Dare for US

1

Senja mulai mengalah kepada sang rembulan, Sang rembulan muncul, Senja pergi, namun, senjalah yang paling indah.

Itulah yang dipikirkan oleh seorang cowok yang sedang duduk santai di tepi pantai Padang. Ia masih mengenakan seragam sekolahnya, padahal hari sudah mulai gelap sejak beberapa menit yang lalu. Lelaki itu bergeming. Masih menikmati semilir angin malam yang mulai melambai.

"Ibnuuu, gue besok mau pindah lho" seorang gadis cantik berteriak semangat kepada seorang lelaki. Ibnu namanya.

Lelaki itu bergeming.

"Ibnu, gue yakin ini yang paling lo tunggu-tunggu setelah sekian lama kan? Supaya lo ga diledekin lagi sama yang lain kalo hubungan kita itu special,

"Gue yakin setelah ini kehidupan lo bakal indah tanpa adanya gue, banyak hal yang bisa lo lakuin karena gue tau kalo gue Cuma pengganggu hidup lo. Gue seneng kalo lo bahagia, gila emang gue ngomong begini untuk kedua kalinya 'gue (masih) sayang sama lo Nu."

Gadis itu berhenti berucap. Lelaki yang dihadapannya masih saja diam. Mencerna kata demi kata yang diucapkan gadis itu padanya.

"Ibnu, gue tau gue emang bodoh masih nunggu lo selama 2 tahun ini tapi, gue gabisa milih kemana hati gue mau dimasukin sama siapa, entah itu lo yang ga pernah suka sama gue, atau cowok lain yang gue ga suka. Tetep aja gue gabisa ngatur itu, kalo bisa sih palingan gue cuma bisa ngenilai orang, itupun ga akurat.

"gaje? Emang. Gue pesawat malem ini jam setengah sembilan. Gananya? Gue Cuma ngasih tau. Bye" gadis itu pergi menuju gerbang sekolah dan langsung memasuki sebuah mobil yang telah menunggunya sedari tadi. Lalu pergi menghilang tertelan jarak.

"Sya, gue telat ya?" batin sang lelaki.

Bayangan kejadian tadi siang terulang kembali dibenaknya. Ia menyesal. Perasaan itu baru saja terasa dihati, namun fisiknya telah pergi berlalu.

--

pendek? ia emang ceritanya pendek. hehe