel segera menarik Anna keluar dari keramaian.

Anna melepas tarikan Daniel begitu mereka keluar dari sana. Ia mengambil jaket itu dan melemparnya ke Daniel lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa.

Sementara Daniel hanya mengendikkan bahunya tak peduli dan menuju ke kelasnya.

•••

Anna menatap pantulan dirinya di cermin. Selama 17 tahun hidupnya baru kali ini ada yang berhasil melakukan tindakan yang begitu kekanak-kanakkan padanya.

Rambutnya tidak lagi basah seperti tadi karena entah ia beruntung atau tidak, seorang adik kelas perempuan datang padanya dan meminjamkan handuk kecil padanya.

Dan seperti biasa, Anna tak mengucapkan apapun selain mengambilnya dan pergi.

Tak tahu diri memang.

Tetapi, kini bajunya begitu basah hingga membuat bra hitamnya sedikit terlihat dan membuat Anna begitu risih karenanya.

Ia tak membawa baju ganti ataupun sesuatu yang dapat menutupi bagian depannya dan membuatnya bingung harus melakukan apa.

Jika saja ia menerima pinjaman jaket Daniel, mungkin ia bisa keluar sekarang tanpa memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan seragamnya.

Gengsi, ya gengsi. Itu alasannya.

Atau lebih tepatnya, ia tidak mau menerima atau meminjam apapun dari cowok itu semenjak pertemuan awal mereka.

Anna menghela nafas pasrah. Tidak ada cara apapun yang ia miliki sekarang, dan ia memilih keluar dari toilet dengan kedua tangan yang melipat di depan dada berusaha menutup area yang transparan itu.

Baru tiga langkah, kedua kaki Anna terhenti ketika sebuah jaket abu-abu melekat ke tubuhnya, lagi.

Si pelaku yang tidak lain ialah Daniel segera melesat pergi kembali ke kelas mendahului Anna tanpa bicara apapun.

•••

Belum setengah perjalanan ke kelas, kedua kaki Daniel terhenti. Ia menatap jaket abu-abu di tangannya sebentar sembari berpikir.

Daniel melihatnya, melihat kemeja Anna yang transparan karena seragamnya yang basah. Bukan salah Daniel karena ia punya mata dan hal itu memang begitu kontras terlihat. Jadi siapapun yang melihat Anna pasti akan melihat itu juga.

Hal itu membuat langkah Daniel berbalik dan memilih untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

Daniel tipe orang yang begitu tidak peduli dengan sekitar, meskipun orang itu akan segera mati di depannya. Tetapi kali ini berbeda. Secara otomatis kakinya bergerak mengikuti nalurinya untuk menghentikan aksi Liza, begitu pun dengan sekarang.

Daniel menatap pintu toilet yang masih terkunci. Ia pun memilih untuk menunggu di dekat tembok dan menyandarkan dirinya di sana.

15 menit berlalu dan itu rekor waktu yang cukup lama ia menunggu seseorang. Ia merasa bosan dan ingin pergi sebelum pintu itu akhirnya terbuka dan sosok orang yang ditunggu keluar dengan tangan terlipat.

"Itu dia.." Gumam Daniel pelan lalu akhirnya berjalan cepat ke arah gadis itu.

Dengan satu gerakan ia memasangkan jaket yang belum lama dilempar gadis itu padanya.

Langkah gadis itu terhenti, sementara Daniel memilih pergi tak memberi kesempatan Anna untuk menolaknya lagi.

•••

Semoga part pendek ini kalian suka😘

BEKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang