One - Florine Leanith Warner (Repost)

49.2K 1.5K 32
                                    

Gadis mungil berjalan dengan cepat sesekali menoleh ke belakang memastikan tidak ada sesuatu yang mengikutinya. Kedua tangannya ia selipkan di saku jaket yang dikenakannya.Terasa dingin kulit menusuk pori pori meskipun sekarang ia telah mengenakan pakaian tebal. Suasana semakin malam makin mencekam karena tiada nya orang berlalu lalang di jalanan. Bukan hanya malam, siang pun kota ini tidak banyak dilalui kendaraan kendaraan besar maupun kecil.

Heidelberg adalah sebuah kota di Baden-Württemberg, di bagian Jerman Barat Daya. Bisa disebut juga kota ini adalah kota tua, yang mana jumlah penduduknya sekitar berjumlah ribuan. Tidak sedikit bangunan bangunan kuno tak berpenghuni semacam kastil dan rumah tua menghiasi jalanan. Ditambah pohon pinus beserta pohon pohon besar pengisi lahan.
Angin dingin sayup sayup membelai tubuh yang dilewatinya. Cuaca dari musim gugur ke musim salju berdampak kuat bagi mahkluk hidup yang ada di sana.
Mendekati liburan musim dingin dan juga cuaca yang mendukung orang orang seakan malas dengan rutinitas kesehariannya.

Seakan tersadar dari lamunan nya. Dan tidak ingat bahwa bahaya yang mengintainya tadi, gadis itu pun menoleh ke belakang. Tepat di belakangnya jarak sepuluh meter ada sesosok lelaki paruh baya yang sedang mabuk. Terlihat dari jalannya yang tak beraturan ditambah lagi botol minuman yang ada di tangan kirinya. Wajahnya yang terlihat berantakan menambah kesan berandal, jaketnya pun compang camping dan kotor.

"Kenapa ia masih mengikutiku sih, Yaa Tuhan apa yang ia mau". Desah gadis itu mengambil ancang ancang untuk berlari.

"Hei kau, mau kemana? Aku tak akan menyakitimu.. hikk.. aku hanya ingin uangmu". Teriak Pria itu semakin mendekati sang gadis.

"Kyaaaaa!!!! Lepaskan!! Tolooonggg!!! Yaa Tuhan paman, aku tak punya uang. Aku mohon lepaskan aku".
Teriak gadis saat tiba tiba pergelangan tangannya ditarik paksa oleh pria itu.
Mencoba berontak dengan melepaskan cekalan tangan itu, gadis itu tak berhenti hentinya mencoba. Akhirnya dengan seluruh keberanian yang ada diayunkan kaki kanannya. Dan..

BUGHH

"AUUUUU!!! GADIS SIALAN! Beraninya kau menendang harta berhargaku!!". Teriak sang pria tersungkur sambil memegangi selangkangannya.

"Maafkan aku paman!". Sahutnya sambil berlari kencang.

******

"Huh huhhh huhhhh... akhirnya!" Menghela nafas panjang akibat berlari semenjak insiden tadi menguras tenaganya. Mencari sesuatu di tas ransel nya.

Cekleekkk....

Pintu terbuka segera ia masuk tak lupa mengunci pintu agar sesuatu yang tak diinginkan tidak akan terjadi.
Berjalan memasuki ruangan sambil mencari saklar di dinding.

-Lea POV-

Aku memasuki rumah ku, segera berjalan ke arah dapur sekalian tangan meraba dinding mencari saklar lampu.

"Lelahnyaaa". Desahku sesudah minum air dan duduk di kursi makan.

Malam ini malam yang terburuk menurutku, dimana aku pulang terlalu larut karena harus membereskan buku buku dan mendata semua di tempat aku kuliah. Ditambah lagi tadi di jalan bertemu pria mabuk yang meminta uangku.

Aku Florine Leanith Warner biasa dipanggil Lea aku berumur 19 tahun. Aku tinggal di Jerman tepatnya di kota Heidelberg, Baden.
Aku tinggal bersama Ibu tiri dan Kakak tiriku.
Kedua orang tuaku sudah meninggal, ibu meninggal pada saat aku berumur 10 tahun akibat kanker rahim. Sedangkan ayahku menikah lagi 5 tahun yang lalu.
Beliau pun menyusul ibu tiga tahun lalu akibat kecelakan beruntun.
Hidup bersama Ibu dan Kakak tiri tidak menjamin akan hidup layak, meskipun yang aku tempati ini adalah rumahku sendiri. Seakan berkuasa dan mengatas namakan 'Istri Ayahku' Ibu tiri beserta anaknya semena mena berlaku kasar terhadapku.
Menyuruhku ini itu, yang ku yakin mereka tidak bisa melakukannya.
Sebenarnya aku muak atas sikap mereka, tapi aku tak akan meninggalkan rumah ini, karena yang aku tahu dan aku yakini aku pemilik rumah ini bukan mereka.
Jika memang harus ada yang pergi bukan aku melainkan mereka.
Kalau kalian menganggap aku lemah, heyy itu bukan aku. Sudah seberapa seringnya aku mengerjai kedua orang itu sampai sampai mereka marah dan aku tak perduli.

"Nah, baru pulang kau rupanya gadis pembangkang!"
Baru dibahas anak nenek sihir kembali berulah, dia kakakku Gracellia Qenand. Umur 23 tahun. Meskipun sudah dewasa tapi sikapnya masih bisa dibilang anak-anak, manja. Iuuuhhh

"Dari mana saja kau?!". Tanyanya sambil melipat tangan di dadanya menyender di dinding.

"Kau tau aku, Grace!".

"Sudah sering kali ku bilang panggil aku kakak, adik kurang ajar!". Emosinya berteriak.

"Cih, gila hormat kau ternyata. Dan sejak kapan kau lahir dari rahim ibuku? Kita punya ikatan darah pun tidak". Cuekku sambil meneguk sisa air putih di gelas. Panas kupingku mendengar omelan yang tidak bermutu.

"KAU!!" Geramnya sambil menunjuk kearahku. Lihat matanya, bahkan nyaris menggelinding di lantai.

"Ya Tuhan, Kak. Ini sudah tengah malam jangan membuat keributan". Desahku lelah mendengar ocehannya. Sudah lelah fisik bathin pula.

"Oh!! Akhirnya kau pulang juga, anak sialan!". Ucap Wanita paruh baya menghentikan perseruan kami.

Whattt? Anak sialan? aku anak ayah dan ibuku, bodoh! Geramku dalam hati.

"Mom, gadis cilik ini sudah membuat aku marah setiap harinya. Mengapa tidak kau usir aja dia dari sini!". Adu Grace pada Mommy tersayangnya.

Aku menghela nafas kasar sambil memutar bola mataku kasar.

"Dengar kakakku yang cantik tapi BODOH! Aku pemilik rumah ini, jika ada yang harus pergi itu bukan aku melainkan kalian berdua. Ingat! Mengingat wasiat ayah di usia ku yang akan menginjak 20 tahun. Aset semua dari rumah, mobil, bahkan florist dan resto yang dikelola mama bakal jadi milikku. Jadi kalian jangan macam macam denganku atau aku akan menyingkirkan kalian dari rumahku. Aku sempat berfikir bagaimana jika kalian keluar dari rumah ini, dan menjadi gelandangan di jalan. Mengharukan sekali bukan?". Tegasku sambil berjalan menuju lantai dua tepatnya kamarku berada.

"Kau tidak bisa melakukan itu!!!". Geram kakakku berteriak.

Jalanku menaiki anak tangga terhenti mendengar ucapan Grace. Seketika aku menatap ke lantai bawah.

"Kenapa tidak? Mengingat perlakuan kasar kalian selama ini terhadapku. Kalian hanya numpang. Aku tuan rumahnya". Ucapku tenang.

"Tenanglah Grace, Lea tidak akan mengusir kita. Kita juga yang sudah menjalankan bisnis ayah. Jadi kita yang tau seluk beluknya".

"In your dream, Mom. Apa kalian tidak pernah berfikir siapa dalang dari balik bisnis ayah? Aku yang selalu mengawasi setiap menitnya. Bahkan aku tau biaya pengeluaran setiap bulannya selalu melebihi dari keuntungan itu disebabkan anak kesayanganmu Mom, menghabiskan uang membeli apapun yang ia mau. Hahaaha kalian pikir aku bodoh. Aku tau segalanya. Aku mendiamkan karena aku berfikir itu harga yang pantas untuk kalian yang sudah mengelolanya dan untuk biaya kalian kalau aku sewaktu waktu mengusir kalian". Sinisku menatap mereka berdua yang sekarang tercengang mendengar ucapanku.
Akupun melanjutkan langkahku menuju kamar.

"Ahh." Desahku sambil membaringkan tubuhku di kasur.

TBC

*********

Hai.. kawan. Ini cerita pertamaku.
Hehe itung itung belajar juga pede untuk publish. Mohon dukungannya.

KaaGaluh

ARROGANT ALPHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang