chapter 28

3.6K 191 0
                                    


Dua minggu ini, Veedha sangat sibuk. Ia sibuk mengurus kedai dan kegiatan baksosnya. Dalam seminggu ini persiapan sudah matang. Tinggal menunggu hari H. Semoga apa yang ia lakukan bermanfaat.

seminggu ini pula ia mengacuhkan Jishan.

Jishan yang ia rasa sudah melunak. Jishan yang berubah seratus delapan puluh derajat. Jishan yang lembut dan Jishan yang menawarkan Veedha perhatiannya.

Tapi Veedha tidak percaya. Veedha terlalu pesimis akan sikap Jishan yang berubah saat ini. Ia takut dijatuhkan lagi. Ia takut menaruh kepercayaannya lagi. Ia takut tersakiti lagi.

Jishan sudah terbiasa dengan sarapan yang setiap pagi Veedha buat. Jishan sudah terbiasa dengan baju yang sudah disiapkan Veedha. Jishan juga selalu menawarkan untuk mengantar dan menjemput Veedha.

Tapi, Veedha menolak semua kebaikan Jishan, yang dulu sangat ia harapkan.

Saat ini adalah masanya ia mengacuhkan Jishan. Jika benar Jishan tulus berubah, itu artinya dia mencintai Veedha.

Tapi, Jishan tidak pernah mengatakan apapun. Jishan tidak pernah mengatakan setidaknya bahwa ia sudah tidak mencintai Wilo lagi.

Terkadang segala sesuatu membutuhkan penjelasan untuk memastikan dan tidak kehilangan.

Jishan hanya menunjukan perubahan lewat sikapnya. Itu pun Veedha tidak mengerti mengapa Jishan berubah. Lagi, Jishan tidak menjelaskan apapun.

Yang Veedha tau, beberapa hari ini juga pertemuan Jishan dengan Wilo semakin intens.

Argh.. Kamu gimana sih, Shan ? Mau kamu apa ?

Veedha kesal dengan sikap Jishan. Ia tidak tau harus mengartikan sikap Jishan beberapa minggu ini.

Apa Jishan hanya merasa kasihan pada Veedha ?

Apa ini atas permintaan Wilo ?

Atau ? Atau apa ?

Biarlah kedua opini itu menjadi pilihannya saat ini, sebelum Jishan menjelaskan semuanya.

Bisa jadi benar.

Bisa jadi salah.

Tapi, menurutnya presentasi opini benar lebih dominan dari pada opini salahnya.

Repot beud hidupmu, Fi.

Veedha sedang bersiap untuk persiapan terakhir kegiatan baksosnya. Esok adalah hari kegiatan baksos dilaksanakan.

Jishan mengetuk pintu kamarnya. Beberapa minggu ini Jishan tidak menunjukkan sikapnya yang mudah marah. Jishan selalu memberi perhatian pada Veedha. Namun, lagi lagi Veedha selalu menolak perhatiannya.

"Masuk aja mas", Veedha masih membenarkan jilbab merah maroon yang ia kenakan didepan cermin.

"Kamu mau berangkat ? Hari ini aku antar ya. Aku ambil cuti hari ini. Aku mau nemenin kamu", Veedha langsung menengok pada Jishan yang sudah duduk dipinggir ranjang dan memperhatikan dirinya.

Aduh.. Kenapa harus begini sih mas. Aku kan pengen menghindar. Aku jadi susah tau nggak. Susah buat ngelupain kamu.

"Loh kenapa nggak kekantor ?",

"Nggak apa apa, aku ambil cuti khusus kamu",

"Kenapa ? Aku nggak mau ngerepotin kamu, mas. Kamu nggak ada janji sama orang lagi ?",

Plesetan untuk kamu, mas. Aku tau kamu sering ketemu Mba Wil.

"Maksud kamu?",

"Ya, janji sama orang lain. Ketemu orang lain ?",

Still Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang