Hujan dan Mata Air

187 15 35
                                    

Hujan dan Mata Air  


"Wah parah banget, masa jenguk orang sakit malah bawa PR. Parah, parah."

Alya berdecak setelah sesaat melirik sekilas apa yang sedang dikerjakan Dino dengan buku-buku di sekitarnya.

"Kak Ana tinggal periksa doang sih. PR-nya mah udahan dikerjain" balas Dino sebal.

"Itu lebih parah tau, ngasih kerjaan buat orang sakit."

Hujan di luar belum mereda setelah lima belas menit berlalu. Anggit berada di teras depan sibuk bermain game di ponselnya, begitu pula Hamas yang berselancar dalam akun instagramnya. Ana sudah pamit masuk beberapa menit yang lalu karena ada telepon dari bundanya. "Yes, dapet satu pokemon. Lumayan lah." Anggit berbalik masuk ke ruang tamu dengan tatapan masih tertuju pada layar ponselnya.

"Lah, lo main pokemon Nggit?" Anggit menjawab Dino dengan sekali anggukan. Tak lama ia menutup aplikasi permainannya lalu duduk kembali di sebelah Dino, kepalanya menoleh ke luar rumah. "Hujannya nggak selesai-selesai nih Din, kita pulang gimana ya?"

"Ya naik sepeda lah" jawab Dino asal.

Sebal dengan jawaban Dino, Anggit memilih diam, beralih mencicipi kue kering yang tersaji di meja tamu.

"Oh iya hujan. Lupa." Dino menepuk keningnya, setengah berteriak. "Lo udah doa Nggit?"Di sebelahnya Anggit memilih hanya bergumam karena mulutnya penuh dengan kue. "Kok lo nggak ingetin gue sih?"

Meskipun sambil bersungut-sungut, Dino akhirnya memilih serius dan menundukkan kepala. Tangannya menengadah rendah, tepat diletakkan di atas kakinya yang sedang duduk bersila. Sekitar tiga menit berselang, Dino mengucap 'aamiin' dan mengusap wajahnya. Hamas sudah memerhatikan Dino sejak awal. Sejak mendengar percakapan doa dan hujan dengan Anggit. Apa hubungannya doa sama hujan? Melirik sebentar ke arah dalam rumah, takut Ana mendengar, "Ngapain Din? Doa?"

"Eh, i-iya om. Mumpung hujan."

"Hubungannya apa doa sama hujan?" Hamas masih melirik ke arah dalam rumah, siapa tau Ana sudah selesai urusannya dan menuju ke ruang tamu. Dirinya malu kalau nanti yang menjelaskan pertanyaannya adalah Ana, terlihat nggak kece. Hah.

"Hujan kan emang waktu yang pas buat doa Om. Waktu dikabulkannya doa" jawab Dino

"Masa sih?" Dino menggangguk, pun Anggit juga mengiyakan.

"Ada juga sih Om doa pas lagi hujan, tapi salah satu waktu-waktu yang dikabulkannya doa itu yaa.. pas hujan itu" ujar Anggit.

"Nah ini nih Kak Ana. Kak Ana sini buruaaan"panggil Dino kemudian. Hamas melirik, terlihat Ana melangkah menuju ruang tamu yang sudah memakai mantel tebal. Sepertinya kedinginan, pikir Hamas.

"Apa Din?" tanya Ana setelah mendaratkan dirinya kembali di sofa tunggal.

"Doa hujan apa Kak?"

"Doa hujan? Doa minta hujan? Kakak nggak hafal kalau doa yang itu."

"Bukan, itu lho doa pas lagi hujan."

"Oh itu, Allahumma shoyyiban nafi'an" ujar Ana santai. Dino menjentikkan jari. "Nah itu."

"Apa Kak?" seru Alya yang belum paham.

"Allahumma shoyyiban nafi'an. Artinya Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat."

Hamas menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ragu-ragu ingin menanyakan seputar doa yang dikabulkan ketika hujan. Beruntung, sudah ada Alya yang mendahului keingiannya tersebut. "Kak, doa pas lagi hujan emang dikabulkan? Doa apaan itu Kak?"

I Love the Little Things You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang