"Loh? Kintan?"
"William?"
Astagaaa!!
Tanpa babibu lagi, aku langsung memeluk erat sosok William didepanku. Astaga, aku sangat merindukan sosok di hadapanku ini. Baunya sama. Kesukaanku, aroma cokelat!
"Duh, udah gede nih mainnya main peluk sekarang," Willㅡbegitu aku memanggilnyaㅡterkekeh pelan dan mengacak rambutku. Ya ampun, dia gak tau apa susahnya menata rambut, memberi jepit dan menggelungnya membutuhkan waktu 10 menit?
"Kamu sih! Gak pernah ngasih kabar!" Aku memukul pundaknya yang membuat tawa kecil khasnya keluar.
"Maaf deh maaf, habisnya pingin ngelanjutin gelar, kamunya ditungguin di London gak dateng dateng,"
"Enak aja, harusnya kamu yang bilang kalo mau ngelanjut disana lagi," sungutku kesal sambil menarik kursi dibelakangku. William juga mengikutiku, menarik kursi dibelakangnya. Dan kami duduk berhadap hadapan. Ah ya, Will itu seniorku saat kuliah, tapi dia enggan dipanggil dengan imbuhan 'kak', sama kayak Arga. Eh kok jadi bahas Arga, sih?
"Iyadeh maaf maaf, gantinya yang pertama, aku traktir kopi gimana? Mau?"
"Jauh jauh dari London cuma di traktir kopi nih?"
"Ya enggak dong, Kin... Kan udah bilang, yang pertama," Will kembali mengacak acak rambutku dan membuat ku tertawa kecil. Sentuhannya sama seperti 4 tahun yang lalu. Masih hangat.
"Kin?"
Suara Arga datang menginterupsi sambil membawa 2 gelas kopi bersama macam macam biskuit yang di tata diatas nampan. Lihat, wajahnya sudah seperti pelayan. Coba saja dilepas jas kantornya dan diganti celemek.
"Lho? Arga, kan?"
"William?"
Heh? Mereka berdua kenal?
"Iya gue William, seneng ketemu lo lagi," Will berdiri dari kursinya dan menjulurkan tangan kanannya. Beberapa saat, Arga melihatku dengan pandangan 'kamu-juga-tau-dia-siapa?' dan menaruh nampan nya diatas meja lalu menjabat tangan Will. Aku baru sadar wajah Arga saat menatapku tadi sangat lucu. Matanya membulat, mulutnya terbuka membentuk huruf o kecil.
Well, sepertinya mereka akan mengobrol untuk waktu yang lama. Dan aku memilih untuk mencoba biskuit yang dibeli Arga dan mencicipinya satu persatu. Rasanya enak.
"Katanya tadi gak mau, tapi di embat juga ujungnya," Arga menyenggol tanganku yang akan mengambil biskuit berwarna merah muda yang kuyakini rasanya stroberi.
"Apaan sih, abisnya kalian pada ngobrol yang aku gak tau, ya mending ini dimakan daripada mubazir," Aku menjulurkan lidahku sedikit ke arah Arga dan dia balas menjulurkan lidahnya lalu mencubit pipiku.
"Sakiiit," aku memekik saat Arga benar benar mencubit pipiku keras. Ada apa dengan orang ini, sih?
"Kalian ini, udah tua masih aja kelakuan anak SMA," sahut William sambil terkekeh pelan.
"Tua apanya, sih, Kalo kamu sama Arga tua, iya. Aku masih muda, kok," jawabku sambil mengerucutkan bibir kesal.
"Oh ya, kok kalian bisa saling kenal?" Tanyaku penasaran. Inilah yang aku ingin tau daritadi.
"Will kan salah satu Investor di perusahaan kita, gimana sih kamu," jelas Arga.
"Eh masa? Keren banget dong ya berarti kamu, Will,"
"Biasa aja kali, Kin," jawab William sambil tersenyum manis. "Oh ya, terus, kamu sama Arga ada hubungan apa nih? Kayanya aku gak update." lanjutnya.
"Aku sama Argaㅡ" belum sempat aku menyelesaikan kata kataku, Arga sudah membuka mulutnya duluan.
"Tunangan. Aku sama Kintan menikah beberapa bulan lagi, dateng ya, Bro."
What the hell, Arga what are you doing?!
***
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Words
ChickLit"Menikah? Membuat anak? Lucu sekali. Dia pikir semudah mengatakannya? Bagaimana nantinya dan, bagaimana dengan aku yang menjalaninya?" Think twice before you speak, because this is More than Words...