Chapter 5

2.6K 80 2
                                    

Sepanjang malam aku gak bisa tidur. Masalah perjodohan dengan Rasya menguras isi otakku. Tapi gak sepenuhnya tentang itu. Baru pertama kali aku merasa takut didekat Dafa. Semalam ia seperti sosok yang gak kukenal. Semalam ia ingin memperkosaku. Apa dia marah tentang perjodohan itu ? Ya dia pasti marah sekaligus cemburu. 

Drett... Drett... 

To. : Sandrina 

From : Jeniffer 

Malam ini kita ketemuan di club biasa. Double date. Sampe ketemu jam 8. 

Drett... Drett... 

To. : Sandrina 

From : Dafa 

Sayang, maafin aku soal semalem. Aku khilaf. Kamu jangan marah ya. Nanti malam kita diajak Jeniffer double date. Mau aku jemput ? 

Aku tersenyum membaca pesan Dafa. Seharusnya aku gak boleh banyak berpikiran macem-macem. Semalam Dafa pasti khilaf. Segera ku balas pesannya. 

To. : Dafa 

From : Sandrina 

Aku gak marah kok. Kita langsung ketemu diclub aja.  

Tok.. Tok.. 

"Masuk." Kataku dan dengan tanpa rasa bersalah dia masuk kedalam lalu meletakkan kopi white pesananku. 

"Ada lagi yang diperlukan bu ?" 

"Duduk." Perintahku ketus dan ia duduk sembari memangku nampan. Aku ikut duduk tak jauh darinya. 

"Gimana cara kamu mengenal Eyang ?" 

"Kenapa gak ibu tanyakan langsung pada bu Siena." Sahutnya datar sembari menatapku. Office boy ini benar-benar ingin membuatku marah. 

"Dua tahun lalu, dijalanan aku tiba-tiba melihat bu Siena pingsan. Aku membawanya ke rumah sakit terdekat."  

"Eyang kumat jantungnya ?" Timpalku cepat. 

"Iya, semalaman gak sadar dan aku gak tau harus menghubungi keluarganya kemana waktu itu." Jelasnya membuatku mengingat kejadian dua tahun lalu.

Flashback 2 tahun silam

Pulang kerja dengan kondisi badan sudah sangat lelah. Ku dapati semua pengurus rumah berkumpul diruang tengah. Mereka memasang wajah bingung, takut dan cemas. 

"Ada apa ? Kenapa wajah kalian seperti itu ?" Tanyaku sembari duduk disofa. Namun mereka hanya saling dorong mendorong. 

"Kalo gak yang mau disampein, mendingan kalian istirahat. Sekarang udah larut malam. Saya mau istirahat juga dan gak mau diganggu." Ujarku lalu melangkah masuk ke dalam kamar. 

Rasanya nyaman banget berendam busa didalam bathup. Seluruh penat dan beban luntur. Bahkan hampir aku semalaman ketiduran dalam bathup kalo bukan karna suara alarm yang kupasang. Dengan piyama berwarna biru, ku tenggelamkan badan ke dalam selimut.  

Seperti biasa sarapan bersama eyang gak pernah aku lewatkan. Tapi tumben, pagi ini eyang belum duduk di meja makan. Dan yang lebih aneh lagi. Kenapa seluruh pengurus rumah berdiri berjajar di samping meja makan. Seingatku gaji mereka sudah dibayar. Lalu ada apa ini ? Apa mereka akan demo ? 

"Dari semalem sikap kalian aneh. Ada apa ? Kalian gak lagi demo kan ?" Tanyaku sedikit cemas. Masalahnya kalo semua pengurus demo, bisa dipastikan rumah bakalan kacau balau. 

"Ini tentang nyonya, non." Kata bi sumi sedikit terbata. Keningku mengkerut. 

"Nyonya pergi dengan taxi kemarin, non." Ucap pak Kardi. Supir eyang dan Aku mengangguk, tapi masih gak ngerti kemana arah pembicaraan mereka. 

Never GuessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang