By: Nopi
"Maaf Dan Terimakasih loh!"
Sore yang mendung menemaniku berjalan pulang ke rumah orang tuaku. Biasalah anak rantauan yang kangen kampung halaman begitu pula keluarga tercinta. Aku berjalan dengan semangat sambil memangkul tas ranselku yang lumayan besar ini. Hai, namaku Aldin Maharani. Aku perempuan dan jangan panggil aku Aldin, karena itu terlihat seperti nama laki-laki. Panggil saja aku Rani. Aku sudah menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas negeri di luar kampung halamanku. Dan sekarang aku pulang ke kampung halamanku atau bisa disebut juga pulang kampung.
"Finally, I'm here." aku berjalan menuju pintu rumahku dan mengetuknya.
"Assalamualaikum ibu, ayah." Teriakku. Aku terus mengetuk pintu yang sudah rapuh itu.
"Wa'alaikumsalam, sebentar." aku tersenyum bahagia mendengar suara yang sudah kurindukan.
Pintu terbuka dan menampilkan ibuku yang cantik walau umurnya sudah lebih dari setengah abad.
"Ibu.." ujarku pada beliau. Aku pun memeluknya erat.
"Aku merindukanmu" aku memeluknya erat.
"Rani, kau pulang, nak." kata ibu sambil mengusap punggungku. "ayo masuk" suruhnya padaku
Aku masuk bersama ibu. Ibu menyuruhku langsung masuk kamar dan memintaku untuk istirahat.
Setelah masuk kamar dan berganti baju, aku hanya tiduran dikasur dan melihat ke sekeliling kamarku.
"Aku kangen dengannya." aku memanyunkan bibirku dan mencari sesuatu di laci meja belajarku.
Aku menemukannya! Aku menemukan album foto lamaku bersama sahabatku sejak kecil. Namanya Romeo Mahadhika. Nama panjang kami hampir sama, lucu kan? Aku membuka perlembar foto-foto kita dari TK sampai SMA.
"Ah.. Aku merindukannya." aku sangat sedih sekaligus bahagia mengingatnya. Aku membuka lembar baru lagi. Dan aku mengingat foto ini.
flashback on
"ROMEEEO!!" Teriakku padanya. Aku sekarang sedang berlari mengejarnya. Dia menyebalkan. Dia memakan siomayku, makanan kesukaanku. Kan nyebelin ya udah tau uang sakuku sedikit.
"MAAPKEUN DAKU RANI SAYANG!" Teriaknya balik padaku sambil berlari menjauhiku.
"hosh hosh hosh... Aku lelah. Berhenti romeo!" aku berhenti untuk mengambil napas. Saat ingin mengejarnya lagi, bel pun berbunyi.
"Lihat saja nanti dikelas huh!" aku berjalan berbalik ke kelas. Dan mengikuti pelajaran. Ternyata dia bolos. Awas aja nanti!
Aku hanya mencoret-coret buku tulis dengan tidak jelasnya. Setelah dua jam berlalu, pelajaran hari ini pun selesai.
Aku membereskan barang-barangku dan membuka ponselku.
"Yah!! Hapeku mati. Gimana nih? Aduh!" aku panik sendiri. Kalau au tidak menelpon ibu, aku pulang naik angkot, dan aku gak ada uang lagi. Arghh!!
"San, santi." aku memanggil santi yang sedang memasukkan barang-barangnya. "Dih, SANTII" Akhirnya aku berteriak tepat dikupingnya.
"Ho-Hoy!!" jawabnya juga teriak padaku. Aku menyengir menyesal padanya.
"Minjem powerbank dong" Kataku padanya.
"Bentar." jawabnya sambil mengobrak-abrik tasnya.
Wah keren, sekali ngomong dia langsung tau. Maklim dia kan lemot gitu deh. Aku pun senyum-senyum menunggunya mencari powerbank.
"Nih." Kasihnya padaku. Aku pun senyum dan menerimanya. Tetapi...
"SAN!! Kenapa pulpen?" Kataku histeris. Aku mwnwpuk keningku sendiri.

YOU ARE READING
Monokrom
Storie breviKumpulan cerita pendek dari berbagai Author dengan tema lagu dari Tulus berjudul Monokrom. Kumpulan cerita ini adalah challenge mingguan dari IOC Writing pada tanggal 16 Agustus 2016.