Suara wanita menginterupsi agar ruangan hening. Tidak sedikit bagi mereka langsung menatap ke arah podium serta menegakkan tubuhnya.
Suara pemandu acara yang memegang mikrofon sebelah tangan kanannya serta selembar kertas berukuran sedang yang bisa dipastikan susunan acara untuk hari ini tampak begitu semringah.
Tidak terlalu jelas apa yang membuat ia seperti itu, tidak seperti biasanya.
Puncaknya tepat pada saat seorang pria menuju podium semua orang yang berada di ruangan terkesiap melihat wajah pria berkisaran memasuki umur 30-an dengan wajah dominan keras tapi tampan. Tubuhnya yang tinggi serta tubuh berbalut jas mahal menambah eksen mewah pada dirinya. Oh jangan lupakan mata tajam yang sekarang sedang memandangi seluruh ruangan. Seakan membuat semua yang ada di ruangan menahan nafas akibat tatapan intimidasinya.
"Selamat pagi." Suara bariton rendah terdengar sangat seksi bagi siapa saja yang mendengar.
Demi Tuhan, Lea tak menampik perkataan Jenny kemarin tentang rektornya yang tampan.
Malah bagi Lea deskripsi tentang rektornya sangat kurang. Seharusnya Jenny menambahkan kata seksi, hot dan wow.
Agak berlebihan memang. Tapi itu kenyataannya. Meskipun sekarang jarak antara ia dan rektornya agak jauh, tapi tetap saja kalau ia bisa melihat ada wajah tampan di sana meski sedikit tak jelas.
Sedangkan Jenny dan yang lainnya hanya membulatkan mata sambil menatap ke depan.
"Lea, Dewa Yunani ternyata bukan mitos belaka." Perkataan Jenny tak lepas dari pandangannya ke depan.
"Ya, dia tampan dan mmm...muda." Balas Lea.
Tiba-tiba tubuhnya merasa tersengat listrik dengan volt kecil saat matanya menangkap mata rektornya yang sedang memandang ke arahnya. Dengan tatapan tajam, rahangnya pun tiba-tiba mengeras.
Lea hanya memandang ke arah kanan kiri depan belakangnya, ia merasa kalau tatapan itu bukan untuk dirinya melainkan seseorang yang dekat dengannya. Meskipun demikian, tubuh Lea menjadi lemas serta panas dan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. 'Aku harus ke ruang kesehatan setelah ini, badanku terasa tak enak'. Batin Lea menghela nafas sambil menyenderkan tubuhnya serta memejamkan mata.
"Kau lihat, rektor tadi menatap ke arahku." Ucap seseorang beberapa kursi di belakang Lea.
"Kurasa dia menatapku, Mia." Sergah temannya tak mau kalah.
Mendengar celoteh dua perempuan itu Lea yakin memang bukan dirinya yang dipandang 'Sang Dewa' terbukti banyak orang yang merasa dipandang dengan intens. Ia tak mau menjadi percaya diri dulu.
"Ada apa Lea, apakah pria yang sedang berdiri di atas podium itu tidak sesuai khayalanmu." Bisik Edward di telinga kanan Lea.
"Tidak Ed, aku hanya lelah. Kurasa badanku sedang tidak baik." Balas Lea masih memejamkan matanya.
"Oh, sesudah acara ini aku dan Jenny akan mengantarkanmu ke ruang kesehatan, iyakan Sugar?". Edward meminta persetujuan Jenny. Sedangkan yang ditanya tidak menjawab melainkan matanya hanya fokus ke depan.
"Oh, jadi kau lebih tertarik pada rektor itu, Sayang?." Bisik Edward dengan nada mengancam.
"Oo..oh tidak. Jangan salah paham aku hanya penasaran saja." Jawab Jenny dengan wajah menggoda.
"Yayaya, terserah kau."
*******
Pria itu memandang ke penjuru ruangan. Tepat di sana titik di mana seorang wanita duduk di barisan tengah sedang memandang ke arahnya seperti mahasiswa yang lain. Matanya yang tajam bertabrakan dengan Hazel coklat terang milik wanita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARROGANT ALPHA ✓
FantasíaNickholas pernah jatuh cinta, hingga ia benar-benar dihempaskan sampai ke jurang kematian. Sayangnya bukan ia yang mati, melainkan orang terkasih. Ia tahu, dalam sejarah belum pernah ada kaumnya yang bersanding dengan manusia asli. Masa kelam yang...