Revisi✓
Selamat membaca❤️
---Anna menghirup udara malam dalam-dalam dengan mata terpejam. Menikmati tiap sentuhan dingin angin yang menerpa wajah polosnya.
Sejak insiden tadi di sekolah Anna memilih kabur ke taman di dekat rumah untuk mendinginkan kepalanya yang entah kenapa panas sekali.
Jika saja Daniel tidak ada tadi, sudah dipastikan Lisa akan babak-belur dihajar Anna sendirian karena emosinya yang hampir meledak.
Dan Anna bersyukur karena tidak mengotori tangannya hanya karena Lisa.
Anna menegak sebotol cola dingin ketika kedua irisnya menangkap seorang bocah yang berdiri tak jauh darinya tengah memain-mainkan tanah dengan kayu di tangannya.
Anna sempat celingak-celinguk mencari orang tua si bocah sebelum dirinya beranjak mendekatinya.
Jangan tanya kenapa dia melakukannya karena kakinya secara spontan menariknya ke sana.
Bocah lelaki itu melirik Anna ketika Anna menyodori roti miliknya yang belum dimakan. "Gak butuh." Ucapnya kasar dan kembali memainkan tanah di kakinya.
Anna hampir tersedak salivanya sendiri. "Untuk seumuran bocah mulut lo terlampau kasar." Komentarnya.
Bocah itu hanya meliriknya sinis tanpa mengeluarkan satu katapun.
"Kenapa main sendirian malam-malam? Gak punya temen lo?" Tanya Anna tanpa hati dengan wajah datarnya.
Jahat. Angkuh. Gak sopan. Mungkin itu yang dipikiran bocah itu mendengar pertanyaan Anna yang seakan-akan bicara dengan anak seumurannya.
Bocah itu melempar kayunya ke tanah dan menatap Anna bengis. "Bukan urusan lo kalo gue gak punya temen."
"Lo?" Anna menaikan satu alisnya sebelum detik berikutnya telunjuknya bergerak untuk menoyor kepala bocah di depannya. "Gue lebih tua jauh dari lo jadi tolong sopan santunnya."
Bocah itu mengangkat tangannya hendak memukul Anna sebelum seseorang datang meneriakinya.
"Ya tuhan Kevin!"
Seorang wanita tua datang dan memeriksa bocah 9 tahun di depannya dengan raut wajah khawatir membuat Anna berasumsi jika itu ibunya.
"Nyokap lo?"
Wanita itu menyadari keberadaan Anna dan tersenyum kecil. "Bukan. Ini adalah anak dari majikan saya." Ucapnya sopan lalu mengajak bocah yang dipanggil Kevin itu pulang.
"Gak mau! Kevin gak mau pulang kalo tante itu masih di rumah!" Teriaknya menolak dan bersembunyi di belakang Anna.
Anna bingung tak tahu harus merespon apa karena bocah itu memegang lengan Anna kuat dan tetap bersembunyi di belakangnya.
"Ayo pulang Kevin, papa kamu bisa marahin bibi kalo kamu gak mau pulang." Wanita itu memohon.
"Gak! Papa gak sayang Kevin lagi jadi ngapain sibuk-sibuk nyuruh Kevin pulang."
Sungguh Anna benar-benar menyesal telah mengajak bicara bocah ini jika tahu akan terjebak seperti ini.
"Pulang deh lo, bokap lo khawatir pasti." Anna ikut bersuara.
Kevin menatap Anna dengan iris yang memerah seakan ingin menangis. "Kakak gak tau gimana dia! Dia lebih milih tante itu dibanding aku sama mama!"
Anna terdiam.
Tatapan itu, tatapan yang sama seperti waktu itu.
Tanpa diduga Anna mendekat dan membisikan sesuatu. "Kalo gitu balas dendam aja. Gampang kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BEKU
Novela Juvenil[ S L O W U P D A T E ] [ T A H A P R E V I S I ] Apakah es dengan es akan berubah menjadi cair? Apakah dendam dengan dendam akan berubah menjadi cinta? Apakah masa lalu yang kelam dengan masa lalu yang kelam akan berubah menjadi masa depan yang ind...