Mimpi & Fantasi

90 6 0
                                    

Kabut malam pekat. Angin perlahan tertiup dan membuai tubuhku begitu lembut.
Ringan.
Sangat ringan.
Angin membawa tubuhku ke tempat yang tinggi, dan semakin tinggi. Membujukku untuk menghampiri bintang-bintang yang sedari tadi genit menggoda, mengajakku bermain bersama mereka. Menangkap awan-awan yang dari tadi berlalu-lalang dengan gemulai. Tidak. Awan ini tidak seperti kapas atau selimut. Ia jauh lebih lembut dari semua itu, selalu berhasil mendekap tubuh ini, membuatku menjadi hangat dan sangat nyaman.
Oh!
Dan cahaya-cahaya indah itu!
Cahaya bintang-bintang malam yang selalu membuaiku lewat pesonanya.
Aku mulai dapat melihatnya dari dekat, menjamahnya. Ya. Penuh cahaya. Dan.. tampak beberapa boneka-boneka kayu sepertiku berada di sekitarnya.
Oh lihat!
Ada sayap besar di punggung mereka.
Siapa mereka? Cahaya itu membuat mereka tampak hanya bagai bayang-bayang. Tapi dari sini, aku dapat merasakan senyum mereka. Mungkin angin pula yang membisikkan senyum mereka padaku. Entahlah. Yang jelas aku tak merasa takut.
Tubuhku pun sibuk terbang dan melayang-layang di sini, di langit, di atas bintang. Pikiranku ikut menari-nari dengan riang, lantas hari pun menjadi senang.
***
Angin berhembus mengenyahkan awan hujan. Pagi yang basah. Sisa aroma hujan masih pekat. Membuat para boneka kayu malas beranjak dari tempat tidur mereka untuk memulai hari.
Begitu pula dengan si gadis boneka cantik itu.
Badannya terpaku di tempat tidur. Tak dihiraukan adiknya yang dari tadi menarik kaki kecil kakaknya.
Mimpi itu masih ada.
Benak gadis itu masih sibuk bermain di dalamnya.
Matahari masih bersembunyi, bersiap untuk menyongsong, menerawang awan kelabu dengan gagah. Angin bertiup syahdu, mencoba mengetuk, memasuki celah jendela. Sementara bintang-bintang seakan enggan memadamkan cahayanya di langit, satu per satu dari mereka mulai tertutup awan, beberapa masih mencoba memancarkan cahayanya, berdendang hingga matahari meraba langit nanti.
Samar-samar terdengar dentang jam. Entah datang darimana. Teng..teng..teng.. dan mata gadis boneka kayu itu pun mendadak terbuka lebar.
Burung-burung masih asik berkicau di luar, terbang dan hinggap bergantian di ranting demi ranting. Tak satu pun di antara mereka peduli dengan keadaan sekitar. Mungkin mereka hanya sibuk bercengkerama satu sama lain atau barangkali menyanyi menikmati pagi berembun ini.
Tepi-tepi jalanan masih ditutupi banyak gugur daun yang terlepas dari dahannya, tak mampu bertahan ketika angin hujan menerpanya semalam. Dan genang air di pinggir jalan berusaha menjadi cermin, namun sesekali digagalkan oleh kendaraan yang melintas dan mencoba membuyarkannya.
Pagi ini, masih tersamar oleh gelap.
Walau angin sudah cukup lama berusaha menyingkirkan mereka, mengundang sang mentari.

BendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang