When I Fall in Love (3)

189 23 16
                                    


When I Fall in Love (3)

"Oke, kalau gitu kita bahas satu-satu aja, daripada kalian penasaran. Hehehe." Ana memberi jeda untuk melihat respon kedua bocah di depannya, yang langsung disambut dengan anggukan penuh semangat.

"Kalian sebentar lagi kan masuk ke fase remaja, namanya fase remaja awal. Remaja itu biasanya identik dengan rasa ingin tahu yang lebih besar juga disusul dengan keberanian yang lebih besar. Salah satunya ya pertanyaan kalian ini, pernak-pernik tentang pacaran.

Apa sih pacaran itu? Istilah pacaran secara bahasa artinya kegiatan saling mengasihi atau proses saling mengenal. Lebih luasnya, pacaran dimaksudkan untuk mengenal karakter seseorang yang dicintai dengan mengadakan tatap muka, hal ini pun biasanya dilakukan oleh orang yang akan segera menikah. Nah ini pengertian pacaran secara umum. Tetapi, apa ada istilah pacaran dalam agama Islam atau mungkin pacaran islami? Jawabannya sudah jelas tidak ada. Islam tidak pernah mengajarkan proses saling mengenal dengan istilah pacaran.

Pacaran diartikan oleh orang-orang zaman sekarang biasanya mengarah pada pertemuan rutin antara laki-laki dengan perempuan untuk menumpahkan segala hasratnya. Lebih luasnya, pertemuan tidak hanya dari tatap muka, lewat pesan-pesan singkat seperti sms, chatting, atau tatap muka via online dsb. Pacaran zaman sekarang juga diartikan dengan saling berpegangan tangan, saling pandang, gandengan tangan, berpelukan dan yang lebih parah sampai hubungan seksual. Tentu ini tidak boleh, terutama dalam ajaran Islam. Ada hadist yang menerangkan tentang larangan bersentuhan dengan yang bukan muhrim, dari Ma'qil bin Yasar ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, ditusuknya kepala salah seorang di antara kamu dengan jarum besi itu lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya."1

"Kak, kepalanya ditusuk gitu?" Dino bergidik ngeri.

"Ya, begitulah. Serem kan? Makanya jangan pegang tangan perempuan yang bukan muhrim."

"Kalau enggak sengaja kak?" Giliran Anggit yang bertanya.

"Ya, kalau enggak sengaja, enggak apa-apa" terang Ana yang diikuti anggukan paham dari Dino dan Anggit.

"Nah, kalau suka sama lawan jenis boleh enggak tuh kak? Begitu kan? Rasa suka itu fitrah manusia. Maksudnya perasaan yang sangat manusiawi dan memang dianugerahkan Allah kepada setiap manusia seperti perasaan bahagia dan sedih. Tetapi, cara menyalurkan perasaan suka ini tidak harus melalui pacaran. Untuk kalian yang masih unyu-unyu tapi enggak unyu-unyu banget hehehe, kalian bisa saja membuat kelompok belajar bereng, ikut ekskul bareng, ngobrol – tapi enggak berduaan yaa – bareng, atau jalan-jalan bersama dengan teman-teman yang lain. Intinya bisa tahu sedikit banyak tentang dia dan boleh menghabiskan waktu bersama dia tanpa harus berdua-duaan juga. Cara lainnya kalian bisa menyalurkan lewat kreasi. Misal tulis puisi tanpa nama atau cerpen juga bisa, pajang di mading sekolah, kalo malu bisa kirim ke majalah-majalah remaja. Mungkin ini cara yang lebih banyak dilakukan perempuan kali ya, tapi kalau kalian ingin coba ya boleh aja.

Kakak lanjut ya, jadi adakah waktu yang tepat untuk pacaran? Kan siapa tau gitu ya kalian berpikir masih terlalu kecil jadi enggak boleh, tapi pas udah SMP, SMA, atau kuliah boleh, toh banyak juga yang pada pacaran. Kalau kapan waktu yang tepat untuk berpacaran menurut kakak tidak ada, tidak ada waktu yang tepat untuk pacaran. Alasan ilmiahnya supaya terhindar dari hal-hal yang enggak diinginkan, misalnya pergaulan bebas, yang lebih parah terkena penyakit HIV/AIDS. Penyakit ini sampai sekarang belum ada obatnya. Jauh dari itu semua, hal-hal ini termasuk dosa. Allah kan Maha Melihat, tahu apa saja yang kita kerjakan. Allah kan Maha Mengetahui, tahu apa saja meskipun hanya terucap dalam hati.

Nah kalau alasannya untuk mengenal lebih dekat pasangan hidup, baiknya kalau sudah hampir menikah, tapi tidak dengan jalan pacaran juga. Dan untuk etika mengenai interaksi lawan jenis ini sudah diatur lengkap dalam Islam. Al-quran dan hadist menjelaskan banyak tentang hal tersebut. Di sana banyak membahas batasan yang jelas bagaimana cara berinteraksi dengan mereka yang bukan mahram, termasuk penjelasan Kakak yang tentang berkhalwat tadi."

"Kak, kalau bilang suka aja tapi enggak pacaran, gimana?" tanya Anggit. Dino di sebelahnya ikut mengangguk dan mengiyakan.

Hhhh...Perjalanan masih panjang yaa..

"Mengungkapkan rasa suka menurut Kakak juga manusiawi dan sangat diperbolehkan, tapi lihat dulu konteksnya bagaimana. Misalnya begini, 'eh aku suka sama kamu, kamu suka enggak sama aku?' Kalau dijawab 'enggak' sih udahan ya, selesai dan bubar gitu kan. Kalau dijawab 'iya suka', terus gimana lanjutannya? Udah gitu aja? Kok kakak enggak yakin ya berakhir gitu aja. Malah timbul ke arah pacaran enggak sih?" jelas Ana panjang lebar.

"Tapi kak, kalau kita enggak nanya suka atau enggak, kan enggak bakal dijawab juga, enggak jadi pacaran dong kak." sanggah Dino buru-buru.

"Bisa dua kemungkinannya. Dia tetap jawab meskipun kalian enggak nanya, atau memang enggak akan dijawab. Kalau dijawab gimana? Hehehe. "

Tidak ada jawaban dari Dino maupun Anggit, hanya mengangkat bahu sambil menggeleng-geleng, mengisyaratkan jawaban 'enggak tahu'.

"Meskipun ada kemungkinan kecil tidak akan berlanjut ke tahap pacaran, tapi setan itu banyak jumlahnya, ada di mana-mana pula. Bisa jadi kan, lingkungan yang akan memengaruhi, teman-teman misalnya. Karena sudah tahu saling suka, sering digodain juga, tekanan ini-itu bukan enggak mungkin malah jadi akan pacaran kan."

"Kak, katanya kalau pacaran bisa jadi tambah semangat belajarnya. Eh tapi itu katanya sih, saya enggak pernah ngerasain juga" tambah Anggit kembali besuara.

"Gimana kalau tanya langsung ke sumbernya Nggit, yang enggak perlu 'katanya', ya enggak pacaran juga sih, tapi minimal lagi suka kan, ya Din ya?" Alis Ana naik turun menatap Dino.

"Hah, apaan Kak?" Dino tampak bingung.

"Kan kamu lagi suka sama temen kamu tuh, benar gitu semangat belajarnya jadi tambah besar?" tanya Ana.

Dino berpikir sejenak, "Ehmm..enggak tahu juga sih Kak. Eh tapi pernah nih Kak, seminggu lalu kalau enggak salah, tiba-tiba dia duduknya jadi di depan aku Kak. Tukeran bangku gitu ceritanya sama temenku, enggak tahu kenapa. Pas banget pelajaran IPS. Ya kan aku seneng banget ya Kak tapi deg-degan gimana gitu juga sih, terus udah aja jadi enggak ada yang nyangkut guru aku jelasin apa. Hahaha. Habis dijelasin materi, kan ada latihan ya Kak, bingung deh mau jawab apa. Buyar Kak konsentrasinya cuma gara-gara dia duduk di depan aku. Untung cuma sekali itu aja, pas IPS lagi, kalau sampai matematika, haduh tambah repot Kak."

Tanpa menunggu Dino menyelesaikan ceritanya pun, Ana dan Anggit sudah tertawa terbahak-bahak, ditambah Dino mengatakan, "Ih Kakak, beneran ini, serius tahu."

Jeda beberapa menit sampai Ana kembali normal dan setelah menyingkirkan air mata yang sedikit keluar akibat cerita Dino. "Tuh Nggit, realita. Kenyataan, yang enggak pakai 'katanya-katanya'. Bukan malah tambah semangat, malah jadi buyar enggak karuan. Masih tahap suka lho ini, belum pacaran. Jadi udah ya jelas, enggak usah lah nembak-nembak semacamnya. Belajar yang rajin, sayang orangtua. Biaya sekolah kalian tuh mahal, jangan disia-siakan. Jadi anak yang sholeh, lurus, nanti kalau sudah dewasa, cukup umur dan sukses, baru lirik-lirik perempuan buat dinikahin. Nilai tryout enggak pernah 100 aja udah mau nembak-nembak segala."

Satu minggu kemudian, di kelas yang sama.

"Kak, ada berita penting. Penting banget. Hotnews Kak. Ternyata yang suka sama dia enggak cuma aku aja Kak." Jelas Dino dengan semangat berapi-api.

"Oh ya, jadi segitiga-an gitu ya? Kamu-dia-temen kamu gitu. Hehe"

"Mending kak segitiga, ini mah segi-sembilan Kak. Ada delapan orang yang suka sama dia, termasuk aku."

Pecah sudah tawa Ana dan Anggit dengan berita penting milik Dino ini. Ana sambil meredakan tawanya kembali bertanya, "Kok kamu tahu sih Din sebanyak itu yang suka sama dia?"

"Lah, pada ngaku semua pas istirahat siang."

Tawa Ana dan Anggit bukan surut malah semakin membahana.

Ah, anak-anak...

The End

1(HR. Thabrani, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5045)

Sebagian penjelasan diintisarikan dari buku Ensexclopedia, Tanya Jawab Masalah Pubertas dan Seksualitas Remaja karya Psikolog Ibu Elly Risman.


I Love the Little Things You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang