By: Ziah
Syuut
Selembar kertas terjatuh dari tumpukan buku yang sedang diangkat Zia. Azhie yang penasaran, memungutnya.
Hendak dibuangnya, tapi ada wajah-wajah tanpa dosa tergambar di sana.
"Whoa... Ini pas lomba masak, kan?" Tanya Azhie. Zia buru-buru berbalik usai merapikan buku-buku yang tadi diangkatnya ke rak.
"Lho, masih ada ternyata." Ujar Zia.
"Ini jatuh tadi, pas kakak angkat buku-buku tadi." Azhie menjelaskan. "Ini pas lomba masak kapan?" Tanyanya kemudian.
"Pas kelas satu, abis pergantian ketua kamar. Itu Kak Ryan, Kak Linda, sama Kak Nana." Zia menunjuk tiga orang dibelakang meja. "Coba tebak... Siapa aja mereka..." Zia menantang adiknya menyebutkan nama kawan-kawan sekamarnya dulu.
"Err... Nggak kenal, Tapi di sebelahnya itu... Kak widya? Trus ada Kak Nanda, kak Rani, terus..." Ia berhenti sejenak. Mencoba mengingat-ingat wajah kakak-kakak kelasnya yang sudah bertahun lalu lulus.
"Nyeraaahhh..." Ujar Azhie kemudian sambil melambai-lambaikan foto hitam putih yang tercetak di atas kertas hvs biasa.
Zia menghampiri, kemudian mengambil foto di tangan Azhie. Lalu dengan percaya diri menyebutkan nama kawan-kawan sekamarnya satu persatu.
"Eh ya... Waktu itu, kamar kakak dekorasinya pake warna apa?" Tanya Azhie yang sukse membuat Zia terdiam. Ia mencoba mengingat warna dekorasi yang digunakan kamarnya untuk menghias tembok dan meja makan.
"Seingat kakak sich biru. Eh, apa cokelat ya?" Zia menggumam sendiri. Azhie masih memandangi foto di tangannya.
"Astaga... Kenapa kakak malah nyempil di pinggiran begini? Aku baru liat, serius." Ujarnya kemudian tertawa. Zia menatap heran.
"Muka kakak masih bulet. Hahaha. Pasti itu kakak pakai jilbab cokelat pramuka yang biasa kakak pakai, kan?" Tembaknya. Zia masih sibuk mengingat jilbab warna apa yang ia kenakan 10 tahun lalu.
Azhie masih tertawa. Menertawakan kakaknya yang sibuk mengingat warna pakaiannya sepuluh tahun silam. Menertawakan wajah kakaknya yang tak pernah berubah, bahkan setelah berkepala dua dan belum juga menyelesaikan skripsinya.
Zia masih berdiri ditengah tumpukan buku. Masih mencoba mengingat warna pakaiannya, juga kawan-kawannya...
*
Zia memfoto ulang foto yang tercetak hitam putih di lembar hvs itu, kemudian mengirim fotonya ke grup kelasnya.
"Ada yang ingat waktu itu kita pakai warna apa?" Tanya Zia di grup teman-teman pondoknya. Teman sekelas, sekamar, sehidup-segila selama 6 tahun dalam lingkungan pesantren. Tak ada yang langsung merespon.
Ia memandangi kembali foto di tangannya, menerka-nerka warna baju yang digunakan kawan-kawannya dalam foto.
Ia mengintip notifikasi chat di ppnselnya. Kosong. Ia lantas berdiri, menuju lemari lacinya, mengambil kotak pensil juga sekotak pensil warna.
Ditulisinya nama kawan-kawannya satu persatu, termasuk kakak-kakak ketua kamarnya. Kemudian mewarnai foto itu mengikuti ingatannya. Lalu di fotonya sekali lagi. Kali ini untuk diunggahnya ke social medianya.
"Lembaran foto hitam putih
Aku coba ingat lagi
Warna bajumu kala itu
.
.
.
Dimanapun kalian berada
Ku kirimkan terima kasih
Untuk warna dalam hidupku
Dan banyak kenangan indah
Kau Kalian melukis aku...
-Monokrom by tulus-
# e.n.d #
YOU ARE READING
Monokrom
Short StoryKumpulan cerita pendek dari berbagai Author dengan tema lagu dari Tulus berjudul Monokrom. Kumpulan cerita ini adalah challenge mingguan dari IOC Writing pada tanggal 16 Agustus 2016.