chapter 1

12.8K 384 2
                                    

Handphone yang sedari tadi digenggamnya bergetar, pertanda pesan masuk.

Fi, dimana ? Udah selesai ? Cepet pulang yaa.

Veedha mengerutkan keningnya. Tumben. Kemudian dia mengetik balasan untuk pengirim pesan.

Mungkin setengah jam lagi, bang. Tinggal nunggu manager personalia. Emangnya knp bang ?.

Setelahnya ia mematikan handphone. Ia sedang berada di ruangan yang telah 3 tahun menjadi teman seperjuanganya, beberapa menit lagi ia akan mengosongkan tempat ini- bertemankan sofa panjang juga segelas jus mangga. Sempurna. Seharusnya ditempat dan suasana seperti ini ia bisa hibernasi untuk beberapa jam kedepan, terlebih beberapa hari ini ia sibuk membantu pernikahan kakak sepupunya. Lingkaran hitam telah melingkari sekitaran matanya, jika saja ia tidak memoles sedikit area matanya, ia sudah terlihat seperti panda.

Namun, saat ini ia merasakan bosan yang teramat sangat. Dibawa tidur tidak bisa, ia sedang menunggu surat pengunduran dirinya di berikan oleh atasan. Tidak etis, jika nanti ia dipanggil untuk menghadap atasan, lalu ditemui saat ia tertidur di sofa malas sekarang. Padahal hanya tinggal menunggu penyataan.

Huftt ...

Handphonenya kembali bergetar.

Yah.. Ga bisa sekarang aja Fi ?

Lah.. Kenapa ?

Hari ini memang hari pernikahan kakak sepupunya. Namun, pagi tadi ia diberi tahu bahwa surat pengunduran dirinya telah diterima. Dan ia harus segera mengurusnya.

Pada detik ini pula dia tengah menunggu hasil akhir keputusan.

Lah emang knp bang ?

Beberapa detik kemudian langsung dibalas sang abang.

Cepet juga.

Udah sih pulang aja sekarang. Abang jemput yaa. Nnti sore kita balik lagi kesitu.

Kenapa si abang ? Biasanya, balesnya singkat, cuek pula. Biasanya juga sekedar nanya kabar. Kenapa sekarang kesannya jadi merayu gini ? Lebih tepatnya maksa sih.

Kenapa sih emangnya bang ? Dikit lagi ini Fifi, Males balik lagi. Lagian kan dirumah banyak orang, bang. Yakali Fifi balik lagi nanti. Nggak enak sama tamu-tamulah.

Tanda biru yang baru saja tercantum di hpnya seketika berubah menjadi hijau bertulis R pertanda pesan telah dibaca.

Abang jemput sekarang, fifi tunggu di depan .

Ultimatum.

Apaan sih ini?

Veedha tidak membalas pesan terakhir abangnya. Percuma. Dia Keras kepala. Sulit untuk berdebat dengannya. Karena, Veedha tau ujung-ujungnya dia juga yang akan kalah.

"Mba Veedha", seorang perempuan menghampirinya.

"Iya", jawab Veedha sembari tersenyum.

"Dipanggil keruang direktur mba, sekarang" lanjutnya dengan senyum.

Veedha mengerutkan keningnya. Untuk apa ia dipanggil keruang direktur ?

"Iya, terima kasih" kemudian Fifi bangkit dan menuju ruang direktur.

Sesungguhnya Veedha tidak rela resign dari tempat kerjanya saat ini -mungkin beberapa menit lagi-. Terlebih ia harus meninggalkan teman-teman satu team nya. Mereka telah menjadi satu keluarga. Mereka telah melewati masa bersama-sama.

Bersama-sama merasakan full day di kantor. Dimarahi habis-habisan oleh atasan yang saat itu juga sedang dipengaruhi masalah pribadi. Panas-panasan observasi pasar. Tour Singapore selama seminggu. kuliner nusantara selama mereka dinas keluar kota dan masih banyak lagi kenangan yang mungkin akan selalu ia kenang bersama keluarga keduanya.

Still Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang