Kemampuan

111 11 1
                                    

Aku bisa melihatnya menghilang. Lalu kembali terlihat.

Aku bisa memerhatikannya dengan detail. Seluruh kemampuan, rahasia, perasaan yang tak terucap. Aku mengetahuinya. Tak ada yang lebih mengetahui tentang dirinya dibanding aku. Bahkan sahabat karibnya.

Cuman aku yang tahu.

***

Dia kembali melakukannya.

Duduk bersila di tengah ruangan sambil memejamkan mata. Bibirnya bergerak, berkomat-kamit tak jelas. Suaranya lirih tapi penuh penekanan di setiap kalimat yang dilontarkan. Jemarinya naik-turun beraturan, seirama deru napasnya yang tenang bagai angin di musim semi. Beberapa helai rambutnya bergerak. Digoyang angin dari mesin pendingin ruangan. Dari tempatku, dia amat berkesan. Indah. Bahkan aku lupa berapa kali aku memujanya.

Jemarinya berhenti bergerak. Bibirnya pun turut ikut serta. Ia menarik napas sekali, lalu dihembuskan pelan seirama dengan terbukanya kelopak mata. Memberikan pesona gelap yang menusuk ke ulu hati. Warnanya biru laut, tapi tak menyiratkan sisi indahnya sebuah laut kala siang.

Namun saat malam. Saat gelapnya dunia. Saat laut pasang. Angin berhembus kencang. Seperti itu. Mencekam, tapi indah.

Dan, seperti biasa, aku melihatnya menghilang.

Tanpa jejak. Tanpa petunjuk pergi ke mana ia hari ini.

***

Aku lagi-lagi menunggunya. Lima menit. Sepuluh menit. Tiga puluh menit. Terus, waktu bergerak tanpa mau berhenti barang sedetik.

Pikiranku terbuai dalam kegemingan ruangan ini setiap dia pergi. Ini bukan pertama kalinya. Dia memiliki banyak kemampuan yang tak dia tunjukan ke siapa pun. Bahkan orang tuanya, yang merawat dan membesarkannya pun tak tahu.

Ia selalu menyembunyikannya. Ia selalu menutupi semua. Lalu, dia akan bermain dengan seluruh kebolehannya. Di ruangan ini. Di hadapanku. Ia akan tersenyum setelah berhasil melakukan sesuatu yang baru. Senyuman yang indah, seperti madu manis murni langsung dari lebah.

***

Dia bisa menggerakkan barang dengan pikirannya. Aku pernah melihatnya menyusun rapi seluruh benda di kamarnya tanpa perlu disentuh sedikit pun olehnya. Dia hanya perlu menatapnya, lalu sedikit menelengkan kepala sesuai arah yang dituju.

Dia bisa berbicara dengan binatang. Suatu ketika dia membawa semangkuk nasi ke kamar, lalu membagi-bagikannya pada semut yang melintas membelah kamarnya. Dia berbincang sedikit tentang rasa manis nasi yang bisa dirasakan saat dikunyah mencapai tiga puluh kali, kemudian dia tertawa pelan seolah sang semut memberikan respon konyol.

Dia bisa melayang di udara. Ini jarang terjadi. Sepenglihatanku, dia akan sangat lemah setelah melakukannya. "Melayang membutuhkan energi yang amat besar," katanya setelah melatih kemampuan melayangnya. Biasanya dia akan langsung merebahkan tubuh di dekatku, lalu terlelap begitu saja.

Dia bisa menghapal dalam sekali lihat. Ini adalah kemampuan yang amat dia banggakan. Beberapa orang mengetahuinya. Ia tak masalah dengan hal itu. Menurutnya, ini hal yang amat lumrah. Walaupun sebenarnya kecepatan menghapal miliknya benar-benar dalam sekali melihat. Hanya dengan satu kali membaca, bahkan dengan sistem scanning sekali pun. Dia mampu.

Ah ... tunggu sebentar, dia kembali dari perantauan.

Tubuhnya kembali terduduk di tengah ruangan di posisi semula. Matanya yang terpejam itu perlahan terbuka. Lalu semua terasa ditarik paksa.

Kebisaannya yang lain. Dia bisa mengatur waktu. Kebolehannya yang tak bisa diterima akal sehat.

Senyuman manis tersungging di bibirnya yang semerah ceri. Mungkin, dia bertemu dengan seorang yang menyenangkan kali ini.

Ia terbangun dari duduknya, berjalan mendekatiku, lalu merebahkan tubuh. Tangannya terentang lebar-lebar di atas kasur.

"Kau tahu, Sovi?" Dia bertanya kepadaku. Posisi tidurnya berubah menjadi tengkurap. Kedua tangan yang sebelumnya membentang kini menjadi penopang. Mata gelapnya memandangku dalam, seolah membaca pikiran. "Kamu adalah satu-satunya yang mengetahui semua ini. Meski kamu cuman sebatas sebuah boneka beruang."

Ia terkikik pelan hingga matanya menyipit.

"Boneka yang mempunyai pikiran."

Aku tersenyum di dalam ragaku.

Kemampuannya yang terakhir. Yang paling tak bisa diterima akal sehat.

Dia mampu menghidupkan benda mati.

BendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang