Chapter 1

11.4K 124 9
                                    

Aku membuka mata dengan perasaan bahagia. Semalam aku bermimpi sangat indah. Duduk didalam masjid besar bersanding dengan seorang pria yang saat itu tengah mengucap ijab kabul. Rasanya saat itu aku bahagia akan menjadi istri pria yang aku cintai. Tapi, entah mengapa wajahnya tak jelas. Aku tak mengenalnya tapi disana kurasakan cinta yang membara. 

Sebelumnya kenalkan namaku Shandrina Maldiva Kiera. Umur 25 tahun, tapi aku sudah duduk dikursi presdir H.D.Y Group. Kalo aku beritahu segalanya tentang diriku, kalian pasti akan iri. Jadi untuk permulaan itu saja. 

Aku memoles wajah dengan sapuan make up tanpa lupa lipstik merah menyala dibibirku. Aku selalu suka menjadi pusat perhatian dimanapun aku berada. Terlebih diarea perusahaanku sendiri. Didepan cermin aku melihat seluruh tubuhku. Aku tersenyum puas dan lekas keluar menuruni tangga. 

"Eyang, rapi banget pagi ini. Setau ku hari ini gak ada rapat direksi." Kataku lalu menggigit sandwich "Atau Eyang mau keacara sosial lagi ?" Tanyaku sembari mengunyah. 

"Makan saja dulu sarapanmu, nanti juga kamu akan tau." Sahutnya sembari meneguk susu hangat. 

Eyang membuatku curiga. Sepertinya ia merencanakan sesuatu. Selama bukan rencana yang membuatku dirugikan, itu bukan masalah. Ku lihat jam tangan dan oke, aku sudah akan terlambat sampe kantor. Aku gak mau dicap bos yang gak displin, apalagi sikap kerasku pada seluruh pegawaiku yang terlambat sampe kantor. 

"Aku hampir terlambat eyang. Aku jalan dulu." Kataku sembari berdiri dari meja makan "Eyang jangan kebanyakan kegiatan sosial, kesehatan eyang harus diprioritaskan." Ingatku lalu mencium pipinya. 

Sejak 3 tahun lalu, dirumah megah ini hanya dihuni bersama eyang, 3 pembantu, 2 tukang kebun dan 2 supir. Ya, aku resmi menyandang yatim piatu sejak ayah ibuku meninggal karna kecelakaan pesawat. Dan aku satu2nya pewaris seluruh harta kekayaan Hardiyanto dan menjadi presdir H.D.Y Group. 

Setelah pintu mobil terbuka, aku keluar dan seperti biasa beberapa pimpinan tiap bagian berbaris menyambut kedatanganku dengan membawa map laporan kerja. 

"Selamat pagi bu." Ucap mereka serempak 

"Pagi." Sahutku sembari berjalan menuju lift. Namun langkahku terhenti. Ada sesuatu yang merusak pemandangan. Aku berjalan mendekati resepsionis "Rapikan penampilan kamu. Saya gak suka liat anak2 rambut bertebaran bebas. Itu merusak kecantikan perusahaan." Tegurku tegas dan bisa kulihat wajahnya memucat sembari mengganggukan kepala "Kalo besok masih seperti ini, saya gak mau lihat wajah kamu diperusahaan saya." Jelasku lalu berjalan menuju lift yang sudah terbuka.

*** 

Eyang POV

Saat memasuki lobby perusahaan, dimeja resepsionis bisa dilihat beberapa karyawan bergerumbul membincangkan sesuatu. Aku berjalan menghampiri dan raut wajah mereka berubah terkejut sembari menundukan kepala. 

"Siang bu." Sapa Bianca dengan raut wajah takut. 

"Apa seperti ini cara kalian bekerja ?" 

"Kami hanya..." 

"Saya tidak mau ini terulang." Tegasnya lalu berjalan menuju kantin. 

Disana ku lihat wijaya sudah duduk dengan seorang laki2. Aku berjalan menghampiri. Mereka berdua tersenyum padaku sembari berdiri. 

"Saya senang akhirnya kita bisa bertemu lagi. Sudah sangat lama saya mencari kamu dan beruntung pak wijaya menemukan data2 kamu." Jelasku sembari tersenyum senang. 

"Kalo karna kejadian dulu, anda gak perlu berterima kasih. Saya ikhlas." 

"Tapi kalo saja kamu tidak menolong saya, saat ini pasti saya sudah tidak ada. Terlebih lagi, karna menolong saya, ibumu... " 

Never GuessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang