Peribahasa

227 17 34
                                    


Peribahasa


Hari Sabtu baru berjalan selama 16 jam, tepat Ana usai mengerjakan salat Ashar bersama sahabat kecilnya, Alya. Satu pekan ini hari-hari Ana sungguh sangat melelahkan. Tugas kuliah, proyek penelitian bersama dengan dosennya, jadwal ia mengajar dan akhirnya ditambah persiapan pernikahan. Tepat jam depalan pagi, dirinya sudah diseret-seret oleh salah satu kakaknya untuk mengunjungi beberapa percetakan, mencari tempat yang sesuai untuk mencetak undangan pernikahan. Kesepakatan awal dengan kakaknya adalah jadwal hunting percetakan dilakukan setelah ia pulang dari Bali, yaitu setelah Ana menyelesaikan proyek penelitiannya dengan sang dosen. Sayangnya kesepakatan hanyalah kesepakatan karena alasan, "Mumpung Mas lagi ada waktu Dek. Lagian lumayan dicicil persiapannya. Biar nggak numpuk di belakang." Sulit memang tidak mengiyakan ajakan kakak pertamanya ini.

"Kak, tidurnya jangan di karpet. Di tempat tidur aja." Suara Alya mulai terdengar samar-samar karena kantuk yang mendominasi. Saat ini Ana memang sedang berada di kamar Alya, berbaring dengan rambut terurai dan mata terpejam. Hijabnya sudah ia lepas saat salat Ashar dan belum terlihat akan dipakai kembali. Tidak sedikit pun suara sebagai jawaban dari Ana, bahkan yang ada hanya helaan nafas yang kian teratur. Alya tidak mengambil pusing, melanjutkan aktivitasnya membaca komik.

Sekitar satu jam yang lalu Ana ditelepon oleh mama Alya. Posisi Ana saat itu masih di dalam kereta setelah ia ditinggalkan oleh kakaknya yang pergi karena ada urusan mendadak. Mama Alya ingin mengantar kue sebagai ucapan terima kasih karena salah satu kakak Ana telah berhasil merekomendasikan kue buatan Mama Alya sebagai katering snack rutin di salah satu perusahaan di Jakarta.

Sayangnya, Mama Alya tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Ana dan keluarganya di rumah. Dan di sinilah ia berada saat ini, di rumah Alya untuk mengambil kue sebelum pulang ke rumah.

Sepertinya Ana memang tidak diizinkan tidur begitu saja. Nada getar dari ponsel yang diletakkan di atas perut membuat matanya membuka kaget. Muncul notifikasi Whats'app dari kakaknya yang menanyakan apakah dirinya sudah sampai di rumah. Sengaja sekali Ana tidak menjawab, hanya dibaca lalu dikembalikan ke posisi normal. Dirinya masih sebal karena tidak diantar pulang setelah dipaksa berkeliling ke lima jasa percetakan.

Untung nemu yang cocok.

Ana mengganti posisi tidur terlentang menjadi posisi menyamping kanan. Kantuknya hilang, namun tidak dengan lelahnya. Ia mengamati Alya yang tengah membaca sebuah buku dengan ekspresinya yang berubah-ubah hanya dalam hitungan detik. Mulai dari tersenyum, tertawa, kaget, sampai ber-oh ria.

Sejak kapan Alya suka baca buku?

"Buku apa itu Al?" tanya Ana penasaran. Tidak ada respon jawaban dari Alya.

"Alya?" tanya Ana sekali lagi. Menunggu beberapa detik membuat Ana semakin gemas karena Alya masih sibuk dengan bukunya, sedangkan panggilannya diabaikan. Kakinya sengaja menggeser roda kursi Alya yang kemudian membuat kursi sedikit bergoyang hingga Alya mengalihkan fokus dari buku yang dibacanya.

"Apaan Kak? Maaf-maaf ini seru banget bukunya. Lucu hehe."

"Itu buku apa?"

"Oh ini? Ini komik hadist Kak. Dari Om Hamas kemarin."

"Bagus? Seru?"

"Banget Kak. Isinya itu hadist Nabi tapi yang masih ada hubungannya sama kegiatan kita sehari-hari. Bentuknya komik gitu Kak. Pokoknya seru lah."

Seingat Ana, Alya bukan tipe anak yang suka membaca. Sulit sekali menarik minat Alya untuk membaca. Alya memang termasuk tipikal anak yang memiliki gaya belajar audio atau belajar dengan cara mendengarkan. Alya senang sekali mendengar mamanya bercerita atau mendongeng. Alya juga termasuk penggemar acara di beberapa radio. Bahkan jika Alya mendengar acara berita di televisi atau video di YouTube, ia dapat mengetahui isi dari tayangan tanpa harus repot-repot menonton. Salah Ana memang, pernah menyodorkan buku-buku yang sebagian besarnya berisikan tulisan meskipun isi buku tersebut sangatlah bagus. Menarik minat membaca anak dengan bentuk komik atau cerita bergambar adalah langkah awal yang sangat baik. Dalam hati Ana mencatat langkah ini untuk dipraktikkan di kemudian hari saat dirinya juga akan menjadi ibu dan tentu saja di Yayasan Matahari, yayasan milik bunda serta teman-teman bundanya yang mengasuh anak yatim piatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love the Little Things You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang