Chapter 7

3.9K 104 16
                                    

Rasya POV

Mobil melaju meninggalkan pelataran club malam. Ku kemudikan dengan kecepatan rendah. Menikmati suasana jakarta dimalam hari. Ku hentikan mobil dikawasan monas. Disini ramai pengunjung. Aku duduk di kap mobil sembari menikmati pemandangan sekeliling, hingga mataku menangkap seseorang yang kukenal.Tapi gak mungkin ! Ngapain dia disini. Aku pasti salah orang. 

"Rasya." Aku menoleh. Disampingku berdiri wanita cantik. Ia tersenyum memandangku. Wanita cantik blasteran indo-inggris. Wanita yang sangat lama kurindukan.  

"Ah, sudah kuduga ini Rasya Pradipta." Katanya yang kini sudah dalam pelukanku. Ia mengecup pipiku lalu menggenggam tanganku. 

"Apa kabar Varissa ?" Tanyaku sambil tersenyum. 

"Sangat baik, apalagi setelah ketemu sama kamu. Ah, Rasya aku sangat merindukanmu." Jelasnya sambil memelukku kembali. Kali ini kubalas pelukannya. 

"Aku juga sangat merindukanmu." 

"Gimana kalo kita cari restoran biar ngobrolnya lebih nyaman." Katanya antusias dan aku hanya gelagapan bingung harus menjawab apa. Aku sama sekali gak bawa uang. 

"Hari ini aku yang traktir." Ucapnya seakan mengerti reaksiku. Varissa satu-satunya wanita yang mengerti keadaanku dan juga yang mau menerima kekuranganku. 

"Mobilmu ?" 

"Biar nanti kusuruh orang mengambilnya. Let's go." Katanya lalu masuk kedalam mobil. 

Sekarang kami sudah duduk direstoran mewah. Dulu asing buatku singgah bahkan menikmati makanan direstoran sekelas ini. Karna tentu saja harganya yang selangit dengan porsi sedikit. Pertama kali aku menikmati makanan mewah, ketika Varissa membawaku makan direstoran kelas atas saat kuliah.  

"Sekarang kerja dimana ?" Tanyanya sembari mengunyah. Mata biru itu membuatku sedikit gugup. 

"HYD Group." 

"Serius ? Wah kita emang jodoh. Kebetulan perusahaan aku akan berkerja sama dengan HYD group." Katanya antusias. 

"Aku hanya office boy disana." Tiba-tiba dia tersedak. Aku berdiri dan menepuk pelan punggungnya. Setelah meminum air, ia menatapku intens. 

"Office boy ? Kamu gak becanda kan ?" Katanya bingung sembari menatapku. Aku hanya menganggukkan kepala.  

"Kamu lulusan Harvard." 

"Aku gak menyelesaikannya. Jadi secara akademis aku hanya lulusan SMA." Jelasku dan kini kulihat ada raut sedih diwajahnya. Tapi aku gak menyesal. Meninggalkan beasiswa penuhku dan kembali ketanah air. Demi ibuku. Aku hanya menganggap ini jalan hidup yang harus kulewati. 

"Berhentilah dari sana, datang keperusahaanku. Aku bisa memberikan posisi yang layak buat kamu." Sarannya sembari menyentuh tanganku. Mata biru itu terpancar ketulusan. Wanita didepanku meski bertahun-tahun gak bertemu. Dia gak berubah. Dia wanita yang cantik luar dalam. 

"Rasya, datanglah keperusahanku." Kali ini terdengar seperti merajuk. Aku tersenyum dan membalas menggenggam tangannya. 

"Aku gak bisa. Walau hanya office boy, tapi aku menikmatinya. Trima kasih buat tawarannya." Sahutku tenang berusaha menyembunyikan rasa kecewa. Aku membuang peluang karir emasku. Membuang masa depan yang dulu pernah ku rangkai dalam harapan. 

"Ok, aku gak akan memaksanya. Tapi kapanpun kamu berubah pikiran, Gatirta Group selalu terbuka buat kamu." Katanya sembari tersenyum. 

Malam yang gak pernah kubayangkan sebelumnya, justru terjadi malam ini. Aku mencari kebenaran getaran hati yang dulu kupunya bersamanya. Melihatnya tertawa ringan, aku berdesir. Kurasa aku masih mencintainya. Mencintai wanita yang kulepaskan demi ibuku. Aku mengantarnya pulang dan kini kami berdiri didepan rumah mewah yang tak kalah megah dari kediaman Sandrina. Naluriku mengantarkan tubuhnya didalam pelukanku. Aku bahagia kami bertemu. 

Never GuessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang