Sahabat

42 1 0
                                    

Rena POV...
Aku sudah kembali ke Jogjakarta beberapa hari yang lalu. Bali membuat pikiranku kembali segar. Banyak pelajaran yang bisa kupetik dari perjalananku bersama Lando. Salah satunya adalah, ternyata dicintai lebih terasa menyenangkan daripada mencintai. Perlahan-lahan, luka yang diciptakan oleh Ardiyan membaik. Meskipun belum bisa dinyatakan sembuh dan masih berbekas, tapi setidaknya, aku bersyukur aku masih bisa bernafas hari ini, meski bukan namanya lagi yang menjadi alasan. Dengan bantuan dari Lando yang selalu siap untukku kapanpun aku membutuhkannya, hari hariku terasa ringan. Aku sudah memutuskan untuk move on, no more shit about Ardiyan. Hari ini adalah hari yang baru, hidupku baru dimulai.

Untuk mengawali hari kembalinya 'aku' versi baru, aku mengundang Josh dan Aysha untuk datang ke apartemen. Rasanya sudah lama sekali tidak bercengkrama dengan mereka karena aku terlalu sibuk dengan urusan patah hatiku. Josh dan Aysha adalah sahabatku yang paling dekat. Kami sudah saling mengenal sejak masih kuliah di Lampung saat mengambil gelar s1. Karena kami sekelas, kami jadi sangat dekat dan memutuskan untuk mengambil gelar master dikampus yang sama di Jogjakarta.

Setengah jam kemudian mereka sudah tiba didepan pintu kamarku. Mereka masuk dengan terburu-buru. "Oh, thanks God, you're alive!" seru Josh panik sok khawatir. Aku tersenyum kecut, Aysha meletakkan tasnya, lalu membuka hijabnya. Dia memang berhijab, tapi kalau sedang bertiga seperti ini didalam ruangan, dia biasa melepasnya. "Re, idupin ac dong, panas banget nih!" Seru Aysha sambil mengobrak ngabrik isi kulkasku. Mereka memang sudah seperti keluarga.
"Re, ini diminum ngga papa kan?" Aysha menunjukkan teh kotak yang ada didalam kulkas.
"anything you want, guys" jawabku cuek.
"Mau dooong, Josh juga ausss nihhh..".
Dan setelah dahaga mereka terobati oleh sebotol dua botol teh kotak dingin, kami terbenam dalam diam. Aku asyik menggonta ganti channel televisi, entah acara apa sebenarnya yang ingin aku tonton.

"Re? Is everything ok?" tanya Josh yang tiba-tiba menjadi tidak kocak. Alias serius. Aku tahu, aku sudah tidak bertemu dengan mereka hampir sebulan semenjak aku berpisah dengan Ardiyan. Satu-satunya orang yang menjalin komunikasi denganku dan tahu bahwa aku masih hidup adalah Orlando.
"Re, kalo lu mau nangis ngga papa kok, kita siap nontonin.." Kalimat yang meluncur dari mulut Aysha terdengar menggelikan ditelingaku. Aku memang ingin menangis, tapi tidak hari ini. Sudah cukup acara melow-melow-ku, hari ini aku ingin rasa yang baru. Aku ingin tertawa.

"Gue udah puas nangis, sekarang gue nyuruh kalian ke apartemen gue bukan buat itu kok". Jawabku masih sok cuek, padahal mereka jelas-jelas sedang memperhatikan aku dari ujung rambut sampe ujung kaki.
"Kenapa? Gue kurus banget ya?" Josh memonyongkan bibirnya, "Iya, bukan kurus lagi. Kayak mayat idup lu!" aku tertawa getir.
"Makan yang banyak, Re. biar gemukan dikit. Cantik. Jadi, Ardiyan nyesel kalo udah ninggalin lu". Aysha berusaha menyemangati, sayangnya semangat itu terdengar sumbang ditelingaku, aku sudah terlalu kuat.
"Gue emang pengen gemukin badan, biar cantik, biar ideal, tapi buat gue sendiri. Bukan buat ardiyan!". Aku menatap mereka berdua, mereka menatapku.
"Well, come on, give me a hug!!" seruku sambil memasang senyum lebar dan merentangkan tangan.

Lalu, terjadilah adegan pelukan ala-ala teletubbies itu. "Welcome back, Little bitch.." seru Josh girang. Josh, Aysha dan aku memang pribadi yang berbeda. Tapi kami bisa berteman baik dan saling mengisi. Terbukti persahabatan kami awet selama hampir 6 tahun ini. Josh sendiri adalah pribadi yang unik, sebagai satu-satunya lelaki yang ada diantara aku dan Aysha, ia cukup menyenangkan. Dia jago membuat kami tertawa karena kelakuannya. Meski begitu, Josh hatinya paling lembut. Sebut dia lelaki, memang, tapi, dia sebetulnya agak sedikit girlie. Dibanding Josh, Aysha lebih tenang. Dia lurus. Tidak pernah melenceng. Dia paham agama. Dia juga selalu mempertimbangkan baik-buruknya sesuatu jika mau bertindak. Aysha adalah orang yang paling waras dan rasional diantara kami bertiga. Sedang aku sendiri, lebih sering menyebalkan. Aku sadar, sikapku terkadang suka keras kepala dan egois, namun aku bersyukur mereka bisa menerimaku dengan tulus. Oh, thanks God. Aku punya mereka. Begitu banyak yang mencintaiku. Aku terlalu sibuk dengan urusan cinta-cintaan, sampai aku lupa pada sahabat-sahabatku.

"Jadi, kita mau makan siang dimana ni, Re?"
"Josh kepanasan ah kalo mau motor-motoran siang-siang gini.." Josh ini memang sedikit agak manja, maklum anak bungsu. "Gue juga lagi males nyetir. Delivery aja ya? Movie time kita". Pernyataan ini kulontarkan, karena ide ini memang sudah aku rencanakan dari pagi.
"Oke, setuju". Jawab Josh dengan cepat. "Lo gimana, Ai?"
"Boleh. Gue suka kok mager-mageran". Setelah berdebat cukup lama, akhirnya kami sepakat memesan McDonald. "Iya mbak, Oke. 3 cheese burger, 3 nasi, 3 ayam dada, ditambah french fries largenya 6. Ok. Mcflurry nya juga ya mbak, 3. Iya benar. Ok. Sebentar, Re, ada lagi ngga?"
Aku menggeleng. Aysha sedang sibuk meng-order sedangkan Josh asyik berselfie ria.
"Oke, thank you". Aysha mengakhiri teleponnya. "Jadi kita nonton apa hari ini?" tanyanya sumringah. Aku mengambil hardisk. Ada banyak film yang belum aku tonton. "Drama? Horror?Comedy?" tawarku.

"Re, Ardiyan beneran kerja di Palembang ya sekarang?"
Ardiyan. Ardiyan. Ardiyan. Seketika aku terdiam mendengar namanya disebut. Josh sadar dia keceplosan dan seharusnya tidak membahas soal laki-laki itu lagi. Aysha memelotinya karena sudah berhasil merusak suasana. "Eh, Re, sorry...Josh keceplosan..Hehehe" Katanya garing sambil cengengesan. Aku melemparkan senyum sendu. "Masih sakit ya Re?" Aysha menepuk pundakku lembut. Aku menjatuhkan tubuhku diatas sofa. Sepertinya aku memang harus membagi ini semua dengan mereka. Agar mereka tidak lagi membahas soal Ardiyan.
"Masih sakit, guys. Rasanya hati gue langsung ngga enak kalo denger nama dia. So, please, please jangan pernah ingetin gue sama dia lagi. Gue ngga mau tahu lagi apapun soal dia. Bisa kan?" airmataku sudah siap jatuh namun cepat cepat kuseka. "Maaf ya Re.."

"No, Josh. That's Ok".
Akhirnya, siang itu kami habiskan dengan menonton sekumpulan film horror. Perut kami kekenyangan memakan habis semua pesanan. Kami bercanda, tertawa, saling melemparkan banyolan banyolan khas kami bertiga. Seketika, ini semua membuatku lupa dengan Ardiyan, membuatku ringan. Tiba-tiba, saat sedang tegang menunggu setan difilm horror itu muncul, kami dikejutkan dengan suara bel pintu apartemenku.

"are you inviting someone else?" Aysha dan Josh menatapku takut dan curiga. Efek film horror. "Apaan sih lu pada, jangan kebawa suasana deh! Masih siang ini hahahaha.." aku beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu. Aku mengintip dari lubang pintu, siapa yang siang-siang gini bertamu. Dan, dahiku berkerut ketika melihat sosok Orlando. Aku membuka pintunya. "Hallo, dear.."
"Kamu jam segini seharusnya ada dikantor kan?"
"Aku kangen kamu, jadi cabut aja dari kantor" dia menyerahkan setangkai bunga mawar putih lalu nyelonong masuk. "Eh, ada tamuu rupanyaaa.." Lando bersikap hangat pada teman-temanku. "Mas Lando, apa kabar?" sambut Josh dengan ramah.

Aysha yang daritadi tidak mengenakan hijab cepat cepat masuk kedalam kamar dan memakai rapi lagi hijabnya. "Eh, ada Aysha juga.. aku ganggu ya?" Lando memandangku dan kubalas dengan tatapan yang berarti 'MENURUT LO AJA'. Tapi, dia malah tertawa melihat reaksi sinisku. "Santai aja mas, apa kabar?" Aysha menyalaminya. "Sehat, puji tuhan. Kalian gimana?"
"Yah beginilah, baik juga". Aysha dan Josh memang tahu soal perselingkuhanku dengan Orlando. Aku mana bisa berbohong pada mereka. Mereka memang tidak menyalahkan hubungan kami, tapi mereka juga tidak sepenuhnya membenarkan. "Anyway, thanks ya mas, udah nemenin Rena sebulan ini".

Aysha menepuk pundak Lando sambil menawarkan kentang goreng. "sama-sama ai, udah tugasku bikin dia happy..". aku trenyuh mendengar Orlando mengatakan hal itu. Harusnya itu adalah tugas Ardiyan. "Sini mas jangan kaku, duduk sini gabung sama kita lagi nonton film horor". Ajak Josh semangat, filmnya memang lagi seru-serunya. Aku baru sadar kalau daritadi aku belum mempersilahkan Lando duduk. Akhirnya, kami berempat menghabiskan waktu bersama seharian ini. I completely feel better.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Behind YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang